Part 29 - The first day

4.9K 349 6
                                    

Rombongan Altavista baru saja sampai di bandar udara internasional Ngurah Rai, Bali. Berapa bis sudah menunggu untuk perjalanan selanjutnya. Agenda pertama mereka adalah mengunjungi sebuah desa di kota tersebut.

Zia, Neera, dan Dilla saat ini berada di bis yang sama. Mereka diam-diam berpindah bis bahkan anak-anak lain juga sudah berpencar untuk bersama temannya masing-masing.

Zia, Neera, dan Dilla terdiam cukup lama menikmati perjalanan. Zia dan Neera duduk sebangku, sementara Dilla duduk dibelakangnya seorang diri. Dilla menekuk wajahnya sembari menatap luar jendela, dirinya merasa kesal karena dua sahabatnya itu tidak menghiraukan dirinya yang sedari tadi mengoceh tidak jelas.

Bis melaju semakin jauh dari kota, langit sudah mulai gelap, Zia merenggangkan seluruh ototnya yang terasa tegang akibat tertidur terlalu lama dengan posisi duduk.

"Ah, belom nyampe juga ya?" tanya Zia sembari mengucek matanya, menatap keluar jendela terlihat langit mulai gelap.

"Aa gue takut sendiri, mana udah mau gelap lagi," pekik Dilla dari arah belakang menyahuti ucapan Zia tadi ketika bis mereka mulai memasuki jalan yang dipenuhi pohon-pohon menjulang tinggi.

"Yeee, kebanyakkan nonton horor lo Dill," cibir Neera sambil menggelengkan kepalanya.

"EEEEHH GAWAT GUYSSSS!" jerit Dilla nyaring, sontak membuat Zia dan Neera bahkan orang yang berada di dalam bis juga ikut menoleh kearah Dilla dengan tatapan seolah bertanya 'kenapa?'

"Tas cemilan gue sama Farrel lagi, ntr kalo jajan gue di abisin gimana, huahhhh!" lanjut Dilla merengek. Membuat Zia dan Neera melengos sembari memutar kedua bola matanya malas. Sedangkan seisi bis langsung kembali pada aktivitas mereka masing-masing seolah tidak mendengar ocehan Dilla barusan.

19:34

Bis rombongan Altavista sudah sampai di sebuah penginapan yang ada desa tempat tujuan mereka, setelah menempuh perjalanan yang panjang akhirnya mereka sampai juga.

Penerangan di sekitar penginapan itu sedikit gelap karena bis mereka berhenti 200 meter dari tempat penginapan itu berada. Zia, Neera, dan Dilla turun dari bis dengan perlahan.

"Nerra senterin gue dong, ntar kalo gue jatoh ga ada yang bantuin gue kan jomblo, ga ada yang bilang gws dilla, ga ada yang-"

"Bacot Dill bacot! Gue ga ada senter, uda sii jalan aja, lebay banget si lo!" kesal Neera, Dilla hanya memanyunkan bibirnya, dengan perlahan Dilla turun dari bis dan menginjakkan kakinya ketanah yang terasa licin karena jalan yang masih tanah itu sedikit berlumpur.

Tiba-tiba seseorang dari dalam mendorong tubuh Dilla yang masih berada di ambang pintu.

BRRRAAAKKK.

BUGGGHH.

"Ups sorry!"

"Dill lo ga papa?" tanya Zia membantu Dilla yang sudah terjatuh berlutut di kubangan lumpur.

Neera yang melihat kejadian itu langsung tersulut emosi. "Lo sengaja banget sih!" kesal Neera, siapa orang yang sengaja mendorong Dilla itu.

"Ekhem, lo ga papa kan dek? Sorry tadi gue buru-buru soalnya panitia di suruh cepat ngumpul, sekali lagi sorry ya heheee-" ujar sang pelaku panjang lebar, sembari terkekeh kecil menertawakan nasib Dilla. Gadis cantik dengan rambut terurai itu langsung berlalu meninggalkan Zia, Neera, dan Dilla.

Dilla mendengus kesal, sembari berdiri dari jatuhnya, ia melihat dirinya yang sudah kotor akibat lumpur.

"Songong banget anjir, mentang-mentang kakak kelas, uuuu das-"

RICORDARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang