"Bulan depan kita udah ujian kenaikan kelas, gue harap kita semua naik kelas dengan nilai terbaik," ujar Dilla memeluk Zia, dan Neera.
Keadaan Zia sudah pulih seutuhnya, hubungannya dengan Daniel semakin baik.
"Aminnnn!" ujar Zia dan Neera mengamini ucapan Dilla barusan, siang di hari minggu seperti ini membuat mereka terus bermalas-malasan.
"Mudahan gue bisa masuk peringkat 5 besar!" mohon Zia.
"Gue balik deluan ya," pamit Dilla yang langsung beranjak turun dari kasur Zia.
"Mau kemana lo?" tanya Neera cepat.
Dilla menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Farrel ngajak keluar barusan,"
"Kemana?" tanya Zia dan Neera kepo, mereka mulai menggoda Dilla yang sudah terlihat salting.
Dilla mengangkat bahunya. "Engga tau juga,"
"Ciee dandan yang cantik ya Dilla," pungkas Neera cengar-cengir.
"Jangan lupa pake baju bagus Dill," sambung Zia.
"Gue gak punya baju, pinjem baju lo ya Zi," balas Dilla.
Zia melemparkan bantalnya kearah Dilla dan dengan cepat Dilla berlari keluar dari kamar Zia.
***
"Jangan lupa dateng ya," ujar Dilla sambil menyerahkan undangan ulang tahunnya keteman-teman.
"Siapa lagi yang belum?" tanya Dilla kepada Zia dan Neera.
"Udah Dill, gue cape keliling sekolah," ujar Zia menghela nafasnya. Karena sedari tadi ia dipaksa Dilla ikut untuk membagikan undangan.
"Ga bisa Zia, undangannya harus cepat disebar, ntar gak ada yang dateng ke ulang tahun gue lag-" pungkas Dilla bersemangat.
"Iya Dill iya," pasrah Zia dan mereka kembali melanjutkan jalannya.
Minggu nanti adalah ulang tahun Dilla ke 17, dimana gadis itu merayakan dengan party di rumahnya.
"Eh itu mereka kesana yu," ajak Dilla bersemangat begitu menginjakkan kakinya dikantin dan melihat keberadaan Daniel, Erick, dan Farrel yang tengah asik bercengkrama.
"Hei guys, jangan lupa dateng ya, btw lo bertiga wajib bantu-bantu dirumah gue," ujar Dilla sambil menyerahkan undangan kepada Daniel, Erick, dan Farrel.
Daniel, Erick, dan Farrel menerima undangan Dilla, ia membacanya sekilas.
"Uh cape gue," ungkap Zia sambil mengelap keringat di dahinya dan dengan santainya ia menyeruput Es Jeruk yang ada dihadapan Daniel tanpa ijin.
"Kalo haus sana pesen, jangan punya gue dihabisin," komentar Daniel yang melihat minuman miliknya hampir habis karena Zia. Namun Daniel membiarkan saja gadis itu menyeruput minumannya sampai habis.
"Gak sempat, keburu mati keausan gue," jawab Zia menyerahkan kembali gelas milik Daniel yang sudah kosong.
"Nih makasih," ucap Zia tanpa beban.
"Niel suapin gue laper," suruh Zia mulai ngelunjak. Ketika melihat Daniel menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya.
"Sana pesen," suruh Daniel sambil mengunyah makannya sambil memandang Zia yang tengah melongo, ia sangat ngiler oleh nasi goreng Daniel.
"Gak mau! keburu mati kelaperan gue," tolak Zia menggelengkan kepalanya cepat. Lagi-lagi membuat Daniel melengos.
"Ya udah ni cepet makan," suruh Daniel menyodorkan piring makananya kehadapan Zia.
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...