Belum menyerah

1.2K 75 0
                                    

"Icha ?"

"Iya, Pah ? Icha di dapur." Jawabku sedikit berteriak saat papah memanggil dari arah sana.

Aku mendongak saat setelah keluar dari kamar mandi, melihat papah berjalan cepat ke arahku.

"Kapan pulang ?" Tanya papah sangat kentara rasa khawatir terlihat diwajahnya.

"Sekitar setengah jam yang lalu."

"Abang kamu yang nolongin ?"

Aku mengeruhkan wajah, jujur saja agak kesal mengingatnya, "nggak. Apaan gak ngerti dijelasin dari telpon gitu."

"Terus kamu bisa pulang gimana ?"

"Di tolong sama temen."

"Siapa ?"

Aku tersentak, berpikir sejenak. Apa harus di bilang ya ? Ntar papah mikirnya yang aneh-aneh. Tapi masa bohong ?.

"Aldo." Kataku mencoba terlihat biasa..

Papah mengernyit, mungkin merasa heran karena biasanya jarang sekali nama cowok keluar dari mulutku. "Temen kelas kamu ?"

Aku mengangguk, entah kenapa mengalihkan pandangan menghindari tatapan papah. "Aku gak ngerti apa yang di jelasin abang, jadi minta bantuan ke temen kelas...."

"...dan dia yang bisa bantu." Lanjutku setelah menggantungkan kalimat sebelumnya.

"Hmmm begitu," ucap papah mengangguk-angguk.

"Icha ke kamar ya, Pah." Kataku berjalan melewati papah.

"Eh, Cha," tahan papah saat aku sudah melewatinya yang akhirnya membuatku memutar badan menghadapnya.

"Temen kamu itu... nama panjangnya apa ?"

Aku mengerutkan kening, kenapa papah bertanya sampai sejauh itu ?

Mungkin hanya ingin tahu.

"Aldo Aditya Pra--"

Mataku membulat, tersadar sesuatu.
Apa mungkin Aldo beneran anaknya Om Pratama ?

Kalo bener, apa jangan-jangan pendekatannya itu perintah ayahnya ?

Tidak tidak tidak. Papahku bukan orang seperti itu.

Tapi ini hal yanh sering terjadi bukan ? Menjodohkan anak untuk bisnis dengan alasan mempererat silaturahim.

"Icha."

"Ah- iya, Pah ?" Kataku mengerjap beberapa kali tersadar dari lamunan sesaat tadi.

"Pra apa ?" Tanya papah memastikan kembali.

"Pra apaan, Pah ?" Tanyaku berpura-pura tidak tahu.

"Itu tadi nama lengkap temen kamu." Kata papah mulai gemas.

"Ahh.. Aldo Aditya."

"Loh bukannya tadi kamu sebut Pra ?"

"Ah--"

"Allahu akbar Allahu akbar."

"Ah, udah adzan magrib." Kataku tersenyum lebar, "Icha mau sholat, papah juga kan harus ke mesjid."

Aku berlari ke kamar segera mungkin.  Bersyukur adzan magrib menyelamatkanku.

***

Aku mendongak, memberikan tatapan bertanya kepada lelaki yang berdiri di depan mejaku.

"Kata Tasya makasih."

"Oh iya. Sama-sama."

Aku melanjutkan aktivitas makan siang yang tadi sempat terhenti. Namun, baru sesuap aku kembali mendongak karena Aldo masih bergeming.

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang