Pertanyaan Bams menimbulkan banyak pertanyaan dari yang lainnya. Yang paling menyebalkan mereka menuduhku bolos sekolah. Padahal, saat class meeting seperti ini banyak siswa yang tidak berangkat kesekolah. Setelah perkataan Aldo terakhir itu mereka terus memaksaku datang, terutaman anak lelaki seperti Juan,Alex dan anggota futsal lainnya yang tanding hari ini dengan alasan solidaritas. Dan akhirnya aku terpaksa pergi ke sekolah dengan pakaian seadanya. Namun sebelum itu aku menegaskan suatu hal kepada mereka.
Anisa : Aku datang untuk semuanya, bukan untuk seseorang.
Dan sinilah aku sekarang, duduk di tempat penonton yang berupa tempat duduk bertingkat di pinggir lapangan. Aku datang pada saat pertandingan dimulai dan langsung bergabung dengan teman-teman kelasku yang lain, aku duduk ditempat paling bawah dengan disisi kiriku Widia dan di sisi kananku Putri dan Indah.
Awalnya sedikit canggung saat bertemu mereka namun aku berusaha bersikap seperti biasa."XI IPA 6 berarti kelasnya Arif dong ?" tanya Indah tiba-tiba yang entah pertanyaan itu untuk siapa. Namun aku menjawab dengan menganggukkan kepala.
Kini ditengah lapang kedua tim sedang berlarian saling memperebutkan bola. Dan berbagai sorakan dukungan terdengar riuh dari kedua kelas.
"Arif kok gak main ya ?" Tanya Indah lagi.
"Nanyain Arif mulu deh." jawab Putri yang terdengar curiga,
"Ya kan Bapak Ketu jadi pengen nanya aja." Jawab Indah santai.
Aku tak begitu memperdulikan obrolan mereka, namun kini perhatianku terhenti kepada Widia yang membawa buku, soal, dan beberapa lembar kertas HVS.
"Ngapain bawa buku kesini ?" Tanyaku kepadanya.
Widia mendongak saat merasa pertanyaan itu untuknya, dan sekarang dia memasang wajah frustasi. "Nis, bantuin dong." pintanya dengan memelas.
"Buat apa emangnya kamu ngerjain soal matematika ?" tanyaku dengan memperhatikan beberapa soal yang ada dipangkuan Widia.
"Kata Pak Adam nilai Matematika aku masih kurang, kalo mau nilainya tuntas harus ngerjain soal-soal ini. dan aku gak ngertiiiiii." katanya semakin frustasi, "Dari tadi baru beres satu soal."
Aku menatapnya heran, "Kalo gitu, kenapa gak di kelas aja ngerjainnya, disini pasti gak fokus."
Widia melirik sejenak ke atas lalu mendelik tepatnya kepada teman-temanku lalu kembali menatap ke arahku dengan raut wajah yang kesal, "Mereka maksa semua harus nonton."
Ada-ada saja teman-teman kelasku ini.
"Ayo, aku bantu ngerjain." tawarku pada Widia yang langsung disetujui olehnya.Kini aku dan Widia larut dalam dunia kami berdua, sibuk mengerjakan soal-soal matematika yang merebut fokus kami berdua sehingga sudah tidak memperdulikan pertandingan futsal yang sedang berlangsung.
"Alhamdulillah, dua soal lagi." kataku setelah mengisi beberapa soal itu.
"Aaaahhh.. aku udah pusing banget nih." keluh Widia dengan mengacak kepalanya asal.
Aku tertawa melihat tingkah Widia, walaupun memang soal-soal ini cukup menguras energi, "Ayo semangat !" kataku menyemangatinya, "sisa dua lagi nih."Dengan terpaksa Widia melanjutkan pekerjaannya masih dengan bantuanku. Dan saat aku sedang serius membantu Widia mengisi soal tiba-tiba terdengar teriakan dari depan sana yang meneriakkan namaku.
"NIS.... AWAAAAASSS !!"
Aku dengan refleks mencari sumber suara itu, namun mataku terbelalak sempurna ketika terlihat di atas sana bola melambung ke arahku. Keterkejutanku membuat tubuhku kaku dan tak dapat beranjak, saat bola semakin dekat dengan cepat aku melindungi kepala dan wajahku oleh kedua tangan dan tak lupa memejamkan mata untuk bersiap menahan sakitnya nanti jika bola itu berhasil mengenaiku.
Eh ?
Kok gak ada apa-apa ?
Apa arah bola itu ternyata tidak tepat ke arahku ?
Tapi kenapa juga tak ada suara seperti bola jatuh ke permukaan ?Sudah beberapa detik aku mempertahankan posisi pertahanan itu namun tak terjadi apa-apa, tapi tadi aku merasa mendengar derap langkah menghampiri.
"Alhamdulillah masih sempat."
Suara itu ?
Kenapa terdengar sangat dekat, seperti berada di depanku.
Aku perlahan menurunkan kedua tanganku, membuka mataku. Dan saat mataku terbuka sempurna aku mengernyit, tubuh tegap dan tinggi laki-laki yang ku kenali ini ada di depanku dengan tubuh membelakangi.Kenapa dia ada disini ?
"WAAAHHH.... ARIF PAHLAWAN !"
"SWEET BANGET SIHH."
"BERASA NONTON DRAMA KOREA !!"
"UHUUUYYY"
Teriakan teman-temanku itu semakin membuatku bingung. Ya, laki-laki yang berdiri di depanku ini Arif. Saat aku mengalihkan pandangan ke sebalah kiriku tepatnya Widia berada diapun ternyata melongo seperti terkejut akan sesuatu.
"Nis, gak apa-apa, kan ?"
"Ah, i-iya gak apa-apa,kok." pertanyaan yang terlontar dari Arif membuatku terkejut sehingga aku berbicara dengan kaku.
Saat aku masih menerka apa yang telah terjadi, Juan dari lapangan berteriak memanggil, "Rif, lempar bola nya."
Arif terlihat seperti terkejut juga namun segera dia melakukan apa yang Juan katakan.
Dan aku baru menyadari bahwa suasana sebelum teman-temanku berteriak tak karuan itu hening.Arif ada di depanku, dia memegang bola, dan tak ada bola yang mengenaiku.
Arif menolongku ?
Tiba-tiba Indah mendekat ke arahku dan mendekatkan dirinya ke telingaku dan berbisik, "Arif yang nangkep bola yang harusnya kena wajah kamu." katanya yang seakan tahu apa yang sedang aku pikirkan.
"Lain kali kalo mau ngerjain tugas di kelas aja." ucapnya yang berhasil kembali mengejutkanku, dia beranjak pergi.
"Rif," kataku yang membuat langkahnya terhenti, saat dia melihat ke arahku aku melanjutkan perkataanku. "Makasih udah nolongin."
"Santai aja," katanya tersenyum ramah, "sudah tugas manusia menolong sesamanya."
"Lagipula, tadi pas aja temen kelasku ngumpul deket kelas kamu juga." lanjutnya lalu dia kembali ke tempat teman-teman kelasnya berkumpul. Dan aku masih menatap kepergiannya.
Dan tak jauh disebelah sana, teman-teman Arif seperti mengodanya juga.
"Cha, kamu beneran gapapa ?" Tanya Putri yang kini berada di depanku.
Aku tersenyum, "iya bener,kok. Kan bolanya gak jadi kena." Kataku meyakinkan.
"Bukan itu maksudku."
Aku mengerutkan dahi mendengar perkataan Putri, "terus apa ?"
Putri menatapku serius, yang entah kenapa membuatku sedikit gugup. "Hati kamu beneran gapapa ?"
Aku mencoba mencerna maksud dari pertanyaan Putri itu. Memang hatiku kenapa ? Kenapa dia menanyakan tentang keadaan hatiku ?
"Aaaaahhhhhhhhh."
Aku kembali terkejut dengan teriakan Widia yang tertahan. Terlihat kegemasan diwajahnya.
Belum aku bertanya ada apa dengannya dia kembali berbicara."Arif kayanya suka sama kamu."
***
Assalamu'alaikum 😊
Alhamdulillah kita diberikan umur untuk bisa bertemu kembali di bulan Ramadhan tahun ini 😊
Kita harus bersyukur dan memanfaatkan bulan yang mulia ini dengan meningkatkan ibadah kita.
Seperti pengumuman sebelumnya, untuk bulan Ramadhan aku hanya akan update beberapa kali saja. Kita fokuskan dan banyak-banyak ibadah kepada Allah 😊
Semoga senantiasa setia menunggu kelanjutan kisah Anisa dan Aldo yaa 😆😆 eh Arif juga deh wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Tekadku dengan Akad [COMPLETED]
Teen FictionAnisa gadis SMA yang memegang teguh ajaran-ajaran agamanya, yaitu Islam. Dan salah satunya ia sangat menolak dengan hubungan yang marak di kalangan remaja, yaitu pacaran. Ia bertekad hanya dengan akad seseorang bisa memilikinya. Namun, di pertengaha...