"Untuk kegiatan hari ini saya minta kalian membuat laporan observasi pengamatan tentang desa ini, tempatnya kalian sendiri yang menentukan," suara Arvan kembali terdengar dari depan.
"Huaaaachiiimm,"
"ZIAA JANGAN BERSIN SEMBARANGAN IH!" lengkingan suara Dilla terdengar keras.
Hari ini adalah kegiatan terakhir dari study tour Altavista, besok mereka akan liburan mumpung masih di pulau dewata Bali.
Kondisi Zia dan Dilla sudah berangsur membaik, mereka tidak mempermasalahkan masalah kemarin walau mereka sendiri masih sangat penasaran, siapa dalang dibalik semua kejadiian yang menimpa mereka.
"O iya kita mau observasi di man-" tanya Neera terputus.
"Desa penari aja kayanya bagus," sosor Dilla dengan enteng.
"Bagus apaanya Dilla pinter," kesal Zia menggelengkan kepalanya kesal.
"Ayo," ajak Daniel yang sedari tadi fokus pada layar ponselnya.
"Mau kemana si Daniel Ayo-ayo aja, gak liat apa itu kak Arvan masi ngomong didepan," kesal Zia lagi.
Dilla spontan menoleh kearah Zia. "Zia lo hari ini sewot banget sih kek tetangga gue," tutur Dilla mencibir.
"Tetangga lo sapa? Gue?" tanya Neera memincingkan matanya tajam.
"Semua kembali kesini pukul 5 sore tidak ada yang terlambat atau apa-pun itu! Mengerti!"
"Banyak bacot kalo Arvan yang jadi panitia," sahut Farrel pelan.
"Farrel ih gak boleh gitu," ujar Dilla berkomentar.
Farrel menoleh kearah Dilla sambil memincingkan mata menatap Dilla perlahan. "Lo sok imut banget sih," cibirnya.
Dilla melototkan kedua matanya. "Ya emang gue imut."
"Pd lu!"
"Ngomong sekali lagi gue cium lo!" kesal Dilla menghentak-hentakkan kakinya.
"Cium aja sini kalo lo berani," tantang Farrel yang mampu membuat Dilla terdiam.
"Engga ah ntar lo keenakkan lagi," sahut Dilla sembari memanyunkan bibirnya.
"Keenakkan apanya? Bau jigong iya,"
"Anjir awas lo ya!" kesal Dilla lalu mengejar Farrel yang sudah ngacir meninggalkannya.
"Beneran ini?" tanya Zia tak yakin, di hadapannya sudah terlihat sebuah mobil pick up berlumpur yang siap mengangkut mereka untuk sampai ke tempat yang akan mereka observasi.
"Iya beneran, cuman ini tebengan kita," sahut Daniel dan dengan sigap naik kedalam mobil pick up tersebut.
Zia, Neera, Dilla, Daniel, Erick, dan Farrel mereka sedang melakukan perjalanan untuk sampai di tempat yang akan mereka observasi. Selama perjalanan mulut Dilla tidak henti nyerocos membuat yang lain hanya melengos membiarkan saja gadis itu.
"Aus Neer, bawa minum gak Zi?" tutur Dilla meneguk liurnya, tenggorokkannya terasa kering akibat terus mengoceh, sambil menatap Zia dan Neera secara bergantian.
"Engga bawa," sahut Zia menggeleng cepat.
"Gue gak bawa juga," jawab Neera begitu Dilla menatapnya.
"Nih," Farrel menyodorkan sebotol air mineral.
"Gak sekalian sama cemilannya Rel," ujar Dilla ngelunjak.
"Gue lempar lo kesawah mau," kesal Farrel melihat kelakuan gadis ini.
"Engga-engga gak mau," jawab Dilla dan dengan cepat mengambil air mineral yang disodorkan Farrel tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...