Part 44 - RICORDARE

5.1K 384 42
                                    

Neera mengerjapkan matanya, rasa pusing yang teramat sangat menyerang kepalanya.

"Dill-" lirih Neera.

"Udah sadar Neer? udah jangan bangun dulu," ujar Dilla ketika melihat Neera hendak membangunkan dirinya.

"Erick man-"

"Mereka keluar tadi, gak tau kemana?" jawab Dilla cepat.

"Hp gue mana?" tanya Neera lagi ketika menyadari ponselnya sudah tidak ada disaku seragam.

"Dibawa sama Erick buat ngas-"

"Aww," ringis Neera dan langsung memperhatikan tangannya yang terbungkus perban putih.

"Kok lo bisa tau tentang rekaman itu?" tanya Neera bingung.

Dilla melengos lelah. "Tadi gue iseng buka hp lo eh nemu tu rekaman,"

"Btw Zia udah siuman loh," tambah Dilla, senyum gadis itu melebar ketika membaca pesan yang di kirimkan Cynda bunda Zia.

"Yang bener?" ujar Neera antusias.

"Iya tante Cynda wa gue, tapi ya gitu kondisinya belum pulih banget," jelas Dilla dan kembali merubah ekspresinya menjadi sedih.

***

"Bun Zia gak amnesia kan?" tanya Zia suaranya terdengar sedikit lemah. Sudah berapa jam bangun dari komanya Zia sudah bersemangat untuk kembali beraktivitas namun ia di marahi oleh ayahnya, ia tidak di perbolehkan banyak gerak.

"Ya mana bunda tau yang sakit kamu," jawab Cynda, setelah bangun dari koma Zia menjadi semakin cerewet.

"Bun, Daniel ada kesini?" tanya Zia. Pertanyaan yang sedari tadi ia ingin tanyakan. Apakah pria itu khawatir dengan dirinya.

Zia mengerutkan senyumannya begitu ingat kejadian di hotel waktu itu.

Cynda tersenyum menatap Zia. Ia sengaja tidak menjelaskan kepada Zia kalau Daniel adalah Devin. "Ada tadi malam dia disini sampe jam 3 subuh nungguin kamu."

Zia terdiam lalu mengembangkan senyumnya, ada rasa senang namun terdapat pula rasa janggal dihatinya ia tak rela bahwa pria itu bukan untuknya.

"Bun kalo Neera, Dilla gimana?" tanya Zia antusias, rasanya ia telah kehilangan banyak momen seru.

"Baik, mereka juga semalem kesini," jawab Cynda lagi.

"Bun-"

"Apa Zia," tanya Cynda ketika Zia menghentikan ucapannya.

"Zia kok terngiang-ngiang tetang Devin ya-"

Klekk!
Pintu ruang inap itu terbuka, yah Zia sudah di pindahkan keruang inap karena kondisinya sudah mulai membaik dengan cepat, muncullah Neera dan Dilla yang masih menggunakan seragam sekolah, mereka langsung menghampiri Zia dan memeluknya.

"HUAAAA ZIAAA."

"Lo baik-baik aja kan."

Tanya Neera dan Dilla sambil memeluk Zia erat.

"Ah pala gue sakit!" sosor Zia membuat Neera dan Dilla langsung melepaskan pelukan mereka dari tubuh Zia.

Gadis pucat dengan perban yang melilit kepalanya itu tersenyum sumringah menatap Neera dan Dilla.

"Gue baik, tapi gue gak tau amnesia atau engga," ujar Zia jujur, Zia sangat takut kalau dirinya amnesia dan melupakan segala kenangan indahnya.

"Sini biar gue tes lo amnesia atau engga," ujar Dilla membuat Neera dan Zia kebingungan. Apa yang akan di lakukan Dilla sekarang.

RICORDARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang