"Sayang... dasiku ada dimana?"
Suara berat di pagi hari iu mengisi pagi Natasha. Natasha tersenyum dan segera meletakkan sendok yang dia gunakan untuk mengaduk kopi milik Arman. Natasha berjalan ke kamar mereka.
"Ada apa?"
"Dasiku..." ujar Arman sambil memakai cufflinks di lengan kemejanya.
Natasha berjalan ke walk in closet mereka. Dia membuka laci pertama dari drawer mereka dan mengambil sebuah dasi untuk Arman.
"Menunduk sedikit," pinta Natasha.
Arman merendahkan sedikit badannya agar Natasha bisa mengalungkan dasi itu di lehernya. Lalu, dia kembali ke posisi semula dan Natasha segera mengikatkan dasi itu di lehernya dengan apik. Natasha bahkan kembali lagi ke walk in closet, membuka laci ke-dua dan mengambil penjepit dasi. Lalu dia juga mengambil jam tangan untuk Arman di laci pertama drawer ke-dua.
"Sini," ujar Natasha sambil menarik pelan badan Arman.
"Besok-besok kamu pakai baju di walk-in closet saja. Agar aku tidak bolak-balik kesana untuk mengambil dasi, jam tangan, juga penjepit dasimu,"
Arman mengangguk saja.
"Kamu bersiap dulu," ujar Arman.
Dia memberikan kecupan manis di pipi dan kening Natasha.
"Terima kasih sudah membantuku bersiap, sayang,"
Natasha tersenyum. Sungguh, apa yang Arman lakukan hanya hal kecil untuk kebanyakan orang. Tapi baginya, ucapan terima kasih yang Arman ucapkan seperti sebuah penghargaan atas usaha menjadi istri yang baik untuk Arman.
Natasha bersiap dia mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja. Natasha juga membasuh kembali wajahnya. Sudah menjadi kebiasaan barunya sejak menikah untuk bangun lebih awal, mandi lalu, menyiapkan makanan, membantu Arman bersiap, baru setelahnya dia membasuh wajahnya dan menukar pakaiannya juga bersiap untuk ke kantor.
Jangan terkejut! Arman memang masih membiarkan Natasha menjadi sekretarisnya. Setidaknya sampai sang istri mengandung nanti. Selama sang istri belum mengandung dia membebaskan apa yang istrinya mau. Toh, melihat istri cantikmu di depan mata setiap jam malah akan menambah semangat. Bukan begitu?
"Kenapa belum sarapan?" Tanya Natasha.
"Kamu saja belum sarapan. Ayo, sarapan dulu!" Ajak Arman.
Natasha terkekeh. Mereka sarapan bersama lalu, setelahnya berangkat ke kantor. Piring sisa sarapan mereka Natasha letakkan di tempat cuci piring. Lalu, dia juga mengambil kotak bekal dan membawanya bersama mereka.
"Eh... eh... lihat itu! Padahal sudah jadi istri boss, kenapa masih bekerja?"
"Mungkin dia hanya tidak mau pak boss kecantol perempuan lain yang lebih baik darinya..."
Bisikkan seperti itu sudah sering Natasha dengar sejak mereka kembali bekerja pasca bulan madu ke Spanyol tiga hari lalu. Natasha tahu mereka tidak suka kalau Natasha menikah dengan Arman. Mereka merasa Natasha tidak pantas dan Natasha sendiri tadinya sempat berpikir begitu juga. Untungnya, Arman bisa dengan sabar memberikannya pengertian.
Natasha mengerutkan kening saat mereka berhenti mengucapkan kalimat-kalimat sindiran baginya. Saat Natasha menunduk di menemukan sepasang sepatu mengkilap di depannya juga wangi dari parfum yang dia kenal baik.
"Sayang..." panggilan itu membuat Natasha tersenyum.
Dia mengangkat kepalanya dan tersenyum lembut pada Arman.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS#2] Between Me, You and Work
Teen FictionCerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik keluarga Dimitra yang diwariskan oleh ayahnya. "Siapa dia?" "Karyawan magang sir..." 'Menarik' Rate 16+