Pelajaran hari ini telah selesai.
“Aku duluan ya, Cha.” Ucap Putri yang akan melangkah pulang.
“Eh, ko duluan ? bareng dong !” balasku keheranan yang sama-sama telah berdiri.
“Kan kamu mau ngajarin Aldo.” Jawabnya polos membuatku mengerjap dan segera melihat ke jajaran samping belakang.Aaahhh... Aku benar-benar lupa.
“Temenin ya !” pintaku dengan menggenggam tangan kanan Putri dengan kedua tanganku.
Putri seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi segera ku lanjutkan pembicaraanku.”Aku gak bisa kalo cuma berdua sama Aldo, kamu ngertikan ?” aku semakin menguatkan genggamanku dengan tambahan wajah memelas. Lalu Putri pun mengangguk pelan.Suara Indah dari samping membuatku kaget hingga genggamanku lepas. “Yuk, pulang!”
Setelah akupun mengajak Indah untuk belajar bersama. Awalnya ia setuju. Tetapi tidak lama kemudian Indah mendapat telpon dari ibunya untuk segera pulang.
Akhirnya... kami hanya bertiga. Aku, Aldo dan Putri.
Kami memilih barisan kedua dekat jendela yang mengarah ke belakang sekolah di meja ketiga dari depan. Aku dan Aldo berhadapan dan Putri berada disamping. Posisi kami membentuk segitiga sama kaki.
Walau sedikit kikuk belajar dadakan ini berjalan dengan lancar. Aku menjelaskan materi yang dijadikan soal. Dari lima soal aku menjelaskan tiga terlebih dahulu dan kamipun masing-masing mengerjakannya.
Sebenernya dari ketiganya tak ada yang membawa buku fisika. Lah iya, bukan waktu pelajarannya. Aldo pun membawa soal dikertas selembar. Alhamdulillah aku masih mengingat materinya.
Jam menunjukkan Pukul 14.35 WIB. Hari itu hari yang cukup cerah. Panas tetapi tak henti angin menyertai. Saat sedang sibuk mengisi soal, angin yang cukup kencang masuk melewati jendela. Membuat tanganku berhenti bekerja dan mengangkat wajahku.
Aku melihat wajah tertunduknya.
Angin yang membuat poni nya sedikit bergerak-gerak. Bulu mata lentiknya yang indah saat mengerjap-ngerjap. Hidungnya yang sedikit mancung. Dan suasana hening ini.
Membuatnya..... terlihat lebih tampan.
“Kenapa ? gue ganteng ya ?” ucap lelaki itu dengan sedikit tersenyum yang membuyarkan tatapanku.
“Astaghfirullah.” Aku dengan segera mengalihkan pandangan ke arah jendela dan berusaha untuk menguasai diri. “Barusan ada angin, jadi aku lihat kesana.”
“Oh.. gitu.” Balasnya dengan nada menggoda.“Cha, tadi kenapa ? kamu kayanya istighfar gitu ?” tanya Putri yang sepertinya baru selesai mengisi soal.
Kamu nanyanya telat,Put.
Seperti tahu apa yang ada dipikiranku Putri pun melanjutkan biacaranya. “Tadi nanggung sih bentar lagi beres. Jadi sekarang nanya nya. Hehe.” Ucapnya dengan wajah polos.
“Ng, nggak papa,kok. “ jawabku yang berusaha menunjukkan senyum natural.“Bohong. Tadi dia liatin gue lagi nulis.” Bantah Aldo yang melirikku saat melihat Putri.
“bukan ngeliatin, kok.” Balasku dengan menggerakkan dua telapak tangan kekanan kekiri didepan dada tanda itu tak benar kepada Putri.“Tapi,” ucap Aldo yang membuatku melihat ke arahnya. “Dimata lo ada gue tuh.” Dengan mengarahkan dagu nya kemataku.
“Ha ?” secara natural tubuhku sedikit memundur kebelakang. “Ya, ya iyalah. Kan kamu yang ada didepan aku.” Ucapku berusaha bersikap tenang.
dia pas smp kayanya gak masuk pas materi tentang indera mata.“Jadi gue imam dong ?” ucapnya sedikit menahan tawa. Aku mengernyitkan dahi. “Kan imam ada di depan.”
RECEEEEEEHHH... NGGAK MEMPAN !!
Tapi tawa nya pecah ditengah keheningan.
Putri berdehem kecil. Membuat tawa Aldo terhenti. Putri tadi terlihat sedikit tersenyum tetapi kembali memasang wajah serius. Putri diam sejenak. “Kita harus senantiasa menjaga pandangan. Ayo cepet selesain. Biar cepet pulang. Biar gak ada yang bisa modus dan gak akan ada yang baper.” Ucapnya lembut tetapi mengandung makna yang tegas.
Ucapannya sangat menusuk. Sehingga Aldo yang nyebelinpun tak berani membantah kembali.
Eh, tunggu,SIAPA YANG BAPERRR ??
Walaupun Putri sering bersikap polos tetapi saat serius ia bisa berubah menjadi dewasa. Aku dan Aldo pun mengikutinya yang mengerjakan kembali soal-soal.
"Yes, beres." Ucap Aldo dengan menutup bukunya.
"Lah cepet banget ?" Tanya Putri curiga.
"Soalnya gampang gini, ya jadi cepetlah." Jawab Aldo dengan sombong.
"Aldo," panggilku yang membuat dia menoleh. Aku menatap curiga, "kamu sebenernya ngerti kan materi ini ?"
Dia terkejut, "Eh," dia mengalihkan pandangan "iya ngerti, kan tadi lo yang jelasin."
Aku masih menatapnya tajam "maksudku, kamu sebelumnya juga udah ngerti, kan ?"
"Iya,tuh. Bener kata Chacha." Putripun menatap Aldo dengan tatapan menelisik. "Kamu modus, ya ?"
"Eh, gak jangan su'udzon ya. Gue beneran gak ngerti,kok." Belanya dengan berbicara dengan kikuk.
Sebelum aku dan Putri berbicara kembali Aldo segera melanjutkan perkataannya. "Udah deh jangan banyak ngomong. Kalian belum selesaikan ?" Katanya dengan menunjuk bukuku dan Putri.
Kami mengangguk. "Ya udah. Cepet kerjain. Biar cepet pulang !"
Aku dan Putri bersamaan melengos panjang dan kembali mengerjakan soal yang belum selesai.
Anak-anak yang rajin yaa 😂😂
Ayo kalo kalian tidak mengerti materi pelajaran jangan diem aja tapi tanyakan kepada teman kalian yang mengerti 😊 tapi... jangan modus yaa 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Tekadku dengan Akad [COMPLETED]
Teen FictionAnisa gadis SMA yang memegang teguh ajaran-ajaran agamanya, yaitu Islam. Dan salah satunya ia sangat menolak dengan hubungan yang marak di kalangan remaja, yaitu pacaran. Ia bertekad hanya dengan akad seseorang bisa memilikinya. Namun, di pertengaha...