Double A

1.4K 88 0
                                    

"Cha, kita mau minta maaf." ucap Putri yang duduk di depanku.

Tadinya aku ingin pulang, namun Putri dan Indah mengejarku dan memaksaku untuk ikut pergi ke suatu cafe.

"Maaf juga, kemarin aku kebawa emosi." kataku kepada mereka.

Indah menggeleng, "Nggak, Cha. Kamu gak salah. Kita yang salah."

Kini Putri menatapku lekat namun tersirat wajah bersalah dalam tatapannya, "Kemarin, kita bener-bener gak bermaksud bikin kamu sedih. Niat kita tanya kamu baik-baik, tapi ternyata cara kita kemarin itu salah."

"Bener kata Putri, Cha." kata Indah menyambung. "Kita bener-bener takut kamu kena virus merah jambu itu. Kita udah banyak nerima berbagai masalah dari temen-temen atau adik kelas tentang virus itu. Dan dampaknya bisa sangat dahsyat jika kita sampai goyah."

"Kita juga banyak mendengar cerita orang-orang yang seperti itu sudah tahu dan memahami larangan berhubungan dengan non mahrom tapi mereka tetap melakukan hubungan itu asalkan tak ada cap 'pacaran' diantara mereka. Padahal kita tahu bahwa kegiatan-kegiatan yang ada dalam pacaran itulah yang diharamkan oleh Allah."

"Cha," panggil Putri yang membuatku kini menatapnya, "kita percaya kamu gak akan kaya mereka. Tapi, setan itu gak akan menyerah untuk menggoda manusia. Kita cuma mau mengingatkanmu dan menjagamu dari virus itu." Putri memegang lembut punggung tanganku yang terletak di atas meja.

"Kita menyayangimu karena Allah."

Aku belum mengeluarkan jawaban lagi, ingin mempersilahkan mereka untuk menyelesaikan perkataannya. Namun, pada saat ini penglihatanku mulai mengabur karena air mata yang mulai menggenang dimataku.
Segera Putri dan Indah beranjak dari kursi mereka dan memelukku.
"Aku yakin hati kamu kuat." Kata Putri kepadaku yang masih dalam pelukannya dan Indah.

"Dan kita akan selalu bersama untuk saling mengingatkan." Kata Indah kini.

Air mataku kini lolos berseluncur dipipiku yang masih dalam pelukan mereka berdua. Alhamdulillah, aku memiliki sahabat yang mungkin orang lain jarang miliki. Sahabat yang tidak hanya peduli kepada kesehatan dan kebahagiaan kita, namun juga sahabat yang peduli kepada keteguhan iman kita.
Dan satu hal lagi, aku merasa bersalah karena tidak pernah secara langsung menceritakan bagaimana perasaanku. Dan seharusnya aku yakin merekapun bisa menjaga rahasia dan memberikan solusi.

Aku menghapus air mataku beserta jejaknya dari pipiku. "Terimakasih," kataku lirih "karena telah mengkhawatirkanku."

Sesaat mereka mengeratkan pelukannya, namun kemudian melepaskan dan kembali duduk di kursi masing-masing.

Aku menggenggam kedua tanganku di atas meja,  menatap ragu mereka berdua, "Maaf, karena aku gak cerita apa-apa ke kalian."

"Emang sih, awalnya kita nunggu kamu cerita, tapi nyatanya gak cerita juga. Sampe akhirnya kita khawatir dan jadi bertindak kaya kemarin." Kata Putri yang suaranya melemah diakhir kalimat.

Indah tersenyum, "tapi it's okey. Kita juga berpikir, mungkin kamu punya alasan tertentu kenapa belum cerita ke kita."

"Kita juga gak akan maksa kamu untuk cerita sekarang, tapi kalo nanti kamu udah siap cerita kita pasti siap mendengarkan." Ucap Putri kepadaku.

Aku hanya mengangguk dengan senyuman sebagai jawaban.

"Oke !!" Ucap Indah semangat, "sekarang kita makaaannn !!"

Seketika aku dan Putri saling bertatap melihat tingkah Indah dan tertawa kecil. Indah selalu semangat dengan makanan.

"Ayo. Dari tadi di anggurin terus." Kataku saat mulai menyantap makananku.
Kamipun mulai sibuk dengan makanan masing-masing, dengan tentunya membaca doa sebelum makan tadi.

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang