Part 26 - Ngeselin tapi suka

5.2K 407 6
                                    

"Pintu putih? Masuk aja gak usah diketok atau dipanggil," gumam Zia sambil memandangi pintu putih dihadapannya ini, lalu meraih knop pintu namun sedetik kemudian langsung menarik tangannya kembali.

"Kok jantung gue deg-degan gini, atau jangan-jangan gu-" ucap Zia memegang dadanya merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Jangan-jangan gue- tapi gak mungkin ah,"

"Jangan-jangan gue sakit jantung lagi huaa amit-amit,"

"Bissmillah," Zia kembali meraih knop pintu tersebut dan membuka pintu dengan perlahan sambil menutup kedua matanya erat.

Terdengar suara Daniel yang meringis pelan, Zia melihat dari cela pintu yang baru dibukanya sedikit, terlihat pria itu sedang mengobati mukanya sembari bergumam pelan.

Zia ikut meringis ia tahu betapa perihnya luka-luka itu, dan tanpa sepengetahuan Daniel yang saat ini sibuk akan luka-lukanya, Zia berjalan masuk tatapannya tak lepas dari Daniel yang sepertinya belum sadar akan kehadiran dirinya disini.

"Daniel lo gak papa kan? Ke dokter aja yuk? Gak parah banget kan? Kenapa lo gak masuk sekolah hari ini? Yaampun maafin ayah gue ya, jangan laporin ayah gue ke polisi pliss kasian ayah masih punya anak istri, gue mewakilli segenap nama lengkap ayah mengucapkan minta maaf yang segede-gedenya atas apa yang dilakukan semalam, jangan GR dulu, gue cuman ngewakilin ayah aja gak usah mikir mac-" oceh Zia heboh, mengoceh dengan mata tertutup ntah mengapa Zia takut menatap pria ini.

Daniel terlonjak kaget mendengar suara Zia yang tiba-tiba terdengar di kamarnya.

"L- lo siapa? Lo ngapain? Lo Zia atau titisan Susana?" tanya Daniel Reflek, ini nyata atau khayalannya saja karena dirinya tengah memikirkan gadis itu.

"I- ini Zia!" jawab Zia ikutan panik masih memejamkan matanya erat.

Daniel sangat terkejut gadis itu sudah ada dihadapannya. Begitu pun dengan Zia yang ikut terkejut.

Zia membuka matanya perlahan, mengerjapkan kedua matanya melihat situasi di hadapannya sekarang.

Deg!

"Mampus!"

Daniel mengerutkan dahinya bingung, jujur dirinya sangat terkejut mengapa Zia bisa ada di kamarnya, Daniel juga sudah mencari apakah ada pintu kemana saja berada di kamarnya. Dengan cepat Daniel menetralkan kembali ekspresinya, ia harus pura-pura marah sekarang, karena ayah Zia wajah tampannya babak belur.

Daniel menggoyangkan tangannya tepat dihadapan Zia, sedangkan Zia masih terbengong bahkan tidak mengedipkan matanya sambil menatap Daniel dengan perasaan campur aduk.

1 detik ...

2 detik ...

3 detik ...

4 detik ...

5 detik ...

"HUAHHHH GUE DIMANAAAAA LO GAK OSAH MACAM-MACAM," teriak Zia histeris.

Daniel tertegun, kenapa malah gadis itu yang terlihat sangat syok, harusnyakan dirinya.

Daniel mengeram kesal dan segera beranjak dari duduknya ia langsung membekap mulut Zia dengan kesal.

"Ammmpppapmfftttnsksamm- ammpptrflpmb," racau Zia tidak karuan karena bekapan Daniel.

Daniel menggeret gadis itu menuju sebuah sofa yang memang berada di kamarnya. Dan melepaskan bekapan tangannya dari mulut Zia.

Zia menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dan menatap Daniel dengan garang.

RICORDARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang