"Zii-"
"...."
"Lo denger gue gak."
"Minggir!" ketus Zia.
Daniel menutup jalan untuk Zia, dirinya harus menjelaskan tentang 'taruhan' itu supaya tidak ada salah paham. Zia menggeram kesal menatap pria didepannya ini.
"Gue mau lewat, lo bisa minggir gak!" hentak Zia, dirinya masih sangat dongkol dan tidak terima.
"Hei, lo marah-" ujar Daniel mengembangkan senyum mautnya.
Dengan wajah kesalnya, Zia menatap senyum Daniel dan sedetik kemudian tersadar. "Hehe sorry gak mempan." batin Zia.
"Masih nanya lagi!" balas Zia sambil memutar kedua bola matanya malas.
Bel istirahat sudah berdering lebih dari lima menit yang lalu, Zia berniat mengembalikan buku yang dipinjamnya di perpustakaan, tetapi pria ini malah mengganggunya.
Daniel masih menghadang Zia diambang pintu, memikirkan cara apa yang mampu membuat Zia luluh dan mau mendengar penjelasannya.
"Haa? Apa bu- iya ini Daniel." ujar Zia berjinjit karena tubuh Daniel mengganggu penglihatannya, merasa namanya disangkut pautkan Daniel sontak menoleh kebelakang untuk melihat siapa lawan bicara Zia ini.
"Minggir!" ketus Zia, ketika Daniel menatap kearah belakang ia langsung menerobos membuat tubuh Daniel termundur. Daniel mengeram kesal gadis itu lolos lagi.
Di jam istirahat seperti sekarang, perpustakaan tidak terlalu ramai, mungkin mereka lebih mementingkan mengisi perut di kantin, Zia juga sih kalau saja hari ini bukan jadwal mengembalikkan buku yang dipinjamnya, pasti Zia juga sudah berada di keramaian kantin untuk mengisi perutnya.
Setelah selesai mengembalikkan buku, Zia berniat untuk keluar dari perpustakaan tetapi pria itu lagi-lagi menganggunya.
Daniel tanpa aba-aba langsung menarik lengan Zia untuk masuk kembali kedalam perpustakaan. Pria itu membawa Zia dibalik rak buku yang menjulang tinggi, Daniel langsung mengunci pergerakan Zia ditembok. Sepi dan jauh dari keramaian membuat situasi ini sangat tegang bagi Zia.
"Lo kenapa? Marah? Sama gue, Gegara gue ngejadiin lo bahan taruhan," tanya Daniel suaranya terdengar datar sambil menatap Zia dengan tajam. Zia dengan berani menatap balik mata hitam legam itu.
"Ya iyalah lah! Lo bego atau gimana, siapa yang mau di jadiin bahan taruhan!" jawab Zia dengan berani. Perasaannya marah, kesal dan kecewa.
Mendengar ucapan Zia yang sedikit menantang, Daniel langsung mendekatkan wajahnya membuat Zia diam membeku layaknya sebuah patung.
"Lo- lo pikir lo siapa hah!" seru Zia dengan gugup, jantungnya tidak bisa diajak kerja sama saat ini.
Kini wajah keduanya sudah sangat dekat, bahkan Zia bisa merasakan hembusan napas Daniel dengan jelas, Daniel tersenyum miring. "Gue emang bukan siapa-siapa lo sih."
"Tapi guekan calon pacar lo, dan gue-" Daniel sengaja menggantung ucapannya menunggu bagaimana reaksi gadis itu.
Zia melototkan kedua matanya, mendorong tubuh Daniel untuk menjauh darinya. Dan langsung menghirup oksigen sebanyak mungkin.
"Terpesona?" goda Daniel, Zia merutuki dirinya yang tengah terbengong sambil memandangi wajah Daniel.
Lihatlah Daniel tengah tersenyum mengejek kearahnya. Zia menggeser tubuhnya ke depan dan berjalan mendekat arah Daniel. ia meniru sikap Daniel tadi dan kali ini Daniel lah yang dibuat diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...