Persaudaraan Karena Allah

1.8K 100 0
                                    

Aku yang sedang asik membaca buku novel dikamar malam itu terhenti mendengar suara chat masuk. Terdapat pemberitahuan dari Arif di grup chat Rohis bahwa besok ada perkumpulan dadakan. Membuatku berpikir mungkin membahas gosip tentangku. Hmm. Memang ya saat nama Islam terbawa gosip sedikit saja cepat menyebar. Sungguh. Jika kesalahpahaman itu hanya menyangkut diriku saja aku tak akan memikirkannya. Aku tak akan terusik dengan celotehan mereka itu. Toh, Allah tau apa yang sebenarnya terjadi. Tapi aku tak bisa berhenti  menyalahkan diri sendiri saat nama rohis terbawa tak baik. Itu yang membuatku sedih dan kesal. Terlebih lagi aku mempunyai jabatan cukup tinggi sebagai sekretaris membuat beritanya lebih tajam. Rohis yang selama ini namanya baik-baik saja sekarang memiliki citra buruk karena kelakuanku sebagai anggotanya.

Apa aku masih mempunyai muka dihadapan mereka ?

Tak terasa air mataku telah meluncur mulus dipipiku memikirkan semua itu.

Pesan kembali masuk. Membuatku segera menghapus air mata dipipi. Tapi kali ini dari orang lain.

Aldo : Cha, sorry untuk tindakan gue tadi siang. Serius gue gak nyangka bisa jadi sebesar ini masalahnya.
\read\

Aldo : Tadi gue bener-bener kalut sampe gak kepikiran dampaknya.
\read\

Aldo : Cha, please maafin gue.
\read\

Aldo : Besok gue juga bakal jelasin ke Bu Aida

Anisa : Gak perlu
Jangan buat aku ngulang kalimatku.

Aldo : oke. Tapi maafin gue.

Anisa : Dimaafin.

Aldo : Serius ?

Anisa : iya.

Aldo : Tapi, kok simpel gitu ?

Anisa : Aku ngantuk. Mau tidur duluan.

Aldo : oke. Good night.
\read\

Walau memang tindakannya salah tapi aku bisa mengerti dengan ketakutannya tadi siang. Dan sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan kita harus saling memaafkan. Allah Subhanahu wata’ala Sang Maha Pencipta memiliki sifat pengampun, rasanya tak pantas sebagai makhluknya jika tak mempunyai sifat tersebut.
***

Aku bertemu Putri diparkiran membuat kami berjalan ke kelas bersama. Saat berada dikoridor menuju kelas suara berat itu terdengar memanggilku. “Chacha !”

Aku tahu suara siapa itu dan enggan menyahutinya. Aku terus berjalan, Putri pun hanya menoleh sesaat kebelakang dan kembali berjalan bersamaku.

“Cha, tunggu !” hentinya menepuk pundakku yang membuat aku dan Putri berhenti. Ia mengatur napasnya yang tidak beraturan karena telah berlari. Setelah aliran napasnya mulai normal dia menarik bahuku agar menghadap kepadanya .”Cha—“

Ucapannya terpotong begitu pula belum sempurna tubuhku tertarik, tangan Aldo dihempaskan oleh Putri. Membuatku terkejut. “Udah deh, Do.” Terlihat wajah kesalnya Putri. “Kamu jangan deketin Chacha lagi. Belum puas kamu buat Chacha dalam masalah ?!”

Aku hanya terdiam melihat sikap Putri yang tegas itu.

Aldo merasa tak terima dengan ucapan Putri. Terlihat dari wajahnya yang mulai mengeruh, “Urusan gue sama Chacha. Bukan sama lo, ngerti ?!” Aldo membalasnya dengan nada tinggi yang sama.

Putri yang memang berniat melindungiku membuatku merasa tak terima Aldo berbicara seperti itu kepada Putri.

“Biasa aja dong ngomongnya. Gak usah balik nyolot.” Kataku pelan namun dengan wajah datar.  Aldo terdiam. Lalu aku menarik tangan Putri. “Ayo, Put.”

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang