Silaturahim

1.3K 79 0
                                    

Rabu, 25 Desember 2018

Sekitar jam setengah 6 pagi, aku menghampiri papah yang berada di meja makan, ditemani dengan secangkir kopi dan ponsel ditangannya.

Aku duduk disampingnya. "Pah, hari ini kita jadi pergi ?" Tanyaku kepada papah.

Mengetahui keberadaanku, papah menengok. "Iya jadi."

"Berarti ke luar kota dong ?" Tanyaku lagi, dan papah hanya menjawabnya dengan anggukan dengan mata yang tertuju kepada ponselnya.

Aku menghembuskan napas. Lalu menggoyang-goyangkan tangan kanan papah. "Jauh, Pah," aku merutuk dengan manja, "apalagi sekarang hari libur. Pasti macet."

Papah menyimpan ponselnya. Mengubah posisi badannya sedikit ke arahku. Ia memegang puncak kepalaku dan dengan tatapan tepat. "Sayang...."

Hanya satu namun aku paham. Berapa banyak kata yang diwakilkan oleh satu kata tersebut. Jika sudah begitu aku tidak bisa menolak.

Kedua alasan tadi sebenarnya memang hanya alasan kepada papah. Karena alasan sebenarnya aku takut jika benar keluarga Om Pratama itu adalah keluarga Aldo. Kalau itu benar, pasti Aldo akan ikut dalam acara ini. Dan bertemu dengannya adalah sesuatu yang kini paling aku hindari.

Namun apa daya ? Keinginan papah yang kuat tak bisa aku tolak. Setelah selesai dengan papah, aku bersiap-siap untuk mandi dan sebagainya. Begitu juga dengan mamah dan papah. Kami selesai sekitar jam setengah 7 pagi. Sengaja, karena kami akan pergi ke luar kota maka kami berangkat pagi-pagi.

Kami sudah siap. Papah tinggal menghidupkan mobilnya. Namun sebelum itu terjadi, sebuah panggilan terdengar dari ponselnya. Awalnya aku tidak peduli, namun ketika mendengarkan percakapan itu aku tahu dari siapa panggilan itu dan apa yang sedang dibicarakan. Perlahan senyuman terukir dibibirku. Karena sesuatu yang aku hindari tidak akan terjadi.

Tidak hanya aku yang mengerti arah pembicaraan papah dengan si penelepon itu, tapi mamah juga. Namun, reaksi mamah tentunya berbanding terbalik denganku.

"Gak jadi ya, Pah ?" Tanya mamah dengan bibir yang ditekuk ke bawah.

"Iya," jawab papah, "katanya Pak Pratama ada acara mendadak yang gak bisa ditinggalkan."

"Terus sekarang gimana ?" Tanya mamah lagi.

Walaupun senang acara dua keluarga ini gak jadi, tapi aku juga cukup sedih gak jadi liburan. Dah rapih-rapih gini masa iya cuma diem di rumah doang ? Hahaha
Aku berpikir keras. Akan pergi kemana untuk pengganti acara hari ini.

Aha !

"Kita ke Cianjur Selatan !" Usulku dengan semangat.

"Ke Pantai ?" Tanya papah memastikan. Aku menggeleng.

"Terus kemana ?" Tanya mamah kini.

"Curug Citambur."

***

Setelah perjalanan sekitar 3 jam kami sampai di daerah Cianjur Selatan tepatnya

Curug Citambur adalah salah satu curug--air terjun-- yang ada di Cianjur Selatan. Air terjun yang tinggi dan indah menjadi salah satu alasan air terjun ini banyak dikunjungi. Khususnya untuk orang perkotaan sangat cocok untuk merelaksasi diri.

Selain itu, ada wahana yang lain itu sebuah kolam besar buatan dengan perahu angsa.

Untuk pengemudi mobil, kita harus jalan kaki terlebih dahulu sekitar 20 menit, namun jika memakai motor kita bisa langsung sampai ditempat.

Mamah dan papah sampai lebih dulu di tempat paling dekat dengan air terjun, karena dibawah curug ini tidak bisa dipakai berenang maka kita hanya bisa menikmati pemandangannya.

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang