"IH USIR KUCINGNYA DONG NIEL!" kesal Zia ketika seekor kucing selalu mengikutinya sembari megeluarkan suara 'miaw' berulang kali, hal itu membuat Zia semakin takut. Perlu kalian tahu Zia memang takut kepada kucing.
"Lo ngapain sih?" tanya Daniel sembari terkekeh, ia melihat Zia terus menghindar dari kejaran kucing lucu itu.
Sore ini Zia dan Daniel tengah berada di taman kota yang terlihat sangat ramai di sore minggu seperti sekarang. Taman itu dipenuhi oleh orang-orang yang bersantai, termasuk sepasang kekasih ini.
Ntah dari mana datangnya seekor kucing tiba-tiba menghampiri mereka, oh tidak tepatnya menghampiri Zia.
"Daniel! Bantuin jangan nontonin doang," protes Zia, ia sangat kesal dengan kucing putih berbulu lebat ini karena terus mengikutinya.
Daniel tertawa lebar sambil melihat Zia yang sibuk menghindar dan berusaha untuk mengusir kucing putih tadi agar kucing tersebut tidak mengikuti dirinya lagi.
"HUAAAA!"
Sudah! Zia sudah sangat kesal, dirinya sangat cape memutari taman ini tetapi kucing itu masih mengikutinya. "Maap ya kucing, gue agak gak tega, tapi lo ngeselin!" gumam Zia, ia mengambil sapu yang tergeletak tidak jauh darinya dan berancang-ancang akan melayangkan pukulan kearah kucing tak berdosa itu.
"ZIII JANG-" teriak Daniel terputus, karena Zia sudah lebih dulu memukul kucing tersebut.
bughh!
"MIIIIAAWWW!" raung kucing imut itu dan langsung mencakar kaki Zia, kemudian ia pergi begitu saja.
"Awww kaki gue," ringis Zia memegang kakinya yang baru saja dicakar oleh kucing dengan dramatis.
"Gue bilang juga jangan! Kapok kan lu," bukannya menolong Daniel malah menertawakan Zia sejadi-jadinya.
Sementara Zia terlihat sedang menahan sakit dan kesal karena perbuatan kucing ngeselin tadi. Wajahnya terlihat merah padam menahan amarah.
Daniel menghampiri Zia. "Udah ini gak papa, cuman kegores dikit kok," ujar Daniel melihat luka goresan di kaki Zia.
Sekarang Daniel tengah sibuk kuliah, ia mengambil jurusan dokter mengikuti jejak sang ayah, sedangkan Zia baru akan memasuki kuliah tahun depan. Gadis itu juga hendak mengambil kuliah dokter.
Setelah melihat luka goresan dikaki Zia dan memastikan bahwa itu hanya goresan kecil, Daniel segera beranjak dan duduk ketempat semulanya tanpa membantu gadis itu.
"Daniel ihhh! Jangan tinggalin gue," ujar Zia lalu mengejar pria itu dengan ekspresi kesalnya. Bukan Daniel namanya jika tidak membuat Zia kesal.
"Gue gak ninggalin lo cantik," jawab Daniel mengacak rambut Zia gemas ketika Zia duduk di sampingnya.
"Janji," ucap Zia memastikan.
"Iya pegang janji gue,"
"Awas lo kaya Devin, ninggalin gue berapa tahun tanpa kabar,"
"Kan itu Devin, gue Daniel," jawab Daniel santai.
Zia terkekeh. "Tapi Devin sama Daniel itu lo!"
"Iya gue, manusia paling tampan," bangga Daniel tidak jelas sambil merangkul gadisnya itu dengan sayang.
"Kaki lo mau gue perban gak?" tanya Daniel terkekeh.
"Engga apaan sih," tolak Zia.
"Lucu banget ngeliat anak kecil nangis terus kakinya diperban gegara di cakar kucing," tutur Daniel seraya tertawa renyah, sedangkan Zia sudah memasang ekspresi kesalnya.
"Kucingnya nyakar ngeri banget sumpah, kaki gue sampe bedarah banyak," curhat Zia mengingat masa kecilnya itu.
"Tapi sekarang gue gak cengeng lagi," bangga Zia sambil mengibaskan rambut panjangnya yang tertiup angin.
"O ya?" Daniel mengangkat kedua alisnya.
"Yess," jawab Zia cepat.
Daniel mengangguk-anggukan kepalanya. "Iya sayang percaya,"
"Puss pusss," seekor kucing lucu berbulu lebat dengan warna putih tadi menghampiri Daniel ketika Daniel memanggilnya dan dengan cepat Daniel mengambilnya.
"Jangan macam-macam, cepat turunin," suruh Zia kesal karena pacarnya itu dengan sengaja mendekatkannya dengan kucing jahat tadi.
"Kata gak cengeng tapi kok matanya berkaca-kaca gitu," ejek Daniel. Zia masih sangat trauma dengan kucing.
"Ya ya lagian mainnya kucing! Turunin HUAAAAAAA," histeris Zia begitu Daniel menaruh kucing dipangkuannya.
"Udah gak papa, dia gak ganggu kalo lo gak kasar," jelas Daniel.
"Niel," suara seseorang mengagetkan Daniel dan Zia.
"Papa? Tumben main ketaman juga," ujar Daniel begitu menyadari kehadiran sang papa dan mamanya.
"Om Riski jangan bawa Daniel pergi lagi," pekik Zia membuat pria paruh baya itu terkekeh melihat penuturan Zia yang sangat memelas.
"Tenang aja Zia, sekarang Daniel udah sama kamu, gak bakal kemana-mana lagi," jawab Fara mama Daniel dengan senyum lebarnya.
"Zia gak mau ditinggal sama orang yang Zia sayang," ujar Zia lalu memeluk pria disampingnya. Daniel terkekeh, gadis ini selalu mampu membuat jantungnya tidak tenang.
"Gue juga gak mau ninggalin orang yang gue sayang," sahut Daniel membalas ucapan Zia tadi.
Zia terkekeh. Riski dan Farra tersenyum melihat sepasang muda-mudi ini. Mereka tak menyangka kalau Daniel bisa menemukan Zia kembali.
"Lo beneran mirip bocah dengan kaki diperban yang gue liat di rumah sakit."
"Love you Kezia," ujar Daniel mencium puncak kepala gadis itu.
"Love you to Daniel."
○°♡♡°○
KAMU SEDANG MEMBACA
RICORDARE
Teen Fiction[COMPLETED] Kezia Alqueena menemukan seorang cowok yang menarik perhatiannya. Dia adalah Arvan, seniornya di Altavista, tentu saja dia bukanlah satu-satunya gadis di sekolah tersebut yang jatuh hati kepada Arvan. Berbagai cara pun Zia lakukan agar A...