Bremm... bremm....bremm...
Suara deruan mesin motor mengagetkan Zia yang tengah hanyut dalam kebingungan, dilihatnya sebuah motor Cagiva bewarna hijau hitam berhenti tepat dihadapannya."Siapa ya?" tanya Zia penasaran, perasaan ia belum memesan ojek online.
"Gue! Mau nebeng gak?" tanya Daniel membuka helm full facenya.
Zia bergumam keren dalam hati. Namun sedetik kemudian ia menarik kembali pujiannya.
"Ahh nebeng? Huakakakakak dalam sejarah hidup gue, mana ada yang namanya Kezia Alqueena itu nebeng apa lagi sama cowok songong kek lo." jelas Zia sambil melipat kedua tangannya di dada.
Daniel menaikkan sebelah alisnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penuturan Zia barusan. "Oh ya udah bye cantik!" ucap Daniel kembali memakai helmnya dan hendak mengegas motornya.
Zia mengetuk jarinya di dagu cemas, dari pada dirinya pulang jalan kaki ya suda-
"Eh tunggu, yaudah deh mau," ucap Zia akhirnya.
Dengan terpaksa Zia menaiki motor tersebut dengan perasaan campur aduk. Sementara Daniel menyunggingkan senyum dibalik helmnya.
"Lo maksa sih makanya gue mau," ujar Zia yang sudah berada di boncengan Daniel.
"Ya udah turun sana!"
"Eh engga kok! ENGGA!" ujar Zia cepat.
"Gak papa Zia sekali ini doang!" gumam Zia mengelus dadanya sabar.
Setelah mengikuti arahan Zia akhirnya motor Daniel memasuki komplek perumahan Zia.
"Hah! Apa lo ngomong apa barusan? Gue gak denger!" tanya Zia dibelakang sana, ia mendengar Daniel mengeluarkan suaranya namun ia tidak mendengar jelas apa yang Daniel bicarakan.
"Gak ada gue gak ngomong apa-apa."
"Masa sih? Perasaan tadi gue deng-"
"Jam segini memang siluman-siluman mulai keluaran, mungkin mereka pengen komunikasi sam-" ucap Daniel tanpa beban.
"DIEM!" suruh Zia, setelah mendengar hal tersebut Zia menjadi tidak tenang.
"Kenapa lo takut?" goda Daniel dari depan sana, ia melihat perubahan raut wajah gadis itu dari spion.
"Engg- engak sok tau banget sih lo." sosor Zia mengelak padahal dirinya sangat-sangat takut.
"Stop stopp!" perintah Zia sambil menepuk bahu Daniel dengan tidak sabaran.
Zia melihat pintu rumahnya terbuka lebar, Zia yakin pasti ayahnya sedang menunggunya. "Lo cepetan balik gih! Ntar ayah gue keluar," usir Zia menatap Daniel tidak sabaran ia bahkan lupa mengucapkan terimakasih atas kebaikan Daniel hari ini.
"Lo gak mau nawarin masuk dulu?"
"Gak! Jangan, jangan nyari masalah udah sana lo pulang."
"ZIAAAAA!"
Zia mengigit bibir bawahnya. "Mampus." gumamya lumayan keras, dan dengan perlahan membalikan tubuhnya dengan mata tertutup.
Daniel mengangkat kedua alisnya menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Suara langkah kaki mulai mendekat membuat Zia mulai merasa takut.
"Malam om," suara Daniel membuat Zia semakin cemas, ayahnya pasti marah besar sekarang, melihat Zia pulang malam apalagi bersama seorang pria.
"Ohoo malam juga," suara tersebut menyahut.
"Tunggu itu bukan suara ayah tap-" batin Zia. "Om Arkaa!" pekiknya saat membuka mata dan melihat omnya tengah tersenyum cerah menatap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...