19:34
Jalanan kota tampak padat oleh berbagai macam transportasi yang berlalu lalang, kalau saja bukan karena bunda mereka yang menyuruh untuk membeli kue bolu ketempat langganan bundanya, pasti saat ini Zia, Neera, dan Dilla tengah bersantai sambil mengangkat kaki. Tadi Zia sudah menyarankan untuk gofood saja namun sang bunda menolak dan menyuruh gadis itu saja yang mengambilnya."EH STOP STOP!" Dilla menepuk pundak Neera yang sedang fokus mengendarai mobilnya. Neera yang mendengar teriakan Dilla langsung memperlambat laju mobilnya.
"Astaga Dill lo bisa ngomong pelan-pelan gak sih," ucap Zia kesal. Zia baru saja ingin memejamkan matanya tetapi suara Dilla mengagetkannya. Tubuhnya sangat lelah hari ini.
"Tau tuh Dilla, untung aja dibelakang gak ada tronton," kata Neera menyetujui ucapan Zia, dan kemudian menoleh kebelakang menatap Dilla. "Emang ada apaan sih Dill?"
"Itu di depan, bukannya mereka ya?" tanya Dilla sambil menunjuk kearah depan, tepat kearah segerombolan motor yang sedang berjalan dengan arah yang lumayan jauh dari mobil mereka. Mungkin sekitar 5 motor.
Zia dan Neera mengikuti arah yang di tunjuk Dilla.
"Eh iya kaya Daniel, Erick, sama Farrel," ujar Zia mengiyakan ucapan Dilla tadi.
"Mereka mau kemana anjir jangan bilang-" tebak Neera terhenti.
"Fix kayanya mereka mau berantem!" potong Dilla cepat sambil menepuk tangannya heboh.
"Hah?" Zia cengo tidak mengerti akan ucapan Dilla. Dilla yang melihat ketelmian temannya itu langsung menjelaskan secara detail.
"Ja- jadi maksud lo mereka bakalan berantem sama anak cakrawala tadi?" tanya Zia memastikan.
Dilla mengangguk mantap. "Udah si Dill, itu urusan mereka kita gak usah ikut campur," sosor Neera cepat.
"Iya juga si bukan urusan kit-"
"AAAAAA!" pekik ketiganya ketika melihat segerombolan motor tiba-tiba memepet sebuah motor, membuat motor hitam itu oleng, untung saja tidak sampai jatuh.
"Motor siapa tu?" tanya Neera penasaran.
"Gak tau, tapi itu beneran mereka gak sih?" tanya Dilla.
"Bener Dill, itu plat nomornya Daniel," jawab Zia cepat, hanya kebetulan tau.
"Cie ta-"
"Gue cuman kebetulan tau aja Dilla!" potong Zia cepat.
Ntah dalam keadaan sadar atau tidak, Neera langsung menginjak gas mobilnya dan melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi menyusul motor Daniel, Erick, dan farrel yang tenggah di giring oleh banyak motor.
"Ner lo gila? Lo masih sadar kan?" tanya Zia menatap Neera bingung.
"Ntar kalo mereka kenapa-napa gimana? Gue takutnya- haaa kok gue yang takut sihh," Neera mulai meracau tidak jelas, batin dan fikirannya tidak sejalan.
"Cie Neera khawatir." Goda Dilla yang tentunya tidak di respon oleh Neera.
"Ntar pas mereka berantem trus tu orang liat kita gimana? Udah ah Neer putar balik aja, gue masih mau hidup," mohon Zia takut.
"Anjir mereka cuman be 5 lo ga liat apa tu motor banyak banget, polisi mana sih kok ga ada di jalan, biasanya banyak." oceh Neera.
Waktu terus berjalan, angin malam begitu menusuk hingga tulang. Mobil Neera terus membuntuti dengan jarak yang lumayan jauh. Neera juga takut kalau ketahuan.
"Ngaapain kita ketempat ginian si Neer?" tanya Zia begitu turun dari mobilnya dan memperhatikan sekelilingnya. Neera dan Dilla juga sama bingungnya dengan Zia.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...