Sikap yang Membingungkan

1.6K 101 1
                                    

Pagi ini semua siswa bersiap pergi ke lapangan untuk upacara hari senin.
Aku berada diurutan ke lima dari depan. Baru saja upacara dimulai ulu hati ku terasa sakit.

"Aku kan udah sarapan." Gumamku pelan dengan satu tangan berada diperut bagian atas.

Selama upacara terus berlangsung maag ku tak kunjung reda. Tapi tak selalu tanganku berada di ulu hati, karena aku tak mau terlihat sakit.

Sampai pada pertengahan pembina sedang memberikan amanatnya rasa sakit ini bertambah sampai aku memegang dan sedikit menekan ulu hatiku sehingga badanku tak berdiri sempurna. Dan membuat Anita yang berdiri dibelakangku menepuk bahuku. "Cha, kamu sakit ?" Tanyanya sedikit mendekatkan diri dan membuatku tersentak.

Aku kembali berdiri tegak dan menoleh ke arah Anita, "Aku gak papa,kok." Jawabku dengan tatapan meyakinnya.

"Yakin ?" Tanyanya masih ragu dengan jawabanku

"Iya."

"Alhamdulillah kalau begitu." Syukurnya.

Sampai pada akhir amanat rasa nyeri tak kunjung reda, malah semakin menjadi.
Sekarang aku meremas ulu hati dengan membaca Alfatihah dengan harapan semoga bisa meredakan nyeri, karena salah satu nama lain Alfatihah itu As-syifa yang berarti sebagai penyembuh. Tentu saja ini ikhtiar, karena hakikatnya tetap Allah yang menyembuhkan.

Baru saja aku selesai membaca Al-Fatihah terasa sebuah tangan dari belakang mencengkram lengan atas kananku dan menyeret tubuhku kebelakang sehingga membuatku memekik kaget. "Eh, mau kemana ?" Protesku kepadanya.

Dia menjawab tetapi tatapannya tetap fokus kedepan. Dia mendengus kesal, "Lo itu gak usah sok kuat, kalo lo sampe pingsan lebih ngerepotin."

Aku terdiam. Perkataannya benar.

"Dia sakit maag, bawa aja ke uks terus kasih dia obat. Kalau nolak paksa aja." Cerocosnya kepada petugas PMR yang berjaga dibarisan paling belakang. Dengan melepaskanku dan menyerahkannya kepada mereka.

"Aldo." Panggilku sebelum dia beranjak kembali kedalam barisannya. Dia berbalik.

"Makasih." Kataku lirih tetapi tanpa senyuman.

Namun dia tersenyum manis. "iya."

Sesampainya di UKS aku berbaring di ranjang dan segera petugas memberikanku obat maag dengan segelas air. Setelah meminum obat aku berencana untuk tidur sebentar dengan harapan rasa sakitnya cepat hilang. Namun sebelum mataku terpejam aku menitip pesan agar aku dibangunkan jam 09.00 WIB nanti.

Sebenarnya tadi setelah upacara selesai Putri, Indah, Anita dan beberapa orang lainnya mengecek keadaanku kesini, namun aku menyuruh mereka untuk segera masuk kelas saja, karna disini aku sudah ada yang menjaga.

“Dek...”

Aku perlahan membuka kedua mataku, mengerjap dan mengusap nya lembut saat terdengar suara perempuan yang sepertinya membangunkanku. Ku lihat jam dinding disebelah kanan yang telah menunjukkan pukul 09.00.

“Terimaksih, Kak.” Ucapku lirih saat mendudukan diri.

“Kalau masih sakit istirahat aja.”

Terlihat wajah tak enaknya saat membangunkanku tetapi mungkin karna permintaanku dengan terpaksa dia membangunkanku.

“Alhamdulillah udah mendingan, kok.” Kataku disertai senyum ramah. Aku membuka selimut yang menutupi sebagian tubuhku, saat aku hendak turun dari ranjang dengan sigap kakak PMR meraih tanganku dan membantuku agar mendarat dengan sempurna.

Setelah mengucapkan terimakasih aku pamit untuk kembali ke kelas. Rasa sakit maag ku belum sempurna hilang, namun sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa jam lalu.

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang