"ZIA PULANG!" teriak Zia begitu dirinya memasuki rumah dengan langkah kaki berat, matahari diluar sana sangat terik membuat Zia malas dan ingin segera mungkin menuju kasur kebesarannya.
"Zia, udah pulang?" tanya sang bunda yang kebetulan melihat kehadiran sang anak.
Zia mengangguk. "mau kemana bun?" Zia menatap bundanya dengan tatapan sedikit kepo, emang dasarnya Zia itu kepo.
"Tadi ayah kamu nelpon bunda, nyuruh ke rumah temannya, ada acara gitu bunda juga gak tau," jelas Cynda sembari membenarkan jam tangannya.
Zia mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "ooo iya-iya, hati-hati bun."
"Kamu mau ikut?"
"Gak deh bun, Zia cape."
"Ya udah gih istirahat, bunda pergi dulu, makanan ada didapur."
"Iya bunda Zia tau, sejak kapan makanan pindah tempat, ke kamar mandi."
Cynda terkekeh dan akhirnya beranjak, dengan cepat Zia menuju kamarnya.
Zia membersihkan dirinya dikamar mandi, ia tidak tahan dengan kegerahan hari ini. Sekitar 15 menit Zia berada dikamar mandi, sudah dengan baju santainya Zia keluar dengan raut wajah yang terlihat lebih baik dari sebelumnya.
"Ah seger banget," gumam Zia lalu menghempaskan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya, dan menatap langit-langit kamar dalam diam.
Tatapan itu berubah menjadi lamunan.
"Nih kasih buat kucingnya yaa."
"Dia-"
"Are you okey?"
Zia terduduk dari aksi baringnya tadi dan langsung tersadar dari lamunannya, mengerutkan dahinya bingung, ia ingat sepenggal peristiwa itu.
"Yaaa anak itu siapa ya namanya?" bingung Zia menggaruk tengkuknya gusar. Bisa-bisanya dirinya lupa nama teman kecilnya itu.
"Nih kasih buat kucingnya ya."
"Gue ga terlalu inget mukanya dan-" Zia berusaha mengingatnya tapi lihatlah Zia, tetap saja tidak bisa mengingat itu terlalu jelas, apa mungkin karena sudah terlalu lama sehingga Zia melupakannya.
"Gelang ituu!" pekik Zia berbinar seolah mendapat sebuah benda berharga.
Zia beranjak dari duduknya menuju kearah laci samping tempat tidurnya lalu mengobrak-abriknya.
"Dimana lagi gelang itu gue taroh?" tanya Zia pada dirinya sendiri berharap ada yang menjawabnya.
Brakk.
Zia menutup laci tersebut, mengitari kamarnya hanya untuk menemukan gelang hitam yang lupa ditaruhnya berapa tahun yang lalu.Laci, lemari, meja belajar, meja rias, kabinet, bawah ranjang, bawah keset, belakang televisi, bahkan seluruh penjuru kamarnya, namun Zia tidak bisa menemukan benda kecil itu.
Zia berjalan mondar-mandir, menatap pantulan dirinya di kaca full body didepannya.
"Gimana kabar anak itu sekarang?"
"Dia masih inget gue gak ya?"
"Yaelah Zia, lo aja lupa namanya, apa lagi dia."
Zia menatap kearah atas lemari dan senyumnya pun mengembang.
"Satu-satunya tempat yang belum gue cek dikamar ini," gumanya yakin dan segera memeriksa ke atas lemari, namun Zia sedikit kesusahan karena tubuhnya terlalu pendek untuk menggapai itu.
Ting tong.
"Gak terima tamu!" pekik Kesya kesal, aksi bersantainya terganggu karena bunyi bel.
Ting tong.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...