Aldo sedang berbaring telentang dengan kepala di atas paha Anisa yang selonjoran di ranjang di kamarnya. Anisa memain-mainkan rambut Aldo yang harum itu.
Aldo menatap Anisa, berniat untuk menjailinya, "Nis, aku mau tanya, kamu jawab jujur, ya!" tanya Aldo serius yang di angguki Anisa.
"Pas dulu kita belajar fisika bareng Putri, kamu emang mandangin aku, kan?" tanya Aldo mengerling membuat Anisa mengalihkan wajah.
Anisa tak menjawab, namun terlihat wajahnya yang merona. Aldo yakin pasti Anisa merasa malu, "Hayo ngakuuu!" Aldo menekan-nekan pipi Anisa, membuatnya semakin merona.
Anisa menepis tangan Aldo dari pipinya, "Iya! Aku emang mandangin kamu, " aku Anisa melotot kepada Aldo tak ingin terlihat merona.
"Tuhkan!! Dugaan aku bener," seru Aldo di iringi tawa.
"Udahlah, udah lama juga itu."
"Kenapa kamu mandangin aku?"
Anisa mengerjap, dia bingung apa harus mengatakan yang sebenarnya, karena pasti suaminya ini akan besar kepala.
"Kenapa?" tanya Aldo mengulang.
"Karena ... " Anisa gugup, dia nggerakan bola matanya ke segala arah untuk menghindari tatapan Aldo, "karena waktu itu kamu ganteng banget." Ucap Anisa cepat lalu menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Anisa malu mengakui itu, walau kini ia telah menjadi istri sahnya.
Aldo tertawa puas berhasil membuat istri cantiknya itu salah tingkah, walaupun sebenarnya dia memang ingin mendengar kalimat itu dari Anisa.
"Jangan ditutup, dong, " Aldo meraih kedua tangan Anisa untuk menurunkannya, "aku suka lihat wajah kamu yang merona."
"Apaan sih, modus!"
"Jadi sekarang kamu mengakui 'kan kalo aku ganteng?" tanya Aldo menaik turunkan kedua alisnya.
Anisa menghela napas, mencoba sabar dengan kepedean suaminya ini, dan mencoba menstabilkan detak jantungnya juga. "Walaupun dulu aku masih kesel sama kamu, tapi aku tetep realistis, aku mengakui kalo kamu ganteng." Ucap Anisa santai menunduk menatap Aldo yang kini malah membuat Aldo yang merona.
"Ah~ mana tangan kamu?" tanya Aldo mengalihkan pembicaraan, tidak ingin terlihat jelas kalau dia salting juga diakui ganteng oleh istrinya.
Anisa memberikan sebelah tangannya lalu digenggam lembut oleh Aldo di atas dadanya. "Kita udah seminggu jadi suami istri, jangan manggil aku-kamu lagi, dong."
"Terus manggil apa?"
"Aku mau manggil kamu ... Chacha, " kata Aldo tersenyum.
"Kenapa Chacha?" tanya Anisa tak mengerti, kenapa dari sekian banyak panggilan untuk istri dia memilih panggilan kecil Anisa dari teman-teman SMAnya.
Aldo mengerucutkan bibirnya, mulai menunjukkan sikap manja, "Aku kesel sih dulu dilarang manggil kamu Chacha sama Putri, padahalkan nama itu imut."
"Hanya karena itu?" tanya Anisa dengan menahan tawa melihat tingkah Aldo seperti anak kecil.
"Nggak, " Aldo menggeleng yang membuat Anisa sedikit geli, "karena perantara coklat itu juga, aku bisa kenal kamu."
Beberapa hari yang lalu Aldo menceritakan bahwa dia sudah menyukai Anisa saat masa MOS. Pada hari kedua MOS dia lupa membawa coklat chacha, dia panik karena jika tak ada satu saja barang yang harus dibawa akan di hukum oleh kakak panitia. Aldo sudah bertanya kepada teman-teman kelompoknya, namun tak ada yang membawa lebih, lalu saat Aldo di landa kepanikan, Anisa yang berada di barisan samping satu baris di belakang Aldo menepuk bahunya, Anisa memberikan satu bungkus coklat itu. Namanya juga hormon remaja, hanya karena hal kecil seperti itu Aldo seketika menyukai Anisa. Namun ternyata, rasa itu berkelanjutan.
"Ya udah, terserah kamu aja." kata Anisa pasrah.
"Jangan panggil 'kamu' dong!" kata Aldo tak terima.
"Terus aku harus manggil apa?"
"Mas?" Saran Aldo dengan menaikan satu alisnya.
"Tapi kita seumuran."
"Nggak!!" sanggah Aldo cepat, "aku lebih tua empat bulan dari kamu."
Anisa menghela napas, "Gak ah, kalo 'Mas' aku aneh dengernya."
"Terus apa?"
"Aa?" tanya Anisa sedikit tersenyum, "biar kelihatan sundanya."
"Aa 'kan buat ke pacar."
"Kan kamu pacar halal akuu," kata Anisa gemas mencubit pipi Aldo.
"Ish," Aldo menepis tangan Anisa, merasa malu diperlakukan seperti itu, "yang lain deh."
"Akang?" tanya Anisa tertawa.
"Nggak!"
"Terus apaaa?" tanya Anisa kesal dari tadi salah mulu.
"Abi aja gimana?"
Anisa menatap Aldo datar, "kita belum punya anak."
"Ayo kita bikin!" ucap Aldo hendak bangkit dari berbaringnya.
"ALDO!!!" Anisa segera menahan Aldo agar tetap di bangkuannya, lalu memberikan tatapan tajam kepadanya.
Aldo tertawa puas, berhasil lagi membuat wajah Anisa merah seperti kepiting rebus.
"Jangan merah gitu dong mukanya, kalo meraj berarti mau," Aldo masih terus menggoda istrinya.
"Gak-Mau!" jawab Anisa dengan penekanan di setiap kata. Anisa tak benar-benar menolak, Anisa tahu Aldo hanya menjailinya sehingga ia pun membalasnya.
"Ngomongnya biasa aja, aku malah pengen gigit bibir kamu kalo gitu."
Anisa tak tahan dibuat blushing seperti itu, Anisa mengangkat tubuh Aldo dan mengubah posisinya membelakangi Aldo dengan kaki terjatuh ke bawah.
Melihat Anisa salah tingkah seperti itu membuat Aldo semakin gemas, dia kembali berbaring di belakang Anisa kini namun dengan posisi yang benar,
Aldo menarik pinggang Anisa lembut namun berhasil membuat tubuh Anisa berbalik dan terbaring disisinya.Anisa terkejut dengan tarikan itu, lalu semakin terpana karena mereka saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.
Aldo menatap bibir Anisa yang merah itu, kemudian menatap mata cantiknya, senyum jahat terlukis membuat Anisa meneguk ludah, "Kamu gak akan bisa lari dari aku."
Aldo lebih mendekatkan wajah, tangan yang awalnya berada di pinggang Anisa kini beralih ke lehernya, menarik lembut mempersempit jarak mereka. Ketika Aldo agak memiringkan kepalanya Anisa dengan sadar perlahan menutup mata, menikmati kecupan lembut dari suaminya ini.
****
Waw.. waw.. waw... aku baper gaessss 😂😂😂😂
Untungnya udah beres deh 😂😂😂Terimakasih kalian yang telah menemani dan mendukung cerita ini 😘😘
Salam hangat,
Uciiil 😆😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Tekadku dengan Akad [COMPLETED]
Teen FictionAnisa gadis SMA yang memegang teguh ajaran-ajaran agamanya, yaitu Islam. Dan salah satunya ia sangat menolak dengan hubungan yang marak di kalangan remaja, yaitu pacaran. Ia bertekad hanya dengan akad seseorang bisa memilikinya. Namun, di pertengaha...