"Berani anda menyentuhnya, anda akan tahu akibatnya!" Geram Arman.
Pria itu menatap Arman dengan kaget.
"A-ah... Mr. Dimitira. Anda juga datang ke sini?"
Arman diam saja dan menghempaskan tangan pria itu.
"Tuan, apa wanita ini bersama anda?"
Arman hanya melirik sekilas.
"Bisa dia minta maaf pada kekasih saya?" Pinta pria itu membuat emosi Arman kembali tersentil.
"Kenapa?"
"Karena dia melukai kekasih saya. Saya yakin dia bukan perempuan baik. Bagaimana bisa dia merasa iri dan melukai kekasih saya padahal ada anda di sebelahnya?"
Arman berdiri dari kursinya.
"Sebegitu tampannya kah anda sampai calon istri saya merasa iri pada kekasih anda itu?" Tanya Arman dengan menekankan kata calon istri.
Arman menggeser sedikit kursi Natasha dan dia berjongkok di sebelah Natasha. Arman menarik kaki Natasha yang terinjak tadi dan melepaskan sepatu Natasha dari kaki itu.
"Lagipula, yang menyentilnya adalah saya dan itu saya lakukan karena dia dengan tanpa dosanya menginjak kaki calon istri saya," ujar Arman.
Arman mendecak kecil saat melihat kaki Natasha terluka.
"Dilihat dari keadaan calon istri saya, bukankah yang seharusnya bertanya dan marah disini adalah saya?" Ujar Arman.
Arman menoleh dan melirik tajam sepasang kekasih itu. Walau kini Arman tengah berjongkok dan kedua orang itu tengah berdiri. Namun, tatapan mata Arman terbukti membuat kedua orang itu langsung duduk. Bahkan pria yang tadi memarahi Natasha langsung ikut berjongkok di sebelah Arman.
Harry yang melihat itu hanya terkekeh. Sejak tadi dia sudah merekam kejadian itu melalui kamera yang ada di sudut kacamatanya. Sejak saat Arman menanyai Natasha lebih tepatnya dia sudah merekam kejadian itu.
"Akan menjadi berita seru di keluarga kami nanti," gumam Harry.
Harry berdiri dan menghampiri Arman.
"Apa Tasha baik-baik saja?" Tanya Harry basa-basi.
Arman hanya diam saja. Dia mengeluarkan sapu tangannya dan melilitkan saputangan itu di kaki Natasha. Padahal, kalau dilihat lukanya hanya lecet kecil saja. Namun, atas dasar terlalu sayang, Arman jadi khawatir sendiri.
"Jadi, apa maksud dari kekasih anda ketika dia menginjak kuat kaki calon istri saya?" Tanya Arman menyindir.
Perempuan itu menunduk dalam. Prianya malah menatap heran ke arah kekasihnya.
"Sepertinya yang mengalami masalah iri adalah kekasih anda itu. Seperti yang anda bilang, dia bukan perempuan baik-baik. Bagaimana bisa dia iri saat ada anda di sebelahnya?" Ujar Arman membalikkan perkataan pria itu.
"Kita pulang, sayang. Kakimu terluka begini," ajak Arman pada Natasha.
"Eh? Tapi, tidak apa-apa kok ini,"
"Asha,"
Natasha terdiam dan mengangguk. Dia tahu Arman dalam mode tidak bisa dibantah. Arogansi Arman meningkat sampai pada tingkat glorious mythic jika itu dalam game yang sedang trend saat ini. Singkat kata, Arman tidak akan bisa dibujuk jika tingkat arogansinya sudah setinggi itu. Sekali saja menyenggol arogansinya itu, siap-siap saja terkena semburan maut dari Arman.
"Itu... kalau masalah itu, tidak ada buktinya, kan tuan?"
Arman menggeram. Nampak sekali dia sudah tidak bisa menahan emosinya. Emosinya sudah terpancing oleh Quart tadi dan sekarang pria ini hanya menambah emosi Arman saja. Dengan segera Arman menarik sepatu kiri perempuan itu dan meletakannya di pangkuan pria itu bersama sepatu kanan Natasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS#2] Between Me, You and Work
Teen FictionCerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik keluarga Dimitra yang diwariskan oleh ayahnya. "Siapa dia?" "Karyawan magang sir..." 'Menarik' Rate 16+