Ucapan Terima Kasih

1.8K 122 3
                                    

“Cha !”

Terdengar suara familiar itu ketika aku sedang membaca buku ditempat dudukku pagi itu bersama Putri yang sedang memakan coklat chacha ditangannya. Tapi aku tak menoleh. Karena sejujurnya panggilan Icha atau Chacha hanya keluar dari orang-orang terdekatku.

“Chacha !”
Kini suara nya terdengar lebih keras. Tapi aku tetap fokus dalam dunia cerita yang kubaca. Aku berpikir mungkin ia meminta makanan dari Putri.

Putri sepertinya memiliki pemikiran yang sama. Terdengar Putri menawarkan makanannya.
“Kamu mau chacha, Do ?”

“Sett dah. Kalian kenapa sih ?” ucapnya kesal yang kali ini membuatku mendongak karena dia menyebutkan ‘kalian’. “Yang satu dipanggil-panggil diem aja. Yang satu lagi malah nawarin makanan.”

Aku menatap Putri bingung. Putri pun membalas tatapanku dengan raut wajah yang tak mengerti. “bukannya kamu mau ini, Do ?” tanya Putri dengan wajah polosnya kepada Aldo.

Aldo melengos sesaat. “Tadi itu gue manggil temen lo tuh yang lagi asik baca buku,” ucapnya kepada Putri yang melihatku sesaat. “bukan minta makanan lo.”

Mataku melebar dan begitu juga Putri. Beberapa yang ada dikelaspun ikut melihat ke arah mejaku karena suara Aldo tadi cukup keras.

Saat aku masih dengan rasa terkejut tiba-tiba Putri berdiri dan memajukan tubuhnya kearah Aldo. “Atas dasar apa kamu manggil Anisa dengan sebutan Chacha ?” tanyanya dengan nada menghakimi.

Aldo merasa tak terima dengan ucapan Putri “lho emangnya kenapa ? Gak boleh ?” tanyanya dengan nada menantang.

Wajah Putri terlihat semakin kesal. “Nggak--- “

“Udah-udah. Jangan berantem.” Aku memotong pembicaraan Putri dan menarik tangannya untuk duduk. Sebenarnya akupun penasaran kenapa Aldo memanggilku seperti itu tapi aku malas ada perdebatan.

Aldo duduk dikursi depan dengan tubuh menghadap kearahku. Dia menghela napas. Lalu tersenyum .”Makasih, ya. Udah nolongin Tasya kemarin.”

“Iya sama-sama.” Jawabku datar.

Lalu disampingku Putri bertanya siapa Tasya. Lalu aku jawab saja itu adiknya Aldo.

Dia melihatku. Matanya mulai meneduh “kemarin pas gue pulang denger cerita nyokap Tasya sempet ilang gue panik walaupun gue tau Tasya udah ketemu. Walaupun sering berantem tapi saat tau adiknya kenapa-napa ya tetep khawatir. Dan, “ dia berhenti sesaat. Lalu melanjutkannya. “Gue seneng lo yang nolongin, Cha.” Kedua sudut bibirnya terangkat keatas.

Senyumannya manis.

Entah efek dari kepedulian seorang kakak terhadap adik perempuannya atau hal lainnya tetapi senyumnya kali ini terasa beda.

Ya. Sepertinya efek dari kepeduliannya itu.

“oh, iya” lanjutnya yang sekarang membuka ransel hitamnya dan seperti merogoh sesuatu. Perlahan terlihat barang yang ia angkat. Seperti.... tempat bekal ?.

“Nih, dari nyokap gue.” Ucapnya dengan memberikan tempat bekal itu.

Jelas aku terkejut. Tetapi belum aku merespon apa-apa terdengar teriakan dari Juan yang dari tadi memperhatikan bersama teman-teman yang lainnya. “Uhuuuyyy. BUAT GUE MANA NIH ?”

“AKU JUGA MAU DONG, KAKAK!!” teriakan Alex yang dibuat-buat.

"UDAH MAKIN BERANI AJA NIH" itu terdengar suara Dani

“DIEM LO PADA !” Teriak Aldo kepada mereka.

Riuh dari teman-temannya terdengar bersamaan.

Mendengar teriakan mereka membuatku risih. Namun aku berusaha untuk bersikap biasa. “Nggak usah, Do. Ngerepotin mamah kamu aja. Aku juga udah bilang aku ikhlas nolong Tasya.”

Dia menyimpan bekal itu dihadapanku. “Pokoknya gak boleh di tolak. Ini pengganti karena kemarin lo juga nolak diajak makan bareng—“

“WIIIHH UDAH MAKAN BARENG AJA. NGEGAS BANGET LO, DO.” Ucapan Aldo terpotong oleh teriakan Juan dari arah belakang. Membuat yang lain terkaget mendengarnya. Aku panik karena takut terjadi kesalahpahaman. Baru saja ingin ikut bersuara tetapi terdahului.

“WOY JANGAN NGOMONG SEMBARANGAN. DIEM LO !” Teriak Aldo kesal.

Dia kembali melihatku. “Udah pokoknya lo harus terima. Masakan nyokap gue enak, kok. Dan,” Dia kemudian menatap Putri. “nolak rezeki itu gak boleh, kan, Put ?”

Putri yang masih mencerna dengan apa yang sedang terjadi terperanjat mendapat pertanyaan dari Aldo dan langsung mengiyakannya dengan anggukan.

Akupun terpaksa menerimanya. “Bilangin makasih ke mamah kamu.” Kataku dengan nada masih datar.

Dia tersenyum seperti mendapat kemenangan. “Oke, ntar gue sampein. Dah gue mau urus mereka dulu.” Ucapnya dengan mengarahkan dagu kepada teman-temannya yang sedari tadi berisik. Dia beranjak pergi tetapi saat tepat melewatiku dia merunduk dan membisikkan sesuatu ketelingaku yang berhasil membuatku membatu seketika.

“Kata nyokap gue lo cantik. Kalo gak mau terima makanannya....mau dijadiin mantu.”

****
Waaahhh 😂😂
Udah cukup baper belum nih ? Hihihi
Terimakasih untuk para readers 😊😊

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang