"Buat apa lagi kesini?! Sana pergi!!"
Arman menbentak dengan keras sosok yang masuk ke kamarnya. Saat Arman menoleh, dia menemukan sosok kakak iparnya yang tengah tersenyum kikuk padanya.
"Maaf, kak. Aku mau mengambil tas Natasha," ujarnya.
Arman hanya bisa mengangguk. Dia sudah terlanjut membentak dengan keras tadi. Arman tersenyum saat kakak iparnya itu pergi dari ruangannya dengan membawa tas Natasha. Saat pintu tertutup saat itu Arman menengadahkan kepalanya dan menutup matanya. Arman menghembuskan napasnya dengan sangat kasar.
"God Damn!" Umpat Arman.
Hari itu, siapapun yang menjenguk Arman tidak berani menyinggung atau mengucapkan nama Natasha.
............
Natasha menatap ke arah ruangan kosong itu sekali lagi. Sebelum dia tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan bayangan sang pemilik ruangan yang melintas di matanya.
"Anda yakin, nona?" Pertanyaan itu membuat Natasha tersenyum kecil.
"Iya. Tolong sampaikan surat ini pada pak Alvaro atau pada dia langsung,"
Pria di depan Natasha menatap ragu pada surat di tangannya. Natasha menyakinkan pria itu kalau apa yang dia lakukan adalah yang terbaik yang Arman inginkan. Pria itu asisten sekaligus supir pribadi Arman. Bian, begitu mereka memanggilnya.
"Oh iya! Bian, saya titip ini sekalian. Tolong kembalikan padanya,"
"Tapi,"
"Tidak apa. Dia tidak akan memarahimu. Terima kasih sudah banyak membantuku, Bian. Senang mengenalmu,"
Natasha mengangkat barang-barangnya yang dia masukkan ke dalam kardus. Natasha bahkan sudah mengeluarkan semua barangnya dari apartment Arman. Dia memilih menyewa sebuah kamar kost untuk dia tempati. Masalah pekerjaan, Natasha masih mencari pekerjaan baru sambil berkuliah.
"Untung saja aku tinggal mengerjakan skripsi. Jadi, aku tidak perlu sering ke kampus,"
Natasha melangkahkan kakinya keluar dari gedung perusahaan besar itu. Beruntung hari ini Alvaro tidak datang ke perusahaan itu. Kalau Alvaro datang, dapat dipastikan dia tidak akan bisa keluar dari kantor itu.
Natasha menyimpan kardus berisi barang-barangnya di sebelah kasur kecil tempatnya tidur. Dia baru saja sampai di kamar kost-nya. Natasha menyandarkan badannya ke dinding dan perlahan badannya merosot turun hingga dia terduduk di atas lantai. Natasha membuka ponselnya dan memandangi foto Arman yang dia ambil diam-diam sewaktu pria itu tidur.
Bohong kalau Natasha katakan dia tidak rindu. Bohong juga kalau Natasha bilang dia tidak terluka atas ucapan Arman yang begitu menancap di dalam hatinya sampai saat ini. Natasha terkejut saat ponselnya bergetar. Ada sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Tawaran pekerjaan. Menjadi penyanyi di cafe.
Natasha menyanggupi pekerjaan itu. Dia bahkan mengatakan dapat bekerja besok. Natasha merapikan barang-barangnya.
"Semangat!" Ujar Natasha menyemangati dirinya sendiri.
..............
Beberapa hari kemudian,
"Nana," panggilan itu membuat Natasha menoleh.
Ya, disini Natasha memiliki nama panggilan, yakni Nana. Natasha tersenyum kecil.
"Ya?"
"Besok ada acara disini, kamu mau menyanyi besok?"
"Jam berapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS#2] Between Me, You and Work
Teen FictionCerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik keluarga Dimitra yang diwariskan oleh ayahnya. "Siapa dia?" "Karyawan magang sir..." 'Menarik' Rate 16+