Part 40 - Kacau

4.4K 333 68
                                    

"Zi lo semalem kenapa?" tanya Neera yang sedang merapikan kopernya sore ini mereka akan pulang, dan pagi ini akan ada acara penutupan study tour di rooftop.

Zia menggeleng lemah. "Engga papa ko Neer, gue kelilipan aja semalem," jawab Zia ngasal.

"WHAT! KELILIPAN BANJIR AER MATA! KELILIPAN APA NENG? KELILIPAN GAS AIR MATA," sewot Dilla.

"Ada yang retak tapi bukan tembok," tambah Zia dramatis.

"Bacot lo bacot," cibir Neera. "Yaudah ayo ke Rooftop, cape gue mau cepat-cepat pulang perasaan gue gak enak," pungkas Neera lesu. Dari tadi perasaanya tidak enak, ia sangat gelisah.

Setelah merapikan koper mereka Zia, Neera, dan Dilla segera menuju Rooftop untuk mengikuti acara penutupan study tour Altavista.

Rooftop hotel yang sangat tinggi dengan pemandangan laut dan perkotaan yang sangat indah, ditambah angin laut yang menyejukkan.

Zia melihat Daniel yang tengah tersenyum kearahnya, Zia hanya membalasnya dengan senyum tumpul dan langsung mengalihkan pandangannya. Kejadian semalam masih terngiang di kepalanya.

"Zii-" panggil Daniel.

Namun Zia langsung pergi ketika Daniel menghampirinya, Zia menghindari Daniel, pria itu hanya memasang ekspresi bingungnya.

"Dengan ini saya Arvan selaku ketua panitia studytour Altavista tahun ini menyatakan bahwa studytour resmi berakhir."

Prokk prok prokk
Suara riuh tepuk tangan memenuhi gendang telinga.

Dreett.
Ponsel Zia bergetar menandakan sebuah panggilan masuk.

"Tumben Daffa nelpon gue," gumam Zia begitu membaca nama yang tertera di panggilan masuk diponselnya.

"Ya hallo Dap," ujar Zia menjauh dari keramaian karena suara telponnya kurang jelas. Suara bising musik sangat menganggu.

"..."

"Kenapa? Tumben-"

"..."

"Gue balik sore Dap, mungkin nyampe rumah malam kenapa?"

"..."

"Bilangin aja sama bunda ya-"

BRAAKKK!
Tubuh Zia tersentak kaget begitu mendengar geprakkan pintu besi yang berada tidak jauh darinya. Dengan cepat Zia mematikan sambungan teleponnya dan menatap keasal suara.

"Zia mana Dill?" tanya Neera begitu menyadari Zia tidak ada bersama mereka.

Dilla yang niatnya hendak minum terpaksa mengurungkan niatnya. "Ya mana gue tehe, gue kan dari tadi disini sama lo,"

"Zia mana?" tanya Daniel yang baru saja datang menghampiri Neera dan Dilla.

Ini kedua kalinya Dilla gagal untuk minum
"Gue gak tau!" hentak Dilla kesal. "Heran gue pada nyariin Zia semua hari ini," omelnya.

Daniel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Biasanya tu anak nempel sama kalian,"

"Dill-" sapaan Farrel terhenti karena suara Dilla terdengar nyaring.

"APA LAGI SI YA ALLAH! GUE MAU MINUM AJA GAK BISAA!" murka Dilla membuat Neera dan Daniel tidak bisa menahan tawa. Sedangkan Farrel hanya cengo melihat gadis itu kesal setengah mampus.

"Temen lo kenapa kesana sendiri?" tanya Erick yang baru saja datang dan langsung membuat Neera dan Dilla bingung. Erick Menunjuk kearah kanan dimana tangga darurat berada, di sana terlihat sepi karena kerumunan orang sedang fokus kearah panggung.

"Ntar juga balik tu anak? Paling lagi nerima telpon," sahut Neera mengerti.

"Ka- ka Eva?" bingung Zia ketika melihat Eva berdiri di depan sana. Sambil memandangnya tajam.

RICORDARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang