Tekadku

1.3K 85 0
                                    

".....indera gue berasa lebih tajam kalo tentang elo."

"......"

Putri berdehem keras dari belakang membuatku terkejut dan kembali memandang arah depan.

"Aku denger ya," sindirnya keras dan membuatku menipiskan bibir, "gak usah manfaatin keadaan."

Yang awalnya ramai seketika hening saat Putri berdehem dan berbicara. Sehingga satu persatu menyeletuk tak mengerti apa yang Putri bicarakan.

"Hah ? Apaan Put ?"

"Ngomongin apa sih ?"

"Apaan apaan ?"

"Gue yang dibelakang kagak kedengeran nih. Ngomongin paan ?"

Aku hanya diam, bingung harus menjawab apa.

Heran juga. Aku kira tidak akan ada yang mendengarnya karena mereka asik mengobrol bahkan tertawa dan suara Aldopun cukup pelan.

Tapi akan heran juga kalo Putri dan Indah akan biasa saja mengetahui aku duduk di depan berdua dengannya.

"Gak ada apa-apa. Bentar lagi nyampe."

Aku melirik dari ujung mata ketika Aldo bersuara. Wajahnya tenang, tak terlihat gugup. Beda denganku.

Akhirnya semua kembali saling bercerita, kecuali aku dan Aldo. Tentu saja mungkin dia sibuk menyetir.

Tapi rasanya memang sangat canggung.

Aaaakkhhhh! Aku sangat tak suka suasana begini.

***

Mereka masuk dengan rusuh ke dalam rumah Sinta. Rumah Sinta cukup besar. Kami di bawa ke halaman belakang berupa taman yang cukup luas juga. Disana ada sebuah gazebo di pojok kanan yang di sisinya ada pohon mangga besar. Taman yang dipenuhi berbagai bunga yang indah. Sepertinya keluarga Sinta penyuka tanaman.

Sinta menggelar karpet untuk kami duduk. Berasa piknik.

"Keluarga lo kemana ?" Tanya Alex memulai pembicaraan setelah kami duduk dikarpet.

"Lagi pergi kayanya."

"Ini makanannya mana ?" Tanya Iki yang melihat belum ada makanan yang tersaji.

"Ah iya lupa," jawab Sinta tertawa sesaat, "gue pesen dulu."

"HAAH?" beberapa orang teriak kaget yang membuat Sinta juga kaget.

"Lah pada kenapa ?"

"Yah, gue kira udah siap, Ta." Keluh Iki.

"Ya elah gitu doang."

Selanjutnya Sinta segera memesan makanan melalui online.

30 orang semua ikut kesini, sungguh banyak makanan yang Sinta pesan. Di tengah keramaian dan keseruan kami berkumpul aku masih berpikir acara apa ini ?

Saat tadi beberapa orang mempertanyakan dalam hal apa ia membuat acara seperti ini Sinta hanya menjawab karena dia ingin saja.

"Chaa... ayo makan ih, jangan diliatin aja!" Perintah Indah yang berada di sampingku.

Aku hanya menggangguk mengiyakan. Dia sudah sejak tadi dengan lahap memakan makanan ini.

Sinta membeli makanan berat dan ringan, aku hanya memakan makanan ringan yang berupa snack saja.

Setelah selesai makan, acara berlanjut dengan membahas banyak hal. Dimulai dari susahnya soal ulangan pada beberapa mata pelajaran, kekesalan kepada pengawas ulangan yang sangat ketat, dan saling menyalahkan saat ada seseorang diantara kami yang pelit memberi jawaban.

Tekadku dengan Akad [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang