"Anisa !" Suara lembut dari arah belakang menghentikan langkahku yang sedang berjalan dikoridor pagi itu.Aku berbalik badan dan menghampirinya. "Iya, ada apa, Bu ?"
"Tolong panggilkan Aldo ya ke meja ibu." Ucap Bu Rahma yang sepertinya sama denganku baru tiba disekolah.
"Oh, iya , Bu. Tapi sebelumnya maaf, Bu. Kalau boleh tahu ada apa ya ?" ucapku dengan senyuman kecil.
"Itu, hal yang harus dia kerjakan sebagai ketua kelas."
"Oh begitu. Baiklah, nanti Anisa sampaikan. Anisa ke kelas ya, Bu. Assalamu'alaikum." Aku berpamitan dengan mencium tangan Bu Rahma.
"Wa'alaikumussalam."
Aku mengucapkan salam saat memasuki kelas. Tetapi tak semua menjawab. Hanya beberapa. Khusnudzon saja. Mungkin suaraku pelan sehingga tak terdengar.
Aku berjalan menuju tempatku duduk. Setelah menyimpan tas tetapi masih berdiri aku menghadap ke arah belakang. Tempat dimana Aldo dan yang lainnya berkumpul. "Aldo !" sapaku yang membuat semua temannya ikut melirik.
"Apa ?" jawabnya singkat.
"Kata Bu Rahma sekarang temui beliau dikantor. Ada yang mau disampaikan." Mendengar penjelasanku ini beberapa orang kembali sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Sendiri ?" tanyanya yang mulai berdiri.
"Iya."
"Mau nemenin gak ?" tanyanya dengan sedikit memiringkan wajah dan senyum tengilnya.
Apaan sih ??
Aku hanya mendelik. Tidak menjawab dan segera duduk.
Dari area belakang terdengar kegaduhan dari teman-temannya.
"Ditolak mentah-mentah, Cuk!" Suara Dani disertai dengan tertawa puas.
"Lo juga sih, Do. Nyepik kok ke cewe kaya Anisa." Sekarang Alex yang terdengar meledek.
Saat teman-temannya tertawa Aldo mulai beranjak. "Bodo ah, gue mau ke Bu Rahma."
Lalu tak lama kemudian Indah dan Putri datang. Dan dipagi hari ini Indah sudah mengeluarkan suara cempreng nya. "Chachaaaaaa...." Dia berjalan cepat menghampiriku. Lalu mendekatkan wajahnya dan berbisik. "Jadi kemarin itu kamu ngerjain soal gak berdua sama Putri ? tapi sama Aldo juga ?".
Pertanyaan yang membuatku jadi kikuk. "I-iya. Nggak apa-apa, Kan ? gak berdua, kok."
"Iya kalo aku tau gitu kemarin ikutan. Kan kasian Putri jadi setan sendirian." katanya dengan nada kecewa
"Eh ?" Aku belum mengerti maksudnya. Disebelah ku Putri sudah memasang wajah seram yang membuat Indah ketakutan. Indah seperti mencari perlindungan dengan menjadikan tubuhku sebagai tameng agar tak melihat wajah Putri. Tak lama dia berbisik kembali. "Hati-hati sama virus merah jambu. Aku percaya kamu paham." Lalu dia menepuk bahuku sebelum beranjak.
KENAPA INDAH TIBA- TIBA NGOMONG GITU ???
Nggak ! Cuma bantuin belajar ! Nggak lebih !
***
"Pak Ketu !" Panggilku kepada lelaki yang yang bertubuh tinggi, kulit sawo mateng dan berambut rapih yang sedang berjalan dilapang aula. Dia menoleh, lalu membalikkan badannya ke arahku. "Ada apa, Nis ?" jawabnya lembut.
Aku menyodorkan beberapa lembar kertas. "Ini list jadwal untuk perkumpulan rohis beberapa minggu kemudian.
Dia membukanya setiap lembar dan membacanya. Tetapi seperti hanya membaca sebagian saja. Lalu merapihkannya kembali. Dan melihatku. "Sip. Bagus. Makasih ya, Bu Sekre." Diakhiri dengan senyuman ramah.
"Sama-sama Pak Ketu." Aku membalas kembali senyumnya.
"Aku pamit duluan, ya ! Assalamu'alaikum." Dia beranjak pergi. "Wa'alaikumussalam."
Belum jauh aku melangkah, seseorang memanggilku dari belakang. Aku menoleh. Ternyata Aldo. "Barusan ngobrolin apa sama Arif ?"
Lelaki yang aku panggil Pak Ketu adalah Arif Azka Rahmah, yaitu ketua Rohis sekolahku tahun pelajaran ini. Dia berada di kelas 11 IPA 6
"Kenapa emangnya ?" tanyaku heran.
Dia mengalihkan pandangan sesaat lalu kembali. "Tinggal jawab aja sih, Ribet amat." Ucapnya sedikit kesal.
Diih kok jadi dia yang kesel.
Aku menghela napas. "Aku barusan abis ngasih list jadwal rohis. Udah ah. Aku mau ke kelas." Tanpa menghiraukan Aldo aku melangkah pergi. Tapi ternyata Aldo mengekor dibelakangku hingga menyamakan langkahku.
"Bu Sekre," Dia berhenti sejenak dan membuatku menoleh mendengar panggilan itu. "artinya apa ?" pandangannya lurus kedepan.
"Ibu Sekretaris." Jawabku seadanya.
"Jadi, Pak Ketu itu Pak Ketua ?"
Aku melirik sesaat kepadanya. "Kamu tadi nguping ya ?"
"Ng, nggak. Tadi pas aja lewat aja. Jadi gue denger." Walau aku tak melihat tingkahnya tapi terdengar bicaranya yang gugup.
Aku tak mau ambil pusing. Sehingga terjadi keheningan sesaat.
"Itu panggilan sayang ?" tanya nya kembali.
Aku masih dengan pandangan lurus. "lebih tepatnya panggilan istimewa."
Tiba-tiba dia melangkah maju dan berhenti didepanku. Sedikit menunduk sehingga wajahnya sejajar dengan wajahku. Membuatku kaget sehingga mundur satu langkah. "Lo pacaran sama Arif ?"
HAAAAAA ??? YA KALI KETUA ROHIS PACARAN !!!
Aku mengernyitkan dahi. Tiba-tiba tersadar sesuatu. "Ah. Maksud aku panggilan istimewa sesama pengurus. Gak Cuma berdua. Kahfa dipanggil Pak waka, alias wakil ketua dan Alisa juga di panggil Bunda. Singkatan dari Ibu Bendahara." Ucapku yang berusaha menyembunyikan kepanikan.
Aku panik karena takut ada yang mendengar pertanyaan Aldo karena dikoridor cukup ramai. Jangan sampai ada yang salah paham.
"Oooh..." Dia kembali kesamping. Aku melanjutkan langkah. Saat berjalan terlihat dari sudut mataku kedua ujung bibirnya naik ke atas. Menunjukkan seperti...
senyum kelegaan ?
Ah, gak peduli. Aku mempercepat langkahku agar tidak terus berjalan bersamanya. Dia hendak menyusul. Tapi terdengar suara yang memanggilnya.
Alhamdulillah. Aku terselamatkan.
Wah wah... kayanya ombak mulai datang nih hihihi
Pantengin terus dan jangan lupa vote nya ya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Tekadku dengan Akad [COMPLETED]
Teen FictionAnisa gadis SMA yang memegang teguh ajaran-ajaran agamanya, yaitu Islam. Dan salah satunya ia sangat menolak dengan hubungan yang marak di kalangan remaja, yaitu pacaran. Ia bertekad hanya dengan akad seseorang bisa memilikinya. Namun, di pertengaha...