Zia dan Dilla sama-sama memandang Neera yang masih diam membisu menatap nanar ponselnya yang sudah terbaring mati diatas meja kantin.
Zia dan Dilla melengos lalu mengangkat bahunya acuh menatap miris temannya itu, Neera terlihat sangat lesu sambil menopang dagu menggunakan tangannya.
"Neer ikhlasin aja, mungkin ini yang terbaik untuk dia," suara Dilla terdengar memecah keheningan sambil menepuk punggung Neera berulang kali.
Neera tidak merespon bacotan temannya itu, dirinya bengong bukan memikirkan keadaan ponselnya, toh ayahnya bisa membelikkannya 5 jika mau, tetapi Neera bengong memikirkan kejadian tadi, Neera yakin pasti dirinya saat ini sedang menjadi topic hangat Altavista.
"Tenang ya Neer, kain kafan, dan semua keperluan pemakaman hp lo biar kita aja yang urus, mudahan hp lo tenang dialam sana," Zia menyulurkan ide gilanya bermaksud ikut menenagkan Neera.
Neera mengubah posisinya gusar, menatap kedua gadis disampingnya secara bergantian dan kemudian melengos panjang.
"Kenapa gak sekalian aja lo bedua umumin di Mesjit kalo hp gue wafat." ujar Neera cepat.
Yah ini lah mereka, tiga sahabat dari orok yang mempunyai otak ajaib, saling mengerti satu sama lain, dan tentunya masih jomblo sampai sekarang.
"Ekhemm Neer- anu-" kekeh Dilla menatap jail kearah Neera.
"Ngomong yang bener elahh," sentak Zia merasa kesal dengan Dilla yang sengaja memutus-mutuskan ucapannya.
"Btw lo tadi pas jatoh kok ngepas gitu ya Neer? Mana tindis-tindisan lag-"
"DILLA! MULUT LO MAU DIKUNCIR?!" teriak Neera kesal memotong ucapan Dilla tadi.
"Sstt jangan ributt! Gue mau makan dengan damai," sosor Zia melerai kedua temannya itu.
"DILLA! ABANG CECEP COMING!" suara yang sangat-sangat familiar ditelinga gadis-gadis itu terdengar.
Terlihat di pintu masuk kantin, seseorang tengah melambaikan tangannya kearah meja mereka tepatnya kearah Dilla, Cecep cowok kemayu itu mengembangkan senyumannya dan segera beranjak untuk menghampiri Dilla, ditangannya terdapat sebuket bunga yang sepertinya akan diberikan kepada Dilla.
Dilla melototkan kedua matanya. "Mampus! Guyss gue kekelas deluan ya byee." ucap Dilla buru-buru dan segera beranjak agar Cecep tidak menangkapnya.
"Ah okee, selamat-"
"Bacot ah lo pada!" kesal Dilla membuat Zia dan Neera tertawa terbahak-bahak.
Cecep mengerutkan dahinya ketika melihat Dilla beranjak pergi dari kantin. "DILLA! CECEP UDAH BAWAIN BUNGA KAMBOJA SAMA MELATI NIH!" pekik Cecep meneriaki Dilla yang tengah berlari menyelamatkan diri dari kejaran pria aneh itu.
Dilla berlari melewati koridor yang tengah ramai di waktu free class seperti sekarang, banyaknya orang lalu lalang membuat Dilla sulit mengontrol jalannya.
PRANKKKKS
"Mampus!" panik Dilla sembari menepuk jidatnya spontan.
Sebuah pot bunga yang menghiasi koridor sudah pecah berkeping-keping karena Dilla yang kurang hati-hati.
"HEI KAMU DISANAAA!!!" suara lengkingan membuat Dilla langsung menolehkan kepalanya kearah belakang.
Terlihat seorang satpam yang tadi mengejar Erick, tengah memandangnya dengan garang.
"Sial gue target selanjutnya." batin Dilla berancang-ancang.
"BUKAN SALAH SAYA KOK PAK! SUER DEHH!" balas Dilla sambil menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...