Osis dan Rohis 2 minggu ini cukup sibuk untuk mempersiapkan acara Maulid Nabi dipertengahan semester satu ini, atau untuk kelas XI adalah semester ketiga. Untuk acara kali ini sepertinya aku bisa datang karena tak ada jadwal apapun.
Panitia sudah bersiap dari pagi untuk melakukan briefing dan acara pun mulai saat pukul 07.00 WIB. Acara dimulai dengan membaca Asma’ul Husna bersama-sama yang dipimpin oleh MC. Dilanjutkan dengan istigosah yang dipimpin oleh ketua Rohis dan dilanjut dengan beberapa penampilan dari siswa seperti tilawah dan lainnya. Saat ini aku bertugas sebagai dokumentasi.
Saat memotret salah satu penampilan siswa tiba-tiba aku teringat dompetku ketinggalan di tas yang berada di kelas. Akupun bergegas untuk mengambilnya. Saat akan kembali ke lapangan usai mengambil dompet tiba-tiba di lorong ada suara lembut yang memanggilku dari belakang.
Aku menoleh, dan ternyata itu Aldo, Aldo Aditya Pratama teman sekelasku dan juga ketua kelas. Dia cukup tinggi, berkulit putih, hidungnya sedikit mancung dan rambut sedikit acak-acakan.
“Ada apa ?” aku berhenti sejenak dan menyadari sesuatu “eh ko kamu disini ? kan harusnya siswa dilapangan”.
Jarak kami awalnya sekitar 2 meter tetapi Aldo mulai mendekat sampai jarak kami cukup dekat.
“Naaahh gitu dong, pake kerudung itu gak usah lebar-lebar. Kaya emak-emak aja.” Ucapnya dengan memperhatikan pakaianku.
Diacara kali ini aku memakai gamis berwarna hitam dan kerudung instan warna abu yang panjangnya dibawah dada.
“Maksudnya ?”
Dia mengacak rambutnya dari depan kebelakang “Lo itu lebih bagus kaya gini, gak usah pake kerudung yang lebar sampe kepaha kaya yang lo biasa pake hari Sabtu di Mesjid Agung”
Aku mulai emosi tapi tertahan karena menyadari sesuatu “Eh kamu tau darimana aku hari Sabtu kesana ?”
“Gue kan tau jad- eh maksudnya jadwal les gitar gue deket sana hari Sabtu. Jadi kadang lihat lo sama temen lo itu.”
“Terus urusan sama kamu apa kalo aku pake kerudung lebar ?” aku sedikit menaikan nada bicaraku dan juga daguku.“Gue gak suka” jawab Aldo dengan wajah datarnya.
“Haaa ? Ya terus urusan sama aku apa ? kalo gak suka ya gak usah dilihat. Toh kamu cuma temen yang gak berhak melarangku untuk memakai apa yang seharusnya aku pakai.” Aku memalingkan wajah.
“Lo.. itu..” dia berbicara dengan nada yang rendah. Akupun melihat kepadanya. Dan sekarang giliran dia yang menunduk dan sedikit memalingkan wajah lalu melanjutkan omongannya “lebih imut dan manis kalo berpakaian seperti ini,” dia berhenti sesaat “gak kaya emak-emak.”Haaaaaa ? ini orang kenapa sih ? DAN ITU MAKSUDNYA MAU MUJI ATAU NGELEDEK ??
Tapi entah kenapa pipiku serasa memanas, aku sebisa mungkin untuk bersikap biasa.
“Kamu salah makan obat ya ?”
“Eh, maksudku asal menutup.. menutup dada kan ? Ya jadi biasa aja gak usah pake yang lebar-lebar.” Ucapnya kembali dengan nada ditinggikan.Ingin rasanya memberikan pengarahan kepadanya tetapi teringat tugasku pada acara ini sehingga akupun mengacuhkannya.
“Gak jelas, aku lagi tugas. Maaf aku tinggal.”
“Eh tunggu!” ucapnya saat aku mulai berjalan.
Tetapi hal itu tidak menghentikan langkahku.Saat kembali ke lapangan acara sudah mulai ke acara inti yaitu tausiyah dari ustad yang diundang oleh sekolah untuk mengisi acara hari ini.
Acara hari ini lancar walaupun untuk pribadi aku merasa masih kesal dan juga bingung dengan sikap Aldo yang aneh itu. Untuk siswa acara selesai pukul 11.30 WIB. Untuk panitia selesai sekitar jam 2 siang karena setelah istirahat dan sholat dzuhur kami melakukan evaluasi.Sesampainya dirumah, aku merebahkan badan diatas kasur dan menghembuskan napas panjang. Terngiang kembali semua ucapan Aldo. Hal biasa saat anak remaja memakai kerudung lebar dipanggil dengan sebutan ibu-ibu atau emak-emak. Hal yang tidak wajarnya selama ini Aldo lah yang berani berbicara langsung seperti itu kepadaku. Dan apa maksudnya mengatakan aku lebih imut dan manis ?? bikin pipi orang panas aja !
***Assalamu'alaikum 😄
Gimana, sampe sini udah mulai baper belum ? Hihihi
Jangan lupa vote sama komentarnya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Tekadku dengan Akad [COMPLETED]
Teen FictionAnisa gadis SMA yang memegang teguh ajaran-ajaran agamanya, yaitu Islam. Dan salah satunya ia sangat menolak dengan hubungan yang marak di kalangan remaja, yaitu pacaran. Ia bertekad hanya dengan akad seseorang bisa memilikinya. Namun, di pertengaha...