Pembagian bis mulai di umumkan didepan sana, mereka telah bariskan ditengah lapangan sebelum perjalan hari ini, lokasi study tour kali ini adalah Bali, seluruh kelas XI dan beberapa kelas XII yang terpilih untuk ikut sebagai panitia memulai doa bersama sebelum masuk ke dalam bis masing-masing sesuai pembagian yang baru saja di umumkan.
"Huahhh!! Kita gak satu bis Ner, Dill, jangan kangen gue ya, gue pasti baik-baik aja kok," pungkas Zia dramatis memeluk kedua sahabatnya itu penuh haru.
"Apaan sih Zi alay tau ngga, ntar kalo sampe juga ketemu lagi," cibir Neera.
Zia berada di bis pertama, sedangkan Neera ada di bis ke 3, dan Dilla ada di bis 4.
Dilla berusaha membawa kopernya, sedari tadi gadis itu terlihat sibuk membawa koper dan tas-tas yang lumayan banyak.
"Gimana sih! Begini aja gak bisa, udah sana lo masuk," suara seseorang mengagetkan Dilla, gadis itu mendongakkan kepalanya menatap sang pemilik suara.
"Tapi ka-"
"Biar gue yang bawa udah sana masuk, lagian mau study tour heboh banget, lu mau pindahan?" potong pria sembari mengoceh.
Dilla tersenyum manis. "Thanks Farrel kalo gini lo ganteng banget asli," puji Dilla ditengah cengirannya.
Pleetak.
"Awww," ringis Dilla mengusap-usap kepalanya.
"Pinter banget mulut lo muji-muji," sanggah Farrel sedangkan Dilla hanya mengangkat bahunya acuh dan kemudian meninggalkan Farrel masuk kedalam bis.
Farrel mengembangkan senyumnya sambil menggelengkan kepalanya menatap Dilla yang sudah memasuki bis lalu mengangkat koper dan sebuah tas milik Dilla.
Sementara Zia sudah memasuki bisnya, ia terlihat celingak-celinguk mencari keberadaan bangku kosong.
"Ya kali gue sampe bandara cuma bediri gini," gumam Zia menolak jika dirinya harus berdiri. Zia berjalan kearah belakang, bermaksud mencari tempat duduk yang kosong kali aja ada.
"Samping gue kosong," tiba-tiba suara seseorang mengagetkan Zia, sepontan Zia langsung menoleh keasal suara. Terlihat seorang pria yang memakai topi dan masker lengkap dengan kaca mata hitam.
Dengan ragu Zia menuju tempat tersebut, dari pada dirinya berdiri lebih baik ia duduk saja. Zia mengerutkan dahinya bingung siapa pria ini? Apa dirinya kenal atau tidak?
"Kenapa ngeliatin gue mulu, suka ya sama gue-"
Zia terkejut ketika melihat pria di sampingnya itu membuka kaca matanya. "Daniel, lo kok bisa di sini?" tanya Zia terkejut.
"Ya bisa lah, atas kehendak Allah,"
"Cihh," cibir Zia.
Dan akhirnya bis berangkat membawa rombongan Altavista untuk melaksanakan study tour kali ini. Selama perjalanan Zia tidak henti-hentinya mengoceh, membicarakan hal yang tidak penting sekalipun, Daniel hanya menjawab iya berulang kali.
"O iya Niel, anu-" ujar Zia terjeda. Ia sengaja menjedanya.
"Sumpah lo cerewet banget! Anu apaaan?" cetus Daniel kesal karena Zia sengaja menggantungkan kalimatnya.
Zia hanya menyengir sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hue mau ngomong apa ya tadi?" tanya Zia tanpa beban.
"Ya mana gue tau!"
"Oh iya lo sekarang gak ada pacar kan?" tanya Zia hati-hati.
Daniel mengerutkan dahinya, ini pertama kalinya Zia menanyakan hal ini kepada dirinya. "Engga gak ada! Kemarin baru gue putusin!" jawab Daniel cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...