Kemarahan Arman

13.5K 731 5
                                    

"Hhh!!!" Arman membuka matanya dengan cepat.

Napasnya memburu dan keringat sudah membasahi badannya. Arman melirik jam di nakas dan menghela kecil. Dia baru terlelap lima menit yang lalu. Hanya dalam waktu lima menit dia bisa kembali mendapatkan mimpi buruk. Ah tidak, bukan mimpi buruk. Melainkan kenangan buruk yang sudah dia perbuat di masa lalu.

Arman sudah mengatakan berkali-kali kalau dia menyesal. Sangat menyesal. Dia tidak pernah menginginkan kakaknya seperti sekarang. Jika Arman bisa, dia ingin memundurkan kembali waktu dan merubah semua kesalahannya pada sang kakak.

"Maaf kak," gumam Arman.

Arman menarik napasnya dalam-dalam. Dia kembali teringat hari dimana dia melihat hal terburuk yang sudah terjadi karenanya.

"Biar aku saja yang merapikan apartment -nya. Ayah, om dan anak-anak pulang saja," ujar Alexander.

Arman ingin masuk ke dalam apartment itu. Jadi, dia berkeras diri dan memilih menerobos masuk ke dalam. Meninggalkan pamannya yang sibuk memanggil dirinya. Arman naik ke lantai dimana unit apartment yang ditempati kakaknya berada.

Apartment itu tidak terurus. Debu yang menempel sangat tebal. Arman berjongkok dan mengambil salah satu surat disana. Tanpa membuka isinya pun, Arman tahu surat itu berisi uang mingguan sang kakak. Arman mengumpulkannya. Dia menumpukkan surat itu satu per satu sampai ditumpukan terbawah dia menemukan surat yang pertama kali masuk ke dalam apartment itu.

"Ini, seminggu setelah pembagian rapor," gumam Arman saat melihat tanggal terkirimnya surat itu di bagian belakang amplop surat.

Arman berdiri. Dia hendak mencari kardus di lemari penyimpanan. Dia melangkah untuk masuk lebih dalam dan saat itu tangannya tercekal. Arman menoleh dan menemukan pamannya disana dengan napas yang masih agak berantakan.

"Jangan masuk!"

"Kenapa?"

"Aku bilang jangan ya jangan!"

Arman tetaplah Arman. Dia menepis tangan pamannya dan memilih masuk lebih dalam. Dan saat itu dia terdiam di tempatnya berdiri. Beberapa langkah darinya, dia melihat lantai yang penuh darah. Belum lagi foto sang ibu yang juga ternodai dengan darah dan sebuah pisau dapur yang berlumur darah.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang