Kemurkaan Arman

9.8K 668 27
                                    

"Sayang... apa anak kita tidak mau apa-apa?" Tanya Arman.

Natasha menggeleng. Ini sudah kesekian kalinya Arman menanyakan hal itu pada Natasha. Sejak terbukti positif mengandung seminggu lalu, Arman terus bertanya apakah ada yang dia inginkan.

Sejak mengetahui istrinya mengandung, sikap Arman berubah derastis. Natasha sampai merasa dia bisa terkena diabetes karena Arman. Pria itu dengan sangat rajin menanyai bagaimana keadaan anak mereka, apa Natasha menginginkan sesuatu, atau kamu mau makan apa?

"Eh?" Natasha terkejut.

Mereka sedang ada di lift dan Arman dengan tanpa dosanya mengusap perutnya dengan sayang.

"Arman..."

"Hm?"

Natasha tidak bisa menjawab apapun. Demi apapun! Natasha merasa dirinya berubah sejak mengandung. Dia menjadi sangat sensitif dengan sentuhan suaminya. Natasha menggenggam lengan Arman yang ada di perutnya dan mencengkeramnya saat Arman mengusap perutnya perlahan.

"Jangan, sayang!" Bisim Arman.

Keadaan lift yang cukup ramai itu membuat Natasha mencengkeram kuat lengan suaminya. Saat semua pegawai keluar di lantai mereka masing-masing Natasha langsung memukul lengan Arman.

"Jahat!"

"Loh, kenapa akh dibilang jahat? Aku, kan hanya mengusap anak kita saja,"

Natasha mencebik dan mengambek pada Arman. Dia tidak menjawab ucapan Arman dan tidak menghiraukan panggilan Arman padanya.

"Sayang..."

Natasha memilih duduk di meja-nya dan berdiam disana tanpa menjawab panggilan Arman. Arman langsung berjongkok di depan Natasha.

"Baby... lihat, mommy marah sama daddy. Bisa tolong beritahu mommy jangan marah lagi pada daddy?" Ujar Arman sambil mengusap perut Natasha dengan sayang.

"Jangan pegang-pegang!" Ujar Natasha ketus.

"Sayang... jangan marah lagi please! Aku minta maaf,"

Natasha tidak pernah bisa marah lama pada Arman. Dia mengangguk dan Arman langsung memeluk istrinya dengan sayang.

"Aku mau ice cream..." ujar Natasha dan Arman langsung mengangguk.

"Aku belikan," arman berujar sambil berdiri.

Natasha menahan tangan Arman dengan kuat.

"Jangan pergi!"

"Lalu. Ice cream-nya?"

"Jangan pergi!" Ujar Natasha lagi dengan rengekkannya.

"Iya sudah, aku titip pada Bian saja ice cream-nya, ya?"

Natasha mengangguk. Arman langsung menghubungi Bian untuk membeli beberapa ice cream berbeda rasa dengan ukuran 1 liter untuk Natasha. Arman menggendong Natasha ke ruangannya setelah dia menghubungi Bian. Dia mendudukkan Natasha di atas pangkuannya.

"Apa anak kita nakal hari ini?" Tanya Arman.

"Tidak. Anak kita sangat tenang," ujar Natasha sambil mengusap perutnya yang masih rata.

"Nanti ke dokter lagi, ya?"

Natasha mengangguk. Dia tidak bisa menolak permintaan Arman. Natasha benar-benar tidak membiarkan Arman pergi kemana pun. Bukannya Marah, Arman malah senang. Dia bahkan dengan senang hati memeriksa dokumen-dokumen di mejanya sambil memangku tubuh istrinya itu.

"Anak daddy jangan rewel ya... daddy selesaikan ini dulu, nanti daddy temani kamu dan mommy, okey?" Ujar Arman sambil mengusap perut rata itu dengan sayang.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang