Arman mengecupi pipi mulus istrinya. Hari ini dia malas ke kantor. Dia ingin di rumah saja. Menemani sang istri dan menghabiskan waktu bersama sang istri. Arman terlonjak saat melihat istrinya membuka mata walau dengan wajah masih mengantuk.
"Apa aku membangunkanmu?" Tanya Arman dengan lembut.
Natasha mengangguk kecil.
"Maafkan aku, sayang. Tidur lah lagi,"
Natasha tidak menolak. Mengingat Arman memang tidak mengizinkannya kerja dulu. Arman menyanggah badannya dengan sebelah tangannya. Dia tersenyum melihat wajah polos istrinya yang tengah terlelap itu. Lalu, tatapan Arman beralih pada perut istrinya yang mulai membuncit.
Senyum Arman terkembang sempurna. Arman junior ada di dalam sana. Di dalam kandungan istri tercintanya. Arman menurunkan badannya, hingga wajahnya berada di depan perut istrinya.
"Pagi, jagoan," sapa Arman sambil mengusap pelan perut istrinya dan mengecup perut sang istri dengan lembut.
"Tumbuhlah dengan sehat di dalam sana, ya nak. Daddy menyayangimu," gumamnya lagi.
Mengajak bicara calon anak mereka sudah menjadi kebiasaan baru Arman. Setiap pagi dan malam atau saat dia berada di dekat sang istri, dia akan mengajak putranya berbicara.
Arman melirik jam di nakas. Begitu dia melihat angka 6, Arman bergegas bangun dan membersihkan badannya. Arman keluar dalam balutan bathrobe. Arman segera turun dan membuat sarapan untuk dia dan Natasha. Tangan ramping dan perut buncit sang istri di balik punggungnya membuat Arman menghentikan acara membuat sarapannya.
"Kenapa sudah bangun? Apa kamu lapar? Atau baby kita yang sudah lapar?"
"Tidak. Aku dan baby belum lapar,"
"Lalu?"
"Aku sedang menginginkan sesuatu,"
"Apa itu?"
Arman sedikit semangat. Sejak minggu pertama kehamilan Natasha, istrinya jarang meminta sesuatu darinya. Dia sampai bingung. Kenapa anak dan istrinya tidak menginginkan apapun?
"Boneka serigala. Atau siberian husky,"
"Hah?" Arman segera membalik badannya menghadap sang istri.
"Aku mau pelihara husky tapi, apartment kita tidak memperbolehkan menbawa hewan..." ujar Natasha dengan mata berkaca-kaca dan bibir yang mengerucut.
Arman tidak tega. Akhirnya, dia mengangguk. "Nanti sepulang kerja aku bawakan, okey?"
Natasha mengangguk dengan semangat. Dia tersenyum dengan sangat lebar.
"Ayo, sarapan dulu!" Ajak Arman.
"Suapi," pinta Natasha dengan manja.
Arman tidak keberatan. Dia mengambil garpu serta pisau makan, dan mulai memotong sandwich di depannya. Arman menyuapkan garpu dengan potongan sandwich itu ke mulut Natasha. Setelah sarapan selesai, Arman mencuci piring yang mereka pakai tadi. Lalu, dia menghampiri Natasha dan mengecup kening serta bibir istrinya dengan sayang.
"Aku berangkat dulu. Sampai ketemu nanti sore..."
"Hn. Hati-hati di jalan! Jangan lupa boneka serigala atau husky-nya!"
"Aku tidak akan lupa,"
...........
Luz corporation, 9 am,
Arman duduk sambil mencorat-coret laporan yang ada di depannya. Setidaknya itu yang dia lakukan sebelum ponselnya bergetar. Arman langsung mengangkat panggilan itu melalui earbud miliknya. Ponselnya memang masih ada di saku celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS#2] Between Me, You and Work
Teen FictionCerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik keluarga Dimitra yang diwariskan oleh ayahnya. "Siapa dia?" "Karyawan magang sir..." 'Menarik' Rate 16+