Pamit

7.8K 579 34
                                    

"Ada apa sebenarnya?" Pertanyaan yang terdengar mendesak itu terlempar kepada Arman.

"Tidak ada,"

"Lalu, kenapa Natasha tidak pernah kesini lagi?"

"Mungkin dia sibuk. Atau dia sudah lelah,"

"Kamu mengusirnya?"

Arman diam. Dia tidak bisa mengelak. Di dunia ini ada empat orang yang tidak bisa dia bohongi. Ayahnya, kakaknya, dan kedua adiknya. Arman diam saja dan menghela kecil.

"Dia akan lebih baik tanpaku, kak,"

"Siapa yang mengatakan itu? Kamu atau dia sendiri?" Tanya Ardan.

"Kak, lihat aku! Bahkan untuk menjaga dia saja aku tidak bisa. Jangankan menjaga dia, mengurus diriku sendiri pun aku tidak bisa!" Ujar Arman.

"Dia akan baik-baik saja tanpaku. Dia akan menemukan pria lain yang lebih pantas untuknya," sambungnya.

"Dan kamu rela melihatnya bersama pria lain?"

"Ya. Jika dia bisa bahagia dengan pria itu," ujar Arman meski dia tidak yakin akan rela melihat Natasha bersama pria lain. Bahkan baru dua hari tidak melihat gadisnya saja dia sudah sangat amat merindukan gadis itu.

Natasha seperti melekat sampai ke dalam tulangnya dan darahnya. Apapun yang Arman lakukan dia selalu terbayang wajah cantik.

"Maaf. Kalau waktu itu kamu tidak mencari tahu tentang Carrel hal ini tidak akan terjadi,"

Ucapan itu membuat Arman mengangkat kepalanya dengan cepat.

"Kak,"

"Jangan menyalahkan dan menyiksa Natasha karena kesalahanku, Arman! Kalau kamu mau kamu bisa memakiku,"

"Kak, ini bukan-"

"Lalu apa?"

"Aku merasa aku sudah tidak pantas untuknya kak,"

Arman melihat kakaknya terdiam sebelum sang kakak melirik jam dinding dan mengangguk kecil.

"Istirahatlah. Ini sudah larut,"

Arman menurut. Dia memejamkan matanya dan perlahan jatuh terlelap.

.............

Natasha baru saja meminta izin dari boss-nya di cafe. Dia baru saja mendapat telepon dari ayahnya. Bisakah Natasha menyebut pria itu ayahnya? Pria itu hanya mencari Natasha disaat dia membutuhkan Natasha dan anehnya, kali ini Natasha setuju untuk membantu pria yang berstatus ayahnya itu.

"Hhh..! kenapa kemarin aku setuju?" Gumam Natasha.

"Oh iya, karena di dunia ini tidak ada lagi orang membutuhkanku. Jadi, selagi ada yang membutuhkanku aku akan memberikan bantuan dengan senang hati,"

Lagi, sekelebat ucapan Arman terakhir kali melintas di kepala Natasha. Mungkin, ucapan itu juga yang membuat Natasha menyetujui keinginan ayahnya. Namun sebelum itu, Natasha mau melihat pria yang sudah melekat di hatinya itu sekali lagi. Mungkin untuk terakhir kalinya sebelum dia benar-benar menjauh dari pria itu.

Dengan nekat, Natasha mengunjungi rumah sakit itu. Dia melirik jam tangannya dan mengangguk meyakinkan diri sendiri kalau pria itu pasti sudah terlelap. Kaki Natasha melangkah keluar dari lift dan berhenti saat melihat sosok yang serupa dengan Arman di depan ruang rawat.

"Kak," sapa Natasha padanya.

"Hai, kamu mau menjenguk Arman?"

Natasha mengangguk. "Apa dia sudah istirahat?"

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang