Aldo memiringkan badan menghadap Salma sempurna, "Ini gimana sih? Kata kamu Anisa masih single?"
"Ya-ya aku juga gak tau," kata Salma membela diri, "kemarin pas ngajak ke sini dia bilang belum mau nikah, aku pancing nanyain calon dia juga bilang belum punya."
Aldo mengusap kasar wajahnya dengan kedua telapak tangan, merasa malu jika benar dia mengkhitbah gadias yang telah di khitbah oleh orang lain.
Melihat sepupunya seperti itu, Salma melanjutkan perkataannya, "Apa Anisa alasan aja?" Tebak Salma mencicit kecil.
Aldo mengernyit, "Alasan apa?"
"Alasan buat nolak abang."
Aldo mendelik mendengarnya, tapi ia juga tertegun. Dia berpikir apa sebegitunya Anisa kepada dirinya.
"Aku harus memastikannya." Gumam Aldo segera merogoh ponsel di saku celananya.
Aldo mengetik sebuah nama dan memulai panggilan lalu menempelkannya di telinga, setelah tersambung dia mengucap salam.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam," jawab seseorang di seberang sana, "ini siapa, ya?"
"Ini Aldo, Om."
***
Setelah sholat zuhur, Anisa menemui kakak iparnya yaitu Fatimah yang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang.
"Anisa bantuin masaknya ya, Kak?"
"Ayo, sekalian belajar buat nanti kalo nikah," jawab Fatimah dengan nada menggoda.
"Mulai dehhh, " gerutu Anisa merasa tersentil ketika setiap dia masak di rumah ibunya atau di sini pasti di sambungin ke pernikahan.
Fatimah tertawa mendengarnya, gemas sekali jika tak menggoda adik iparnya ini.
"Kak, kayanya Anisa pulang hari ini." kata Anisa di tengah-tengah memasak.
"Lho, kenapa? Bukannya mau besok?"
"Besok aja pekerjaan rumah, ngecek tugas murid."
"Emangnya gak cape? Kan kamu baru kemarin sore kesini."
"Nggak kok."
Fatimah berusaha melarangnya, tapi Anisa tetap keras kepala untuk tetap pulang hari ini.
Mereka makan siang bertiga, bersama anak laki-laki dari Fatimah dan Syam yang baru berusia 3 tahun. Syam pulang kerja sore, jadi dia tidak makan siang di rumah.
Setelah selesai makan dan mencuci piring, Anisa pamit ke kamar yang di pakainya untuk bersiap-siap pulang. Anisa awalnya memang akan menginap dua malam yaitu malam sabtu dan minggu, jadi dia hanya membawa sedikit pakaian. Setelah membereskan bajunya ke dalam tas, Anisa tiba-tiba terpikirkan kembali apa yang ia ucapkan, bahwa dia telah dikhitbah oleh Arif.
Anisa juga tak menyangka dengan kejadian dua minggu yang lalu itu, sehari sebelumnya Arif menanyakan jadwal Anisa dan keluarganya lalu tiba-tiba esok harinya Arif datang ke rumah Anisa sendirian untuk menemui ayah Anisa dan meminta ijin untuk mengkhitbah Anisa.
Bagaimana Anisa tidak terkejut saat selama ini dia benar-benar melihat Arif sebagai teman dan satu organisasi. Anisa dan Arif kuliah di kampus yang sama, namun berbeda jurusan. Selama ini Anisa merasa tak pernah melihat Arif memperlakukannya spesial tapi tiba-tiba datang untuk mengkhitbah.
Anisa mengenyahkan pikirannya, lalu dia mengecek ponsel. Anisa mengernyit karena ada 2 panggilan tak terjawab dari nomor tak di kenal. Masih memandangi nomor itu ponsel Anisa berdering menampilkan nomor itu kembali menelpon. Awalnya Anisa ragu untuk mengangkatnya, tapi karena sudah ketiga kalinya nomor ini menelpon mungkin sesuatu yang penting sehingga Anisa pun menjawab panggilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tekadku dengan Akad [COMPLETED]
Teen FictionAnisa gadis SMA yang memegang teguh ajaran-ajaran agamanya, yaitu Islam. Dan salah satunya ia sangat menolak dengan hubungan yang marak di kalangan remaja, yaitu pacaran. Ia bertekad hanya dengan akad seseorang bisa memilikinya. Namun, di pertengaha...