Belakang Sekolah

2.2K 105 0
                                    

Aku menghembuskan napas panjang. Menjatuhkan badan ke tempat tidur. Mengerjakan tugas matematika cukup membuat otak lelah. Aku menatap langit kamar.

Aldo.

Dia tiba-tiba muncul dipikiranku. Bukan karena baper. Tapi aneh. Semenjak insiden itu –saat acara Maulid Nabi— dia sering bertingkah aneh.
Lamunanku buyar saat mendengar ponselku berbunyi.

Putri : Assalamu’alaikum.
Anisa : Wa’alaikumussalam.
Putri : Lagi apa, Cha ?
Anisa : Rebahan aja nih. Ada apa, Put ?
Putri : Maaf, Cha sebelumnya. Tapi aku sebagai sahabat kamu mau ngingetin. Hati-hati sama Aldo dan perasaanmu sendiri. Jangan keseringan deket. Kalau dari tingkahnya dia mau deketin kamu.

Aku memejamkan mata sesaat dan menghela napas.

Anisa : Iya, Put. Aku nanti lebih berhati-hati.
Anisa : makanya jangan ninggalin aku sendirian biar gak ada celah buat Aldo :v
Putri : ealaahh.. bilang aja mau deket aku terus hahaha
Putri : pokok nya harus bisa jaga diri. Setan ada dimana-mana.
Anisa : siap ummiii :*

Aku bangkit untuk menyimpan ponsel di meja. Lalu bersiap untuk tidur.

***

“Makasih ya, Dika.” Ucapku setelah menerima daftar nama yang ikut seleksi untuk Pentas PAI. Sebentar lagi Pentas PAI tingkat kabupaten akan di adakan. Kami sebagai perwakilan dari Rohis bertugas untuk mencatat yang ingin ikut seleksi. Banyak murid di SMAN 1 Cilaku ini yang berbakat dalam bidang agama tetapi tidak mengikuti ekskul rohis.

“Yuk, Cha ! Kita ke kelas yang selanjutnya. “ ajak Putri dan Indah yang menemaniku. Saat berbalik badan aku terhenti. Melihat didepan sana anak-anak futsal sedang latihan dilapangan. Ah, aku ingat. Futsal sekolahku akan ada turnamen. Tapi, aku tak melihat sosok Aldo. Hanya melihat Alex dan beberapa yang aku kenal.

Kemana dia ?

“Hey, Cha !” panggilan Indah membuyarkan lamunanku. “Ayo !” ajaknya kembali.

Ah kenapa juga aku penasaran. Mungkin lagi ke toilet, atau kantin, atau kemanapun aku gak peduli. Udahlah daripada mikirin yang gak jelas mending lanjut nugas.

***

Aku berjalan bersama dengan Indah dan Intan keluar dari area mesjid setelah sholat ashar. Lalu aku terheran saat mereka berdua berjalan mengarah ke pintu gerbang. “Loh, kok kesana ?”

“Kan mau pulang.” Jawab Indah.

“Eh bukannya mau lanjut ngambil data ?”

Putri melihat jam dipergelangan tangannya. “Ini udah sore, Cha. Kayanya udah pada pulang. Lanjut besok aja.” Indah mengangguk tanda setuju dengan Putri.

“Tapi diatas masih kedengeran rame. Lagipula masih ada beberapa ekskul.”

Wajah Indah berubah menjadi seperti kecewa. “Aku gak bisa pulang telat hari ini.”. Putri juga beralasan sama.
Aku menghela napas. “Ya udah, aku sendiri aja.”

“Eh gapapa ?” tanya mereka serempak.

“Iya gapapa. Udah sana gih jangan terlalu sore.” Aku mendorong mereka pelan dengan sok mengusir. Tetapi disertai tawa kecil.

Terlihat wajah tak enak dikeduanya. “Maaf ya untuk kali ini gak bisa nemenin.”. aku mengangguk.

“Semangat, Cha !!” Indah mengepalkan tangannya dan mengangkatnya di samping wajah.
“Kita pulang duluan, ya. Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumussalam.”

Setelah keberadaan mereka tak terlihat aku segera beranjak ke atas. Dimana koridor kelas 10 berada.

Oke. Gak masalah. Toh Cuma ngambil daftar nama aja. Pasti cepet.

Setelah menaiki tangga menuju lapang aula. Ada suara memanggilku dari belakang. Aku menoleh. Ternyata Bu Rahma. Aku berbalik dan menghampirinya yang tak jauh dariku. “Iya, Bu. Ada yang bisa Anisa bantu ?”

“Nanti tolong sampaikan ke Aldo ya agar segera mengumpulkan tugas yang ibu minta.” Jelasnya kepadaku.

Ingin bertanya tugas apa itu. Tapi rasanya kurang sopan.

Akupun mengiyakan. Tapi saat hendak pamit Bu Rahma menahanku. Terlebih dahulu beliau bertanya apa aku sedang sibuk atau tidak. Tapi dari tingkahnya seperti ingin meminta bantuan. Aku tak enak jika mengatakan sejujurnya. Hingga aku berkata aku sedang luang.

Aku segera beranjak dari ruang guru dan melihat jam dipergelangan tanganku. Jam menunjukkan Pukul 16.30 WIB. Apa mungkin mereka masih ada dikelasnya ?. Aku berhenti ditepi aula. Mencoba menghubungi orang-orang yang akan aku temui. Tapi tak ada balasan. Akhirnya aku mencoba mendatangi kelasnya.

Deretan kelas 10 berada di area paling atas. Terutama kelas IPA. Harus menaiki tangga beberapa kali. Tempat sekolahku awalnya sebuah bukit. Deretan kelas IPS sudah terlihat sepi. Aku pun melangkah ke deretan kelas IPA. Dikelas 10 IPA 2 dan 3 terdengar ada suara. Akupun segera menghampiri.

Alhamdulillah. Masih tersisa beberapa orang dikelas itu.

Selanjutnya aku melangkah ke kelas IPA 4 dan IPA 5 yang lokasinya sedikit lebih tinggi dari dua kelas yang tadi.

Tidak ada siapapun.

Aku pun berencana kembali untuk pulang. Tetapi langkahku terhenti saat berada tepat di jajaran celah antara kelas IPA 3 dan IPA 4. Aku teringat sesuatu.

Didalam beberapa cerita ada beberapa orang yang suka mojok dibelakang bangunan yang sepi. Biasanya lagi frustasi.

Apa mungkin disekolah ini juga ada ?

Kelas ini kelas yang paling tinggi, jauh dari kedua lapang. Walaupun jika siang cukup ramai, tapi sore seperti ini pasti sudah sepi.

Ah ! Aku menepuk jidat sendiri. Merasa lucu tetapi bodoh juga. Kebanyakan baca cerita fiksi. Jadi korban deh !

Tapi... apa salahnya mencoba ? hehehehe.

Aku berjalan pelan. Berusaha tidak menimbulkan suara. Setelah hampir disudut bangunan aku menghadapkan tubuh ketembok dan memiringkan kepala agar terlihat sisi belakang bangunan itu. Kurang lebih posisiku seperti orang yang lagi ngintip. Tapi aku menutup mata terlebih dahulu. Takut menghadapi ekspetasi yang tidak akan terjadi.

Mataku terbelalak saat terbuka.

ADA ORANG SENDIRIAN DISANA !

****

Siapa ya kira-kira yang ada disana ? Hehehe
Dan hmm lagi ngapain sore-sore sendirian di tempat yang sepi 😲
Jangan lupa vote dan komentarnya 😊

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang