Diseret bukan digandeng

1.9K 113 5
                                    

Baru saja aku akan meranjak ke kantin mejaku sudah diserbu oleh Indah, Alia, Widia, Anita, Rena. Anita menekan bahuku yang sedang berdiri agar menjadi duduk. Aku menghela napas. Sudah menduga apa yang akan mereka tanyakan. Mereka dengan cepat menyerbuku dengan berbagai pertanyaan.

“Kamu abis ngapain sama Aldo ?”

“Sejak kapan kalian sedekat itu ?”

“Kok dia sampe ngasih bekal ?”

“Terus apa maksudnya nolak makan bareng ?”

“Chaaaa.. jawab dong jangan diem aja !” ucap Alia menggoyang-goyangkan kedua pundakku dengan gemas karena sedari tadi aku hanya merespon malas.

Aku melepaskan tangannya dari kedua bahuku. “Mau jawab gimana kalau kalian nyerocos terus.” jawabku malas.

Putri ambil suara untuk menenangkan. “Oke, aku ngerti kalian penasaran. Tapi tenang ya, kita dengerin cerita Chacha sekarang karna aku juga pengen tau.”

Mereka semua membelalak. Karena sejujurnya biasanya Putri yang paling tahu karena dia teman sebangku. “Kamu juga belum tau, Put ?” tanya Indah kepada Putri.

Putri mendelik dan menatapku sinis. “Nggak.”

Aku meringis kecil kepadanya. Lalu melihat kembali kepada mereka. Aku mulai menceritakan sebab dari kenapa Aldo membawa bekal dan kejadianku menolong Tasya.

“Tapi, Cha, akhir-akhir ini Aldo keliatan ngedeketin kamu deh.” Ucap Alia yang diikuti anggukan yang lainnya.

Aku tersentak. “Ah, nggak,kok. Perasaan kalian aja deh itu mah.” Jelasku dengan diakhiri senyuman yang memperlihatkan barisan gigi putihku.

“Tapi Cha—“ ucapan Alia terpotong oleh suara bel tanda istirahat pertama berakhir.

Lalu kamipun dikejutkan dengan suara Indah. “AAAHH ! keasikan curhat jadi gak sempet jajan.” Keluhnya dengan bibir manyun. Diikuti dengan keluhan sama dari yang lainnya.

“Masih ada istirahat kedua nanti. Udah ah bubar, bubar !” kataku dengan mengibaskan kedua tanganku kepada mereka untuk pergi.

Tapi sesaat sebelum semuanya bubar pandangan kami teralihkan oleh suara dari depan meja guru. “Hey, kalian. Ini surat dispen gue sama Alex mau latihan futsal buat turnamen.” Ucapnya kepada kami.

Yang membuatku heran dan juga kesal setelah ucapan cowok didepan itu dengan serentak mereka memandangku yang membuatku mengerjap dan gugup. “A-apa ? Kok ngeliatnya ke aku semua ?”

Aku meliriknya sesaat kepada cowok itu dan terlihat senyuman tertahan diwajahnya.

Dasar cowok nyebelin !!

Lalu pandangan mereka teralihkan kembali oleh suaranya. “Kalian denger gak ?”

Anita melengos sesaat. “Iya, Do. Iya. Nanti dibilangin.”

***

Saat istirahat kedua itu aku, Indah dan Widia berada di depan kelas hendak pergi ke kantin karena kami bersamaan sedang datang bulan, sementara yang lainnya pergi ke mesjid untuk sholat dzuhur. Lalu terlihat dari depan sana Aldo berjalan cepat dengan wajah panik. Mereka yang melihatnyapun bertanya-tanya. Dan saat sudah dekat sebelum seorang mengeluarkan satu katapun dia langsung memegang bagian lengan hastaku. Walaupun tidak dipergelangan tangan dan terhalang oleh baju panjangku tetap saja aku tak suka dan membuatku terkejut. “EEEhhhhhh ? Apaan nih ?” tanyaku dengan berusaha menarik diri.

Tetapi Aldo tidak menghiraukannya. “Ikut gue ke UKS. Penting !” ujarnya dengan menarikku pergi. Indah, Widia dan beberapa teman lainnya yang melihat itu melongo seketika.

Aldo berjalan cepat dilorong sehingga akupun terpaksa menyamai langkahnya dengan terus berusaha melepaskan tanganku karena jujur aku risih apalagi jika ke UKS akan melewati lapang aula dan disana pasti banyak murid berlalu-lalang. “Aldo, Ih ! Lepasin !” pintaku dengan memaksa dan terus berusaha melepaskan genggamannya. Tapi respon Aldo masih sama. Ia diam dan terus berjalan. Dan genggamannya sangat kuat. Sampai melewati beberapa kelas dikoridor dan sampai aula mulai terasa tatapan aneh tak suka dan bisikkan nyinyir kepadaku.

“Eh ? dia anggota rohis kan ?”.

“eh kok pegangan tangan gitu sih ?”.

“rohis kok gitu ya ?”.

“Ih gak sangka deh gue.”

Dan nyinyiran lainnya.

Mendengar itu semua rasanya ingin berteriak kepada mereka semua itu.

HEYY AKU ITU DISERET !!! DI-SE-RET !! GAK BISA BEDAIN APA DISERET SAMA GANDENGAN HAH ?!!

Tapi aku bukan orang yang bisa frontal seperti itu.

Dari sana moodku sudah berubah. Aku tak berontak lagi. Rasanya sudah enggan untuk terus berontak. Kini aku hanya tertunduk mengikuti langkah Aldo. Hatiku sudah benar-benar kesal.

Sampai didepan pintu UKS yang tertutup aku memberhentikan diri sehingga tubuh Aldo sedikit tertarik kebelakang. Tetapi tidak sampai jatuh. “Ada apa, Cha ?” tanyanya kebingungan.

HAH ? ADA APA ? dia gak denger nyinyiran orang-orang tadi apa ?!!

Aku terdiam sesaat dan masih tertunduk. “Lepasin tangan aku !” pintaku tegas dengan dingin.

Tau gak sih marahnya orang ramah ? Nah seperti itulah aku saat itu.

Menyadari sikapku yang berubah dia akhirnya melepaskan tanganku. “Oke, gue minta maaf kalo tangan lo jadi sakit.”

Bener gak peka banget ini cowok.

“Aku mau balik ke kelas.” Ucapku masih dingin lalu berbalik arah. Tetapi baru saja berbalik arah dia sudah menggenggam lengan hastaku untuk menghentikan. Namun dia refleks melepaskannya kembali. “So-sorry.” Dia diam sesaat dan kembali melanjutkan,

“Tapi, please, Cha. Bantuin gue sekarang. Cuma lo yang bisa nolongin gue untuk masalah ini.” Pintanya dengan memelas dan suara yang pelan.

Memang aku ingin segera pergi dari hadapannya dan tidak ingin memerdulikannya. Tapi jika nadanya seperti itu mana mungkin aku tega membiarkannya, terlebih lagi memang terlihat darurat. Aku kembali berbalik arah menghadap kepadanya masih dengan wajah marahku. “Ya udah, cepetan !”

Aldopun membuka pintu. Kami berdua masuk. Aneh. Tak ada siapapun. Seharusnya ada yang piket dari eskul PMR. Aldo mulai terlihat ketakutan. Mataku mengelilingi ruangan berukuran sedang itu dengan 3 ranjang kosong. Diranjang tengah terdapat tas hijau kecil seperti milik Aldo dan diatasnya terlihat,

Seekor kucing terlelap ?

Jangan bilang.....

Lamunanku buyar oleh suaranya. Dia terlihat gugup. “Gue... takut kucing.”katanya mencicit kecil. Aku terbelalak. Belum sempat berkata apapun dia melanjutkan dengan wajah menyeringai dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Gue tau lo cewe yang paling berani sama kucing dan gue gak mungkin minta bantuan cowok buat hal yang memalukan ini.”

HAAAAAAAAAH ????

***
Terimakasih untuk yang setia membaca ceritaku ini 😊
Semoga kalian suka 😄
Jangan lupa ya follow akun aku juga

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang