Would You Forgive Me?

12.8K 693 15
                                    

"Kalian tidak ada bedanya dengan anak jalanan! Saya tidak pernah merasa mengambil pegawai dari pinggir jalan!"

Ucapan pedas dari Arman membuat para pegawai itu menunduk.

"Maaf, pak. Tapi, anak magang ini yang memulai lebih dahulu pak,"

"Begitukah?"

"Iya pak. Benar, dia yang memulainya,"

"Oh begitu, itu artinya mata saya sudah rabun. Atau mungkin mata saya ini sudah buta?"

Para pegawai itu langsung terdiam di tempat. Mereka terlalu kaget dengan ucapan Arman. Arman menarik lengan Natasha untuk membantu anak itu berdiri.

"Rapikan barang-barang kalian. Saya mau kalian keluar dari kantor ini hari ini juga," ujar Arman.

Arman membawa Natasha bersamanya menuju ke lift. Arman menghubungin Bian, supir pribadinya untuk menjemputnya di lobi. Tepat saat lift mereka sampai saat itu, Bian sudah ada di lobi.

Arman membawa Natasha masuk. Arman duduk di sebelah Natasha. Dia memejamkan matanya sekilas.

"Kita kemana tuan?"

"Rumah sakit,"

Meski bingung, Bian mengangguk dan membawa Arman ke salah satu rumah sakit milik keluarganya.

"Bian, tolong kembali ke kantor dan ambilkan barang-barang Natasha di mejanya,"

"Baik tuan,"

Bian segera pergi saat Arman dan Natasha turun. Natasha mengikuti Arman dengan heran. Dia bingung. Kenapa Arman membawanya kesini? Ke rumah sakit?

"Ummm... pak, maaf. Kita kesini untuk apa ya pak? Bapak sakit?"

Arman menghentikan langkah kakinya. Dia berbalik dan menatap Natasha. Tangan kanannya terangkat lalu dia menunjuk ke arah Natasha dengan telunjuknya. Natasha yang heran mengikuti arah telunjuk Arman dan mendapati kakinya berdarah.

"Sudah tahu, kan?"

Natasha diam. Arman menghampiri salah satu receptionis dan dengan tangan menarik pergelangan tangan Natasha.

"Se-" ucapan reseptionis itu terhenti akibat selaan Arman.

"Dokter siapa yang berjaga di UGD hari ini?"

"Dokternya sedang bertukar shift pak. Setelah ini dokter Tania yang berjaga,"

Arman mengangguk.

"Katakan pada dokter Tania, saya mau meminta bantuannya lima menit,"

"Tapi, pak-"

"Hanya lima menit,"

Suster itu menyerah. Sikap arogan Arman benar-benar membuat suster itu memilih menganggukkan kepalanya.

"Siapa nama bapak?"

"Gio. Gio Armano,"

"Mohon tunggu sebentar pak,"

Arman mengangguk. Resepsionis itu berlari masuk ke ruang UGD. Tak lama, seorang dokter berusia sekitar 65 tahun turun dan tersenyum pada Arman.

"Ada apa?"

"Oma, tolong obati dia,"

Tania memiringkan sedikit kepalanya untuk melihat Natasha yang berdiri di belakang Arman.

"Ayo ikut dengan oma!" Ajak Tania.

Jujur saja, Tania merasa dejavu. Dulu Alvaro datang seperti ini bersama Allecia. Dan sekarang, kejadian itu berulang. Arman datang bersama seorang gadis ke tempatnya. Tania membuka perban di kaki Natasha. Setelahnya dia membersihkan luka terbuka itu dan membubuhkan obat disana.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang