Belakang Sekolah (2)

1.9K 107 1
                                    


Aku melihat sosok yang ku kenal. Dari postur tubuhnya yang bagus, kulit putih, hidung yang sedikit mancung, dan rambut khasnya.


Aldo.

Dia berdiri bersandar ke dinding dan kaki satunya sedikit ditekut dengan wajah sedikit terangkat. Pandangannya ke atas.

Sedang apa dia disana ? lagi frustasi ?

Saat aku masih mengamatinya, walaupun baru sesaat dengan keadaan seperti itu keseimbanganku goyah. Aku berusaha bertahan agar tidak jatuh dengan wajah panik tentunya. Dan terpaksa melangkahkan kaki agar tubuhku seimbangan. Sehingga posisiku sekarang sejajar dengan Aldo. Tapi Aldo berada 3 meter didepan sana.

Ah ! Ketahuan !

Walaupun pelan pergerakanku barusan disadari olehnya sehingga membuatnya menoleh. Tapi hanya sesaat. Lalu kembali memandang langit cerah disore hari itu.

Aku gugup. Dan juga malu. Ditambah dengan keheningan ini membuatku bingung harus berbuat apa.

Aldo berdehem kecil. Membuatku sedikit terperanjat.

“Ng, lagi ngapain sendirian disini ?” tanyaku dengan terlihat untuk biasa saja.

Terlalu to the point gak sih ?? huhuhu bingung sih mau bilang apa untuk memecah keheningan ini.

Tidak ada jawaban. Pandangannya masih tetap sama. Kesel sih orang nanya gak dijawab. Setumpuk rasa penasaranpun kenapa dia disini sepertinya aku tak bisa berbuat apa-apa.

Dia sedang ingin sendiri.

Aku merasa bersalah telah mengganggunya. “Maaf kalo aku ganggu. Aku pamit duluan, ya.” Aku pun hendak pergi. Tapi baru selangkah kakiku berpindah dia memanggilku. Tentunya membuatku terhenti.

“Nis,” ternyata pandangannya masih belum beralih dari indahnya langit sore. “Kenapa belum pulang ?”

Aku berusaha untuk bersikap biasa. “Ada tugas dari rohis.”

“Udah beres ?” kini dia bertanya dengan menatap mataku. Aku terkejut saat kedua pasang mata kami bertemu.

Aku segera menunduk. “U-udah.” Eh sebentar.

KOK DIA YANG BANYAK TANYA ?? SEHARUSNYA AKU !!

“Gue gak ngelakuin hal aneh. Cuma pengen menikmati cuaca hari ini.” Dia berdiri tegak. Merasakan perubahan posisinya aku mengangkat wajah. Dan dia tersenyum konyol.

Eh, kok dia kaya tahu apa yang dipikiranku ya ?
Oke, ini mungkin kebetulan. Masa iya dia cenayang.

“Lagi ada masalah ?” tanyaku dengan penuh keraguan.

Dia tertawa kecil. “Cie, perhatian nih ?” ucapnya dengan mengangkat alis sebelah.

Aku membuang muka. Berusaha menguasai diri agar tidak terlihat gugup. “Ya kalo didalam novel itu kalo ada orang lagi diem sendirian dibelakang bangunan yang sepi gini biasanya ada masalah—“ pembicaraanku terpotong oleh suara tawanya yang lebih keras.

Ah, kenapa aku berbicara seperti itu ??
Kelihatan sekali aku termasuk orang-orang yang menjadi korban dari cerita novel_-

“Ya, ya maksudku wajarkan kalo perhatian sama temen kelas ?” aku sedikit meninggkan nada bicaraku.

Dia berhenti tertawa dan membuatku kembali melihatnya.

“Mau gue anterin pulang ?” tanyanya sedikit memiringkan kepala.

EEEEEEEEEHHHHHHHHHH ??

Aku berusaha tetap menguasai diri karena tawaran Aldo itu membuatku terkejut dan gugup. Sekarang akupun memasang wajah jutek. “Nggak bisa.”

“Kenapa ?”

Aku melipat kedua tangan didada. “Karena-Bukan-Mahrom. Ngerti ?” aku menekankan setiap kata.

Sekarang tubuhnya menghadapku sempurna. Dia selangkah maju. Dan membuatku mundur selangkah. Tadi dia tertawa. Sekarang wajahnya terlihat kesal. “Jadi, kalo sama Arif lo mahrom, gitu ?”

“Ha ?” aku mengernyitkan dahi. “Maksudnya ?”

Dia memasukkan kedua tangannya ke saku celana. “Gue pernah lihat lo pulang bareng sama Arif.”

Aku berpikir sejenak untuk mengingatnya.

Oh !

ITU BUKAN PULANG BARENGG !!

Waktu itu rohis lagi persiapan untuk acara Mailid Nabi dan harus membawa barang dari toko yang tak bisa dibawa sendirian. Semua orang sibuk sehingga terpaksa aku dan Arif yang membawanya.

Aku melepas lipatan tanganku. “Itu bukan pulang bareng. Dan situasi mendesak.” Jelasku tenang.

Dia menghela napas panjang. “Cepet pulang, gih !”

“Kamu juga pulanglah, ngapain ditempat sepi gini sendirian. Ntar diculik kalong wewe baru tau rasa !”

Dia kemudian menatapku tajam.“Emang lo mau jalan barengan sama gue ke bawah ?” Dia mulai berjalan menghampiriku.

“Ya nggak lah.” Ketusku kepadanya. Karena melihat dia terus berjalan menghampiri aku mulai khawatir. “Ya udah, aku pulang duluan. Tapi sebaiknya kamu juga langsung pulang. Assalamu’alaikum.” Setelah mengucap salam aku bergegas pergi dengan berjalan cepat.

Melihat dia terus mendekat membuatku takut.

Takut diculik ? yakali dia mau nyulik aku.

Tidak ingin peduli bagaimana dia sekarang aku terus berjalan dengan cepat untuk pulang.

***
Gimana nih udah mulai baper ?
Atau masih datar aja ?

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang