"Sayang..."
Arman memeluk pinggang ramping istrinya itu. Sedari tadi, Arman melihat istrinya masih di dekati oleh pria yang dia tahu adalah sekretaris dari rekan bisnisnya. Astaga! Apa pria itu tidak bisa menyingkir dari putranya?
"Selamat atas pernikahan anda, pak,"
Arman tersenyum dan menjabat tangan yang terulur itu.
"Terima kasih pak George,"
Arman masih mempertahankan senyumannya. Walau sebenarnya dia sudah sangat kesal. Arman mau marah, tapi ini pesta pernikahannya. Pesta sekali seumur hidupnya dan Natasha. Dia tidak mau merusak momen itu.
"Sayang, apa kamu lapar?" Tanya Arman.
Natasha mengangguk kecil. Dia pamit pada George dan berjalan bersama Arman menuju ke kursi mereka. Arman meminta pelayan membawakannya makanan untuk Natasha.
"Sini, aku suapi," ujar Arman.
"Astaga, Arman! Aku malu,"
"Malu kenapa? Aku suamimu bukan suami orang. Kenapa harus malu?"
Natasha hanya bisa merengut namun, menerima suapan dari suaminya saat makanan mereka sampai. Natasha memainkan jemarinya yang teralut sarung tangan tipis berbentuk sepertu jaring-jaring.
"Kenapa?" Tanya Arman.
"Apa yang datang harus sebanyak ini?"
"Kamu lelah? Kalau kamu lelah, kita bisa kembali lebih dulu ke kamar,"
"Tidak enak dengan tamunya,"
"Tapi, kamu lelah,"
"Tidak apa. Toh aku bisa duduk saja disini dan tidak kemana pun,"
Arman mengangguk. Dia melirik ke kaki istrinya. Arman berdiri dan berlutut di depan sang istri.
"Arman?"
Arman hanya diam. Dia menaikan sedikit gaun istrinya dan langsung melepaskan sepatu hak tinggi yang dipakai istrinya. Sepatu itu dia letakan di sebelah kaki istrinya.
"Kakimu bisa lecet kalau terus memakai sepatu itu,"
"Tapi, bagaimana kalau nanti ada tamu?"
"Biarkan saja,"
Natasha mengangguk. Dia berterima kasih pada Arman. Memang kakinya mulai sakit akibat berdiri dengan sepatu itu. Beruntung mereka duduk di pelaminan dengan tenang hingga dia bisa membiarkan sepatunya terlepas dari kakinya.
"Kamu tidak mau mengobrol dengan temanmu?"
"Tidak,"
"Hm? Kenapa?"
"Aku malas meladeni mereka. Mereka semua hanya bisa menggodaku saja,"
Natasha terkekeh. Beberapa tamu yang melihat itu dari layar putih besar langsung tertegun dan terpesona pada Natasha. Salahkan kamera man yang merekam momen saat dirinya tengah tertawa kecil itu. Arman yang menyadari itu langsung meminta Natasha berhenti dan gadis itu terdiam.
"Apa-apaan kemera man itu!" Omel Arman.
Natasha hanya bisa mengusap tangan Arman dengan lembut. Dia membuat Arman menatapnya dan dia tersenyum.
"Kali ini aku biarkan dia lolos. Awas saja kalau dia melakukannya lagi!"
Natasha menyembunyikan wajahnya di bahu Arman dan dia terkekeh geli.
"Dasar posesif!" Gumam Natasha.
"Terima kasih pujiannya,"
Natasha menyerah. Dia tidak mau lagi mendebat Arman. Natasha kembali ke posisinya. Dia duduk manis di sisi Arman dan menatap para tamu yang sedang duduk di kursi mereka sambil memakan makanan yang disediakan. Beberapa berjalan ke meja lain untuk sekedar bercengkrama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS#2] Between Me, You and Work
Teen FictionCerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik keluarga Dimitra yang diwariskan oleh ayahnya. "Siapa dia?" "Karyawan magang sir..." 'Menarik' Rate 16+