"Udah gue bilang kan! Lo tu sakit! Masih aja ngotot mau ikut! Ini jauh Zi lewat hutan! Ntr kalo lo tambah sakit gimana! Ntar kalo lo sawan! Kalo bunda lo nelpon gue harus jawab apa!" selama di perjalanan Neera tak henti-hentinya mengomelin Zia membuat Zia, Dilla, Daniel, Farrel, dan Erick hanya bisa terdiam pasrah. Yah mereka memang sekelompok atas kehendak Daniel yang memaksa agar mereka harus sekelompok.
Sejujurnya niat Daniel ingin sekelompok dengan para gadis ini adalah untuk memastikan Zia tetap dalam keadaan baik.
"Nah 2 kata Neera," tambah Dilla sok-sokan.
"Lo juga Daniel! Erick! Farrel! Kalian kerjain tugasnya jangan cuman ngelongo doang!"
"Nah 2," sambung Dilla lagi.
"Zia kalo cape lo bilang! Awas lo tiba-tiba tumbang, gue gak mau ya!"
"2, betul kata Neera Zia," sahut Dilla.
"Neer, lo bisa berenti nyerocos ga," ucap Erick dengan suara yang tenang, membuat Neera seketika langsung terdiam.
"Nah 2 kata Erick," tutur Dilla sembari mengangguk-anggukkan kepalanya setuju.
"Udah daripada kalian ribut, mending kerjain tugasnya, biar cepat selesai," Zia membuka suara, ia merasa bersalah harusnya tadi ia tetap berada dikamar untuk beristirahat bukan nyusahkan semua orang seperti ini.
"2, kalian memang harus ngerjain tugasnya biar cepat sel- mbbppfftt-" pidato Dilla terputus.
"Lo bisa diem gak? Kesel gue, harusnya mulut lo itu gak osah dikasih nyawa biar diem!" komentar Farrel sambil membekap mulut Dilla, membuat Dilla meronta-ronta dan berupaya melepaskan bekapan tangan Farrel.
"Ssttt ini hutan jangan ribut lo pada! Sawan ntar," ujar Daniel sambil menuliskan beberapa kata diatas kertas.
"Nah 2 kata Daniel," sambung Dilla cepat.
"Sekali lagi lo ngomong, gue kawinin lo sama nyamuk," ancam Farrel kesal.
"Iya gak papa, nyamuknya yang ganteng ya Rel," saran Dilla sumringah.
"Gila ini nyamuknya banyak banget," suara kericuhan mulai terdengar sepertinya sekelompok orang mulai berjalan mendekat kearah mereka.
"Ya ialah banyak namanya juga hutan," cibir Dilla tidak santai. Seluruh pasang mata menatap kearah kearah Dilla.
"OMG! Cerr sepatu gue! Kotorkan ngapain sih lo dorong-dorong gue!" suara kericuhan semakin terdengar jelas. Zia, Neera, Dilla, Daniel, Erick dan Farrel menghentikan langkah mereka, menanti orang sang penyebab dari kericuhan itu.
Tiga orang gadis muncul dan mereka langsung memasangkan senyum kemenangan begitu melihat Daniel, Erick, dan Farrel.
Erick memincingkan matanya menatap kearah tiga gadis yang baru saja datang menghampirinya. "Bukannya ini cewek semalem?" gumam Erick yang mengigat ketiga gadis ini adalah penghuni kamar depan.
"Itu orang yang dorong lo kemaren kan Dill?" tanya Zia berbisik pelan tetapi suaranya masih dapat didengar oleh Neera, Dilla, Daniel, Erick, dan Farrel.
Dilla menatap salah satu dari ketiga gadis itu dan langsung mengangguk. "Kayanya si Zi, gue gak terlalu liat mukanya."
"Hei kalian masih disini?" tanya Eva, salah satu dari ketiga gadis tadi dengan cepat mereka mengambil alih posisi Zia, Neera dan Dilla, membuat Zia dkk menyingkir kebelakang.
"Anjir Cecep mana ya?" tanya Neera pelan. Ia mengingat betul cewek yang mendorong Dilla semalam adalah cewek yang waktu itu Cecep ganggu.
"Iss iya Cecep mana ya?" tanya Zia membuat Dilla memanyunkan bibirnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...