Memulai Aksi Kembali

1.4K 80 0
                                    

Sudah satu bulan kegiatan sekolah dimulai. Dan satu bulan juga aku berusaha membangun tembok kokoh dalam diri, bersikap biasa saja terhadap Aldo tapi juga menghindarinya saat ia benar-benar melakukan aksinya.

Dimulai dari aku menolak untuk satu kelompok dengannya, pergi saat dia menghampiri, pura-pura tuli saat dia terus memanggil, dan juga menolak setiap dia menawarkan sebuah bantuan.

Aku selalu terheran-heran dengannya, bagaimana mungkin dia tidak lelah setelah aku selalu menolaknya, menolak untuk didekatinya. Walau terkadang sikapnya seperti tulus namun kenapa dia tidak pernah menembakku secara langsung ? Bukan, bukan aku ingin dia menyatakan cinta atau apalah itu. Tapi, untuk apa dia terus mendekatiku jika tak ingin sebuah hubungan ?

Mungkin benar, dia memang hanya main-main.

Apa dia tidak malu terus gagal ? Jujur saja mungkin hampir semua orang dikelasku sudah mengetahui ini, karena Aldo mendekatiku secara terang-terangan. Tapi aku tidak tau bagaimana dengan adik-adik kelasnya itu, apakah mereka tahu atau tidak kelakuan kakak kelas yang mereka kagumi itu.

"Ish, ngelamun aja !"

"Astaghfirullah." Aku tersadar oleh ucapan Putri yang menepuk bahuku.

"Ayo ke lapang, yang lain udah kesana." Kata Putri yang aku angguki.

Hari ini jadwal olahraga kelasku, sebelum bel berbunyi tadi aku bersantai dipembatas koridor, menghirup udara segar karena disebelah bangunan ini ada sebuah pohon besar, namun karena terbawa suasana sehingga aku melamun. Kulihat ke dalam kelas sudah sepi, hanya terlihat Indah yang masih bersiap.

Setelah Indah keluar dari kelas, kami bertiga bersama-sama pergi menuju lapang olahraga.

"Hey, kalian !"

Kami menoleh saat berjalan di koridor dan merasa panggilan itu untuk kami. Pak Budi adalah guru olahraga kami, yang tak lain yang memanggil kami barusan. Beliau mendekat berjalan dari arah ruang guru.

"Ada yang bisa dibantu, Pak ?" Tanyaku mewakili kami bertiga.

"Yang lainnya sudah pergi ke lapangan ?" Tanya Pak Budi.

"Sudah, Pak."

"Hari ini materi tentang bola voli, kalian bawa bolanya di ruang olahraga. Tapi kalo kekurangan orang, minta bantuan sama yang lainnya. Bapak sebentar lagi ke lapangan." Tuturnya dengan lembut.

"Baik,Pak." Jawab kami serempak.

Selanjutnya kami bertiga menuju ruang olahraga, dimana tempat peralatan olahraga disimpan. Kami tidak berniat meminta bantuan kepada yang lain, karena terlalu malas jika harus ke lapangan dan kembali kesini, karena jarak antara keduanya cukup jauh.

Setelah masuk kedalam ruangan yang tidak terlalu besar itu kami mulai mencari dimana bola voli disimpan. Karena ini pertama kalinya jadi tidak ada yang tahu.

"Put, aku pengen ke toilet nih." Ucap Indah ditengah kami masih mengecek setiap sudut.

"Ya udah, sana ke toilet !" Jawab Putri tak peduli.

"Ish, kamu," gerutu Indah, "anter lah."

Awalnya Putri tetap menolak, namun Indah tetap tak mau sendiri. Mau tak mau Putri mengalah.

"Eh, terus aku gimana ini ?" Tanyaku kepada mereka sebelum pergi.

"Tunggu aja disini, nanti kita kesini lagi. Atau kalo ada temen yang lewat kita bilang kamy butuh bantuan."  Jawab Putri.

Aku menggangguk, tak lama bola voli ditemukan. Aku menurunkannya karena tersimpan di tempat yang tinggi. Biasanya 5 buah bola yang di pakai.

Saat aku baru saja menurunkan bola voli, terdengar suara pintu dibuka. Keadaanku memunggungi pintu, tapi aku pikir itu Putri dan Indah. Namun, kenapa mereka cepat sekali.

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang