Part 41 - Khawatir

4.4K 343 31
                                    

"Hallo Daffa," lirih Dilla, ia menghubungi Daffa untuk memberitahukan kondisi Zia, Dilla tak tega jika langsung menghubungi tante Cynda.

"..."

"Zi- Zia jatuh di tangga, sekarang dia dirumah sakit gue masih belum tau kondisinya sekarang," lirih Dilla mencoba menahan tangisnya. Namun tidak bisa air mata ini terus keluar.

"..."

"Nanti lo jemput gue sama Neera di bandara yah, jangan bikin orang rumah panik, mereka pasti sibuk ngurus pemakaman kak Naura," tambah Dilla.

"..."

"Jangan panik Dapa, lo jangan buat gue takut, mudah-mudahan gak papa," Dilla menelpon Daffa dengan isak tangis yang semakin menjadi

"..."

Dilla mematikan sambungan telponnya dan mengusap air matanya yang masih mengalir.

"Biar gue temanin kalian bali-"

"Gak usah Rik, gue gak mau ngerepotin kalian," potong Dilla, ia tidak memberitahukan masalah ini kepada Erick. Dilla terduduk lemas di samping Neera yang belum juga siuman.

"Gue titip Zia ya! Gak lama paling om Revan datang, tolong kasih tau kabarnya gimana, gue pusing gak mungkin gue biarin Neera balik sendiri," ungkap Dilla dengan tatapan kosong.

"Ini sebenarnya ad-" tanya Erick terpotong.

Brankk!
Pintu kamar terbuka, terlihat Farrel yang baru saja datang dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Neera kenapa?" tanya Farrel bingung, ia memang tidak melihat kejadian tadi karena sibuk mengurus ambulan.

"Hiks, ga- gak ini gak mungkin, gue mimpi kan Dill," tangis Neera terpecah, baru saja ia tersadar dari pingsannya tetapi air matanya sudah jatuh dengan deras.

Dengan sigap Dilla langsung memeluk sahabatnya itu. "Kita balik sekarang, lo tenang aja Neer ad-"

"Tap- tapi Zia gimana?"

"Ada Daniel, Erick, sama Farrel di sini, mereka pasti jagain Zia, gue juga udah ngabarin om Revan, doain mudahan Zia baik-baik aja."

"Lo mau kemana?" tanya Farrel kepada Dilla.

"Gue balik deluan! Jagain Zia ya tolong!" jawab Dilla sambil menatap Farrel dengan tatapan nanarnya.

"Cepat Dill!" suruh Neera dengan langkah gontai ia bersiap-siap dan merapikan barangnya.

"Biar gue anter," sanggah Erick mengengam lengan Neera.

"Pliss lo disini aja jagain Zia! Gue gak papa," balas Neera menatap mata pria itu lekat.

Zia segera dibawa keruang UGD untuk mendapat penanganan. Daniel mengacak rambutnya frustasi, ia merasa bersalah pada gadis itu.

"Eva!" gumam Daniel mengingat nama gadis itu. "Ini pasti ulah Eva!"

"Pliss Zi jangan buat gue khawatir kaya gini," gumam Daniel memperhatikan bajunya yang sudah penuh dengan darah Zia.

Daniel duduk dengan gusar di depan UGD, ia merogoh sakunya mengeluarkan benda berbentuk persegi.

"Van? Cari Eva sekarang!" seru Daniel ketika sambungan teleponnya tersambung kepada Arvan.

"Dia udah gak ada di sini?"

Daniel terdiam menggeretakan giginya. Eva pasti memikirkan cara untuk lolos dari masalah ini.

"Lo gak balik? Rombongan udah siap-siap, kita pulang lebih awal, pesawatnya di cepatin."

RICORDARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang