Malam ini aku sudah siap untuk tidur. Bantal yang empuk, guling yang siap aku peluk, dan selimut yang hangat telah menutup seluruh tubuhku kecuali kepala. Setelah membaca doa tidur dan beberapa bacaan doa lainnya aku mulai memejamkan mata. Namun, tiba-tiba terngiang sebuah kalimat yang tadi dia lontarkan.
"Bukan kehendakku menginginkanmu, namun hati inilah yang telah memilih. Lantas, tidak bolehkah aku memperjuangkannya ?"
Aku berusaha mengenyahkan perkataannya itu, namun tak bisa. Aku mencoba menutup seluruh tubuh dengan selimut, semakin memejamkan mata. Namun tak bisa. Dengan kesal aku membuka kembali selimut yang menutupi wajah, menghadap langit-langit kamar.
Apa-apaan ucapan dia itu ?
Sok puitis banget!!
"Aaahhhh!!" aku merengek sendiri. menendang-nendangkan kaki ke udara, membuat selimut yang aku pakai berantakan.
"Kenapa juga sih aku harus ngomong sok bijak gitu ?!! Kan dia juga jadi ngebales...."
Tapi.... Jawabannya itu sangat cepat, seolah benar-benar dari hatinya apa yang dia katakan. bukan dibuat-buat.
"Nggak, nggak!!" aku menggeleng cepat dengan memejamkan mata untuk mengenyahkan apa yang aku pikirkan, "mungkin aja dia udah terbiasa sama kata-kata manis gitu. Kan ceweknya banyak."
Kini aku mulai tenang. Menarik selimut yang tadi terseret kebawah karena tendangan. Bismillah. Aku kembali berdoa dan berusaha untuk memejamkan mata.
***
Mulai hari ini free class sehingga banyak murid berkeliaran di luar kelas, termasuk aku,Putri, dan Indah. Walaupun kami hanya berdiri di koridor depan kelas. Kami bertiga sama-sama bersandar di pembatas koridor, menghadap arah mesjid di ujung sana.
"Kata Arif hari ini beres sholat dzuhur kumpulan," Ucapku ketika teringat pengumuman di grup tadi, "kalian udah baca?"
"Udah." Jawab mereka serentak.
"Rapat buat kegiatan tahun ajaran baru ya ?" Tanya Putri.
"Iya kayanya." Aku asal menjawab.
"Eumm.. Cha, kemarin yang dianterin terakhir sama Aldo siapa?" Tanya Putri yang membuatku langsung menoleh dan diapun sedang menatapku.
"Aku sama Anita. Aku turun di rumahnya Anita."
Putri mengangguk tanda mengerti, "Bagus deh." Katanya tersenyum kepadaku.
***
Sebentar lagi waktu dzuhur akan datang. Kami bertiga segera berjalan menuju mesjid. Sudah terdengar suara seorang lelaki yang membaca ayat suci Al-Qur'an di speaker mesjid.
Ini adalah salah satu rutinitas rohis di sekolahku. Bergiliran jadwal mengaji saat menunggu waktu adzan. Biasanya di hari biasa ini dilakukan di waktu ashar saja. Tapi karena hari ini free class murid-murid lebih sering pulang saat dzuhur, jadi kegiatanyapun diganti waktunya.
Namun ada yang berbeda kali ini. Semakin dekat dengan mesjid semakin jelas bahwa suara orang yang mengaji saat ini suaranya asing. Aku merasa tak pernah mendengar suara ini biasanya.
Suaranya sangat merdu dan begitu lembut, murrotalnya sangat indah. Walaupun sedang panas terik terdengar sangat damai.
Ternyata bukan aku saja yang sadar, Putri dan Indahpun menyadari suara ini bukan suara anak-anak rohis.
"Cepet ke mesjid. Aku pengen tau siapa dia!" Ajak Indah dengan menarik lengan Putri, Putri menarik lenganku.
Ya, inilah salah satu kebiasaan kami. Kalau ada apa-apa dengan terburu-buru pasti saling tarik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tekadku dengan Akad [COMPLETED]
Teen FictionAnisa gadis SMA yang memegang teguh ajaran-ajaran agamanya, yaitu Islam. Dan salah satunya ia sangat menolak dengan hubungan yang marak di kalangan remaja, yaitu pacaran. Ia bertekad hanya dengan akad seseorang bisa memilikinya. Namun, di pertengaha...