Remarried

9.1K 633 40
                                    

"Baiklah,"

Arman diam saat Natasha mengambil map itu. Natasha menandatanganinya dan memanggil semua orang di luar untuk masuk.

"Ada apa?" Tanya Alvaro.

Natasha menatap Alvaro dan mengulurkan map di tangannya pada Alvaro.

"Kami berdua sudah tanda tangan. Kami sepakat berpisah,"

Semua orang itu terkejut. Arman merasakan dadanya seperti terhimpit batu besar. Sangat sesak dan sakit. Arman mengepalkan tangannya dengan kuat. Mau menangis tapi, tidak mungkin dia lakukan. Arman melepas cincin di jari manisnya. Dia menyimpan cincin iu di saku celananya.

"Natasha, kamu serius? Maksud papi, kalian benar-benar yakin?" Tanya Alvaro.

Alvaro menatap Natasha dan menantunya malah tersenyum kecil. Sementara Arman? Dia menatap ayahnya dengan tatapan penuh kemarahan dan kekecewaan. Arman bahkan menyungingkan senyum sinisnya pada ayahnya sendiri.

"Kenapa papi bertanya seperti itu? Bukankah ini kemauan papi sembilan bulan lalu?" Tanya Arman.

"Arman menuruti keinginan papi. Sekarang semua sudah selesai, Arman akan ke Inggris lusa,"

Arman melenggang dengan tongkat infusnya. Dia meninggalkan kamar rawatnya. Dia meminta suster yang berjaga untuk melepaskan infus di tangannya. Dengan hati-hati suster itu melepas infus di tangan Arman. Arman kemudian kembali dan menemukan semua orang masih di dalam kamarnya.

Arman diam saja dan berjalan mengambil pakaiannya dan memilih mandi di kamar mandi. Usai mandi, Arman berjalan ke ranjang rawatnya seolah orang-orang yang tengah melihatnya tidak ada disana. Arman mengecup puncak kepala Albern.

"Daddy pamit, ya nak. Jangan nakal! Maafkan daddy," Bisik Arman sebelum memberikan satu kecupan lagi.

Arman menegakkan badannya dan menarik laci nakas untuk mengambil ponsel, dompet dan mengenakan jam tangannya. Arman membuka lemari kecil disana dan mengambil koper miliknya. Arman melangkah menuju pintu tanpa mau pamit pada keluarganya.

Grep!

Cup!

Mata Arman melebar. Napasnya tertahan untuk beberapa saat. Dia bagaikan patung saat bibir lembut itu memagut bibirnya dengan penuh perasaan. Arman bak seorang anak gadis yang baru merasakan first kiss-nya.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Arman.

Natasha tersenyum dan terkekeh kecil.

"Kita sudah tanda tangan suratnya, kan?" Tanya Natasha.

Arman diam tidak menjawab.

"Ayo menikah lagi!"

Arman terkejut. Dia sampai merasa telinganya salah mendengar.

"Masalah yang kemarin aku anggap selesai dengan kita menandatangani surat itu. Sekarang, ayo menikah lagi!"

Arman tidak bisa menyembunyikan raut herannya. Dia benar-benar tidak mengerti. Dia hanya tahu tangannya ditarik oleh Natasha untuk berjalan keluar dari rumah sakit. Dia juga diam saat Natasha menyuruh Bian mengantar mereka ke gereja.

"Kami mau melakukan janji pernikahan,"

"Bukankah anda sudah menikah?"

"Kami mau mengulangnya,"

Natasha mengatakan hal itu pada romo. Memang dalam pernikahan terkadang pembacaan ulang janji nikah itu bisa terjadi. Terlebih saat mereka berada di titik jenuh dalam hubungan rumah tangga.

"Baiklah, mari kita ke ruang ibadah," ajak pastur itu.

Natasha menarik tangan Arman dan menggenggam erat tangan besar itu. Pastur itu mengambil alkitab dan memulai semua prosesi selayaknya mereka adalah pengantin baru.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang