Tap! Tap! Tap!
"Dimana Lizzie?"
Suara bernada panik itu membuat beberapa orang di ruangan menoleh ke arah pintu. Tempat dimana sesosok pria berusia 30 tengah mengatur napasnya. Tak lama kemudian kedua kaki jenjangnya yang berbalut celana bahan dan beralaskan Stefano Bemer itu, berjalan masuk ke dalam ruangan yang kini tengah ramai dengan beberapa orang seusianya.
"Maafkan kami, pak. Elizabeth terjatuh dari tangga. Kejadiannya pada jam istirahat, pak,"
"Saya bertanya dimana Lizzie, putri saya. Kenapa anda malah menjawab dengan jawabannya yang tidak jelas?"
"Ah... Biar saya tunjukan dimana Lizzie, pak,"
Baru saja dia berbalik dan hendak berjalan keluar bersama dengan orang yang menjadi penunjuk arah baginya, matanya menangkap keberadaan gadis kecil yang sedari tadi dia cari. Gadis itu berada dalam gendongan sosok cantik yang juga sedikit pucat.
"Lizzie..."
Dia mendekati putri kecilnya dan dengan segera dia sedikit membungkuk untuk melihat wajah putri kecilnya.
"Apa princess papa baik-baik saja?" Tanyanya.
Gadis kecil itu mengangguk. Melihat anggukan itu dia menghela lega. Matanya kemudian beralih pada sosok yang menggendong sang putri.
"Sayang..." Panggilnya.
"Kamu dari bandara langsung kesini?"
Dia mengangguk. Tangannya mengusap pipi tirus dari wanita cantik di depannya. Sang istri lebih tepatnya.
"Jangan khawatir lagi! Setelah ini, kita akan membawa Lizzie ke tempat Vincent. Vincent akan membantu memeriksa Lizzie lebih detail,"
Sang istri mengangguk. Kini tatapan matanya mengarah kembali ke putri kecilnya. Pipi tembam anak itu sedikit memerah. Juga ada memar kecil di lengan bawah dan lututnya.
"Princess papa gendong, ya?" Tawarnya.
Dia mengambil alih putrinya dan dengan segera dia mencium pipi tembam putrinya itu.
"Beritahu papa, kenapa princess bisa seperti ini?"
"Jatuh..."
"Dan kenapa princess bisa terjatuh?"
"Lizzie mau ke kelas kak Loui lalu, saat Lizzie naik tangga ada kakak yang sedang berlari turun. Lizzie tersenggol dan jatuh,"
"Apa kak Louis tahu kalau Lizzie jatuh?"
Putri kecil itu mengangguk.
"Kak Loui memukul kakak yang menabrak Lizzie,"
Dia melirik ke arah belakang.
"Maaf, pak. Saya menghukum Louis berdiri di lapangan. Louis berkelahi dengan anak dari kelas sebelahnya tadi dan mereka adalah orang tua dari anak yang berkelahi dengan Louis,"
Mata cokelat itu bergulir ke arah yang ditunjuk oleh pria di depannya. Dua orang disana menatapnya dengan sedikit takut.
"Pak Gio, mohon maafkan anak saya. Anak saya tidak sengaja, pak,"
"Gio? Kalian sedang memanggil ayahku? Atau kedua adikku? Kalau-kalau anda lupa, orang di depan kalian itu juga bernama Gio,"
Pria di sebelahnya terkekeh geli. Pria itu bahkan menepuk bahunya dan menghentikan tawanya.
"Aku sudah susah payah bersikap profesional. Kakak malah membongkarnya..." Gerutu pria itu.
"Ah... Pak Albern. Saya minta maaf," Ucap orang tua murid di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS#2] Between Me, You and Work
Teen FictionCerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik keluarga Dimitra yang diwariskan oleh ayahnya. "Siapa dia?" "Karyawan magang sir..." 'Menarik' Rate 16+