"Masuk kelas bukannya salam malah ngomel gak jelas lu," sosor Neera saat melihat Zia yang tengah meracau tidak jelas, lalu melemparkan tasnya di atas meja secara asal.
BRAKK!
"Buset mbak," pekik Dilla kaget, hampir saja ponsel atau belahan jiwanya itu terkapar dilantai.
"Ih tugas gue! Huaa bunda." rengekannya ia masih sangat-sangat dongkol akan kejadian tadi, Zia menghentak-hentakkan kedua kakinya kesal.
Dilla dan Neera menatap Zia dengan raut wajah bingung. Kenapa lagi ni anak?
"Sikut lo kenapa Zi?" tanya Dilla membalikkan tubuhnya menatap Zia yang sudah merebahkan kepalanya diatas meja, dan tanpa berfikir langsung memegang luka yang berada ditangan Zia, membuat Zia meringis menahan perih.
"AWW! Sakit begooo!" Umpat Zia sambil menatap Dilla tajam, Dilla juga ikutan meringis dan langsung memamerkan cengirannya.
"Kenapa tangan sama kaki lo?" tanya Neera mengangkat sebelah alisnya.
"Luka," jawab Zia enteng sambil menatap luka-lukanya dengan miris.
Neera melengos. "Iye gue tau kalo itu luka, tapi kenapa ?" tanyanya geregetan.
"Jatoh tadi di koridor, tugas gue! tugas fisika gue ancur huhuhu," curhatnya. "Arghhhhhh dasar cowok sialann! Gara-gara dia tugas gue hancur!" kesal Zia menggacak-acak rambutnya frustasi, ntahlah bagaimana tampang gadis itu sekarang.
"Gimana bisa jatoh? Ha cowok sialan siapa? Lo ngomong yang jelas dong Zi." sosor Dilla mengerutkan dahinya bingung.
"Ha-"
Kkrrriinnnggggg.
Bel masuk berdering nyaring memenuhi seluk beluk Altavista, momotong ucapan Zia yang baru saja hendak menjawab pertanyaan Dilla."Selamat pagi anak-anak." sapa bu Ana, guru mata pelajaran bahasa indonesia yang lumayan ramah, ditangannya terlihat tumpukkan buku-buku yang lumayan banyak.
Zia melengos, malas! Dirinya tidak suka pelajaran bahasa indonesia, ellah Zia pelajaran apa sih yang lo suka. Cuman Arvan kan yang lo suka.
"Pagii buuuu." koor anak-anak kelas XI- IPA 1 secara kompak.
"Pelajaran kemarin sampai dimana ya?" tanya guru cantik tersebut sambil membuka buku paket tebal yang sudah berada ditangannya.
Dilla menggerutu, ia juga sangat kesal dengan pelajaran ini, karena apa? Yah karena setiap pelajaran bahasa Indonesia Dilla selalu remedi. "Sampai Thomas alva edison menciptakan balon udara beserta gelembung sabun bu-" jawab Dilla asal sambil mengeluarkan semua bukunya dalam tas secara kesal, ia masih tak menyadari bahwa suaranya terdengar.
Seisi kelas menatap kearah Dilla, sang pelaku masih tidak menyadari hal tersebut, dirinya sibuk mengobrak abrik tasnya untuk mencari keberadaan buku bahasa Indonesianya.
"Buku guee?" paniknya sementara seisi kelas masih menatap gadis itu.
Dilla mengangkat kepalanya bingung menatap seisi kelas yang saat ini tengah menatap dirinya, dan kemudian menyengir mengigat akan ucapannya barusan. "Heheee gak kok bu, lanjut deh," jawab Dilla sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Guru itu pun hanya melengos kemudian melanjutkan kegiatannya.
"Gawat temen-temen gue gak ada yang waras." gumam Neera.
"Oke semua! Perhatian harap kedepan, pelajaran akan segera ibu mulai ja-" oceh bu Ana terputus saat mendengar suara ketukkan dari arah pintu.
Tok... tok.. tok...
Seluruh pasang mata menatap kearah pintu dimana sudah berdiri seorang pria tampan.Zia langsung melototkan kedua matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...