Kuatkan Iman

1.6K 84 0
                                    


Aku baru saja sampai kesekolah, saat berjalan dikoridor menuju kelasku terlihat Anita beberapa meter didepanku. Aku mempercepat langkah untuk menyamainya. Saat ia hendak memasuki kelas, aku menarik tangannya untuk ke tengah koridor depan kelasku yang membuat Anita terkejut oleh tarikanku yang tiba-tiba..

“Aku mau bicara sebentar.” Kataku kepadanya setelah kami berdiam sempurna dengan saling berhadapan.

“bicara apa sih ? sampe ngagetin aku.” Ucapnya masih sedikit kesal karena membuatnya terkejut.

Aku meringis, “Maaf.” Aku melihat keadaan sekitar, “soal kejadian kemarin sore.. jangan bilang ke siapapun ya, terutama Putri sama Indah.” Kataku dengan memohon.

Anita mendongak, mengarahkan pandangannya ke atas, lalu menatapku penuh tanya “kejadian kamu sakit maag atau..... kejadian Arif sama Aldo—“

“Dua-duanya !” jawabku cukup keras dan cepat sehingga memotong pembicaraan Anita yang sudah aku tau kelanjutannya akan seperti apa. Lalu melihat reaksi Anita yang keheranan namun terlihat senyum menggodanya membuatku menjadi gugup, “Maksudku, semuanya karena saling berkaitan, i-iyakan ?” kataku dengan berusaha bersikap biasa.

“Iya, iyaaa. Aman deh pokoknya.”

Aku menghembuskan napas lega.”Makasih ya, Nit.”

“Udah beres kan ?” tanyanya namun sebelum aku menjawab dia melanjutkan perkataannya. “Yuk, ke kelas”

“Eh, tunggu, Nit.” Aku mengeluarkan ponselku dan membuka aplikasi whatssap lalu menatap lekat Anita, “Kamu bisa dipercaya, kan ?”

Anita mengernyit mendengar perkataanku, namun sebelum dia menjawab aku memberikan ponselku kepadanya, aku percaya Anita bisa menjaga rahasia. Kini aku merapat ke sampingnya. Memperlihatkan pesan dari Aldo dan Arif semalam.

“Menurut kamu gimana, Nit ? kok bisa hampir sama gitu ?” tanyaku kepadanya. Oh, iya. Dua pesan terakhir Aldo aku hapus untuk tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Anita mendecak, namun tersirat senyuman diwajahnya, “Penyalahgunaan jabatan.” Ucapnya singkat.

“maksudnya ?” tanyaku meminta penjelasan, karena jujur aku tak mengerti maksud dari ucapannya.

“Ah, nggak.” Jawabnya mengibaskan tangan, lalu mengembalikan ponselku. “menurutku wajar sih, kan mereka berdua tau keadaan kamu kemarin sore.”

Aku mengangguk-angguk. “Iya sih, tapi yang aneh itu kalimatnya hampir sama gitu.”

“udah, gak usah dipikirin. Mungkin kebetulan aja.” Dia menjeda ucapannya “Tapi....”

“Tapi apa ?”

“Mulai sekarang kamu harus kuat-kuatin iman.”

Katanya dengan memperlihatkan barisan gigi putihnya dan berjalan ke kelas meninggalkanku.

“Eh, maksud kamu apa, Nit ?” tanyaku sedikit berteriak karena Anita telah cukup jauh didepan. Dan dia mengacuhkan pertanyaanku.

***

“Bener deh, Cha. Kamu tadi kocak banget.” Ledek Putri yang tertawa dengan menggerak-gerakkan tangan kananku saat kami berjalan dikoridor lapang aula.

“Bukan, Chacha itu gak kocak, tapi receh. Dan recehnya itu yang bikin ngakak.” Timpal Indah disisi kiriku yang sama tertawa pula.

Aku mendengarnya mendengus kesal, memajukan bibir bawahku. “Udah dong, jangan diungkit lagi.” rengekku kepada mereka.

“Ya, makanya, kamu juga hilangin deh hobi nyeletuk garing ditengah keheningan.” Timpal Putri yang berusaha menghentikan tawanya. “Aku yang sebangku sama kamu jadi malu.”

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang