"Kenapa dari tadi kayanya bengong terus ?"Hari Sabtu, jadwal pengajian mingguanku dengan yang lainnya di Mesjid Agung Cianjur. Acara dimulai jam satu siang sampai jam tiga sore. Namun kebiasaanku dengan Indah dan Putri kami berada di sini dari jam setengah satu. Itu karena kami tidak ingin terlambat. Dan waktu luang sebentar itu sering kami gunakan untuk sekedar bergurau atau sesekali membaca buku bersama.
"Aku bingung, Put." Jawabku atas pertanyaan Putri tadi.
Sekarang kami sedang duduk dipelataran depan masjid, memandangi Alun-Alun Cianjur yang memang berada di depan masjid.
"Bingung kenapa ?" Tanya Putri lagi.
Akupun menceritakan tentang kebingunganku dengan Om Pratama. Sikapnya yang sangat ingin bertemu denganku, sampai keluargaku dan keluarganya membuat acara rekreasi karena dihari-hari biasa sulit bertemu.
"Kok aku ngerasa familiar ya sama nama sahabat papah kamu itu ?" Tanya Putri setelah aku selesai bercerita.
"Aldo !" Ucap Indah bersemangat. Aku mengernyit masih tak mengerti.
Melihat tatapan bertanyaku Indah melanjutkan perkataannya, "Nama panjang Aldo itu Aldo Aditya Pratama." Ucap Indah yakin, aku melongo mendengarnya.
"Ah iya bener !" Kata Putri menjentikan jarinya, "kok aku baru sadar ya."
Aku masih mendengarkan, belum mampu mengeluarkan satu katapun. Karena akupun baru menyadarinya.
"Biasanyakan nama belakang itu nama marga keluarga." Lanjut Putri yang di angguki oleh Indah.
Om Pratama ayahnya Aldo ? Tapi bisa saja hanya kebetulan. Nama Pratama itu banyak. Andika Pratama misalnya ?
Tapi jika mengingat kembali perkataan mamah, Om Pratama mempunyai anak cowok yang seumuran denganku. Apa mungkin ?"Cha !"
"Eh iya ?"
"Ih jangan dipikirin. Kan belum tentu. Coba aja nanti tanya lebih detail tentang Om Pratama itu." Ucap Indah yang aku jawab hanya dengan anggukan dan senyuman.
Putri dan Indah berdiri, "kita mau beli minum dulu ke samping sana," katanya menunjuk tempat dimana banyak tukang dagang berada, "kamu mau ikut gak ?"
"Ayok," kataku sambil berdiri, "aku mau beli es jeruk."
Masing-masing membeli jenis minuman yang berbeda, untuk mempersingkat waktu kami sendiri-sendiri menuju pedagang yang kami inginkan.
"Mang, es jeruk satu."
"Mang, es jeruk satu."
Secara bersamaan dari arah berlawanan aku dan seseorang disebelah kanan si amang pedagang memesan.
Mataku terkunci melihat siapa yang berada diseberang sana.
"Mau siapa dulu dibuatinnya ?" Tanya si amang kikuk, mungkin karena kami memesan dengan bersamaan.
"Dia--"
"Maaf, Mang. Saya gak jadi beli." Ucapku cepat sengaja memotong pembicaraannya.
Aku segera berbalik dan berjalan cepat untuk segera masuk kedalam masjid.
"Anisa tunggu !"
Aku tak menghiraukan teriakannya, malah membuatku semakin mempercepat langkah.
"Nis."
"Astaghfirullah." Aku terkejut dan refleks saat seseorang memanggil dan memegang tanganku.
Aku lega setelah tahu ternyata yang memegang tanganku itu Indah.
"Kamu kenapa cepet gitu jalannya ?"
Aku segera menarik Indah untuk masuk ke dalam mesjid, saat berjalan aku baru berbicara,
"Barusan aku ketemu Aldo."
Indah berhenti tiba-tiba yang membuatku tertarik ke belakang dan ikut berhenti. "Terus kenapa ?"
Aku menghela napas lelah. Indah benar-benar tidak mengerti atau bagaimana ?
Aku menatapnya malas, mengibaskan tangan. "Ah udahlah ! Kita ke dalem aja." Ajakku tanpa menunggu Indah membalas perkataanku.
***
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Seperti biasa acara selesai pada jam 3 sore. Dan seperti biasa juga kami berpencar. Kali ini tidak hanya aku yang membawa motor, tapi Indah juga. Dan Putri memilih ikut bersama Indah.
Setelah kami berpamitan di pintu masuk bagian kiri mesjid agung, aku mulai melangkah untuk pulang. Tapi, entah datang darimana orang itu muncul memanggilku. Dia tepat ada di depanku dan membuatku terkejut.
"Astaghfirullah." Ucapku dengan satu langkah mundur.
Orang itu melengos, "Ya elah, Nis. Ngeliat gue kaya liat hantu aja."
Gimana ya ? Mau kabur takut dia nahan aku lagi pake cara pegang tangan. Kalo diladenin nanti malah kemana-mana.
"Ada apa ?" Tanyaku kepadanya.
"Bisa ngobrol sebentar ?" Tanya Aldo.
"Ya udah ngomong aja." Kataku dengan hanya sesekali melihatnya, sisanya berusaha menghindari tatapannya.
Aldo menghembuskan napas. "Ya gak disini, lah. Ini tempat lalu lalang." Katanya melirik kanan kiri.
"Maaf aku gak bisa."
Kali ini Aldo memasang wajah memelas, berharap aku akan luluh. "Sebentaaar aja, Nis. Please." Katanya dengan menempelkan kedua telapak tangan di depan dadanya.
Tapi, aku tidak akan luluh !
"Maaf," kataku kepadanya, "aku harus pulang cepet."
Aku beranjak selangkah, namun berhenti kembali. Menatapnya tajam, "Nahan aku, apalagi berani pegang tangan aku lagi !"
Itu cowok kok gak ada kapok-kapoknya gitu. Udah dianggurin, dicuekin, ditolak, tetep aja maksa.
Aku terus mengomel dalam perjalananku menuju tempat parkir motor. Namun ternyata aku menyadari bahwa Aldo mengikutiku saat aku merasa ada langkah lain dibelakangku. Aku mempercepat langkah.
"Kak Al."
Panggilan itu bukan untukku. Tapi aku ikut berhenti saat mendengarnya. Karna aku tahu untuk siapa panggilan itu.
Aku menoleh kebelakang. Disana terlihat cewek cantik dengan pakaian yang modis, rambutnya ia biarkan bebas tanpa terikat sedang berbicara dengan cowok yang juga tampan -- walau aku gak suka dia deketin aku tapi aku tetap mengakui bahwa dia ganteng-- yang baru saja mengikutiku.
Tersadar aku memperhatikan mereka, dua orang disana menengok menatapku. Awalnya hanya Aldo saja, namun seseorang yang bersamanya mengikuti arah pandangnya.
Sontak aku terkejut, namun dengan segera berbalik dan melangkah pergi.
Sabodo teuing !
***
Setelah mandi dan sholat ashar aku berbaring ditempat tidurku. Mencari hiburan dari sosial media. Hobiku memang membaca buku, tapi aku bukan kutu buku.
Saat melihat-lihat snapgram orang-orang, muncul juga snap dia. Ya, cewek tadi yang menghampiri Aldo.
Kenapa aku sampai berteman dengannya di IG ?
Karena sebenarnya aku mengenal dia. Dia adalah salah satu anak didikku saat kegiatan MPLS satu tahun yang lalu. Dia bernama Sella.Terlihat di poto itu dia selfi dari samping disebuah cafe dengan dua milkshake di mejanya. Cowok di depannya, Aldo, tidak melihat ke kamera. Dia terlihat melihat ke arah lain. Entah memang Sella memotret itu tanpa diketahui Aldo atau Aldo yang sengaja sok candid.
Aku tak melihatnya lama, segera aku geser untuk melihat poto lainnya.Cih. Dasar buaya !
***
Jangan lupa vote dan komennya guys 😊😊
Salam hangat dari Uciiil 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Tekadku dengan Akad [COMPLETED]
Teen FictionAnisa gadis SMA yang memegang teguh ajaran-ajaran agamanya, yaitu Islam. Dan salah satunya ia sangat menolak dengan hubungan yang marak di kalangan remaja, yaitu pacaran. Ia bertekad hanya dengan akad seseorang bisa memilikinya. Namun, di pertengaha...