Penjelasan

9.4K 613 13
                                    

"Astaga! Gio!"

Natasha dan Arman terdiam. Suster di sebelah Arman pun terdiam. Beberapa detik kemudian suster itu menghela lega. Begitu pula Natasha. Suster itu membantu Natasha mengembalikan Arman ke posisi semula. Duduk di atas kursi roda. Setelahnya suster itu pamit menjauh.

"Kamu baik-baik saja? Ada yang luka?" Tanya Natasha sambil membenarkan posisi kaki Arman dengan berjongkok di depan Arman.

Sungguh Arman semakin merasa dirinya benar-benar bajingan pengecut. Arman mengambil tangan Natasha yang ada di kakinya. Hal itu membuat Natasha mengangkat kepalanya menatap Arman.

"Aku minta maaf," ujar Arman.

Mata Natasha terbelalak mendengar ucapan Arman.

"Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf,"

Natasha tahu mereka berdua perlu bicara. Jadi, Natasha berdiri dan melepaskan tangan Arman dari tangannya.

"Asha..."

"Kamarmu masih di tempat yang lama, kan?"

Arman mengangguk kecil. Natasha mendorong kursi roda Arman kembali ke kamar anak itu. Setelah sampai, dia membantu Arman berpindah ke ranjang rawatnya.

"Asha, maafkan aku," ujar Arman lagi.

Natasha diam saja. Dia memilih merapikan kursi roda Arman dan menyimpannya di sudut kamar.

"Aku... aku tidak bermaksud mengatakan hal itu,"

Natasha menatap Arman.

"Aku tahu aku salah. Aku keterlaluan karena menudingmu seperti itu. Aku bahkan menghinamu. Aku benar-benar minta maaf,"

Natasha bisa melihat Arman meremas selimutnya dengan erat.

"Aku saat itu takut,"

Arman menundukkan kepalanya. Natasha masih diam menatap Arman.

"Ketakutanku membuatku mengatakan hal itu padamu. Aku benar-benar minta maaf,"

"Kenapa?" Akhirnya Natasha bertanya pada Arman.

"Aku takut, Sha,"

"Apa yang kamu takutkan?"

"Aku takut kamu tidak akan bahagia dengan aku. Keadaanku saat itu benar-benar memprihatinkan. Saat itu setiap hari yang ada di kepalaku adalah pemikiran tentang kenapa kamu masih bersamaku? Bagaimana nasibmu jika kamu masih bersamaku yang tidak bisa apa-apa? Bagaimana aku bisa melindungimu jika aku sudah menjadi orang yang tidak berguna? Aku takut, kamu tetap tinggal hanya karena rasa bersalah dan kasihan,"

Natasha tertegun mendengar penuturan Arman terlebih suara pria itu tercekat.

"Aku tidak mau kau tidak bahagia, Asha. Aku tidak mau kau menyesal nantinya karena harus hidup bersama orang tidak berguna sepertiku. Aku... aku hanya ingin kamu bahagia," ujar Arman dengan lirih.

Natasha bisa melihat bahu tegap Arman kini tengah bergetar. Arman menangis. Natasha menghampiri Arman. Dia duduk di tepi ranjang Arman dan memeluk pria itu. Katakan Natasha bodoh, dia akan menerimanya. Karena kenyataannya, dia memang cukup bodoh karena semua kemarahannya pada Arman hilang saat mendengar suara tercekat pria itu.

Natasha mengusap punggung Arman. Sementara Arman memeluk erat badan ramping Natasha. Kepalanya dia sembunyikan di bahu Natasha.

"Maafkan aku. Aku benar-benar bodoh. Aku melukaimu yang sudah dengan tulusnya menerima semua keadaanku. Aku... aku-"

"Ssstt... tidak apa. Semua sudah berlalu. Aku sudah mengerti sekarang. Kamu tidak bermaksud melakukannya. Kamu tidak bermaksud mengucapkan semua itu. Kamu mengucapkan itu hanya agar aku membencimu dan menjauh darimu. Aku paham semuanya sekarang,"

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang