Bersama [END]

3.3K 113 3
                                    

Sore ini, Aldo dan Salma sedang menunggu Anisa di sebuah kafe di Cianjur. Salma pagi-pagi berangkat dari Bandung untuk memenuhi permintaan sepupunya itu.

Aldo mengikuti perintah dari Pak Ahmad dan Anisa pun mencoba saran dari ayahnya untuk bertemu dengan Aldo.

Tak lama mereka berdua menunggu, Anisa datang. Anisa sangat gugup, tak tahu apa yang harus ia katakan. Anisa hanya berinteraksi dengan Salma untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Kamu kesini cuma untuk ini?" tanya Anisa tak enak kepada Salma karena merasa merepotkannya.

Salma menggeleng, "Bukan 'cuma', ini sesuatu yang penting buat sepupu aku. Jadi aku rela jauh-jauh kesini," ucap Salma penuh arti yang menunjuk Aldo bola matanya.

Anisa hanya menggangguk karena tak tahu kalimat apa yang pas untuk menjawabnya. Tak ingin membuang banyak waktu, Anisa menghadap Aldo yang berada di depannya yang terhalang oleh meja, "Jadi?"

"Aku harus mulai dari mana?" tanya Aldo yang bingung juga harus menceritakan dari mana.

Anisa menunduk, menggit bibir bawahnya, berusaha untuk berani menanyakan hal yang membuat dia sakit, "Kenapa kamu pergi tiba-tiba dan datang kembali dengan tiba-tiba?"

Aldo menatap penuh arti kepada Anisa, dia menghembuskan napas untuk bersiap menjelaskan semua kepada gadis itu.

"Kamu masih inget pas aku diam di belakang bangunan sekolah?" tanya Aldo yang membuat Anisa mendongak dan menganggukkan kepala, "itu karena malam harinya ayah dan ibu aku ngelarang aku untuk berteman dengan Alex dan yang lainnya,"

Anisa sedikit terkejut, namun tak berbicara apa-apa membiarkan Aldo melanjutkan perkataannya.

"Kamu tahu gimana pergaulan mereka, apalagi Sinta dan yang lainnya juga. Mereka emang gak bersikap aneh-aneh yang berlebihan. Tapi, pas mereka main ke rumah aku dan disana mereka lepas kerudung, mamah aku kaget. Apalagi disana kita saling becanda tanpa pemisah. Tapi aku gak bisa, aku nyaman temenan sama mereka. Dan ibu ngancem aku bakal dipindahin sekolah kalo gak nurut."

Anisa mendengarkan dengan seksama, mulai mengerti karena memang ibunya Aldo berpakaian syar'i.

"Aku berusaha yakinin orang tuaku bahwa aku gak akan kena pengaruh mereka. Lalu, malam hari sebelum pembagian raport, kakek dari ayah meninggal. Besoknya aku dan ayah langsung berangkat ke Jawa Tengah. Ibu dan Tasya menyusul, karena ternyata ... ibu mengurus surat kepindahan sekolahku,"

"Ayah harus mengurus perusahaan kakek yang di Jawa Tengah, dan itu dijadikan kesempatan oleh mereka untuk memasukkanku ke sekolah asrama. Aku gak berniat untuk pergi tanpa menyelesaikan masalah sama kamu, karena aku pikir aku akan kembali dengan waktu yang cepat. Mereka menyita ponselku juga, saat memberi kabar kepada Alex pun aku memohon."

"Aku pernah bilang sama kamu, bahwa aku mencintaimu. Walaupun aku marah dan cemburu, banyak wanita cantik dan sholihah disana dan aku menyukai beberapa diantaranya, tapi tetap, gak ada yang bisa menggantikan posisi kamu dihatiku. Karena dari dulu, aku tidak menyukaimu, tapi mencintaimu."

Salma pun hanya diam, namun dia merasa kasihan dengan sepupunya itu mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, karena memang om dan tantenya itu cukup tegas dalam mendidik anak.

"Setelah aku lulus kuliah dan mendaftar jadi dosen, aku mulai menyerah dengan perasaan ini karena aku yakin kamu sudah bersama yang lain. Satu tahun kemudian, aku tidak sengaja bertemu dengan Putri disana, di acara seminar juga. Dia mengajakku bicara dan memberitahukan tentang kesalahpahamanku."

"Dari sana, aku sangat menyesal. Aku sangat menyesal karena telah menyakitimu. Aku ingin menemuimu walau kamu sudah memiliki suami, aku hanya ingin meminta maaf atas perkataanku yang kasar. Sebenarnya aku bisa meminta nomer teleponmu dari Om Ahmad, tapi aku merasa tak pantas jika meminta nomer telepon wanita yang sudah bersuami, apalagi kepada ayahnya."

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang