"Siapa yang anda sebut jalang?" Pertanyaan bernada datar itu membuat Kaysha dan juga beberapa orang disana terkejut.
Bahkan pria yang tadi memukul Kaysha meneguk ludahnya dengan perlahan. Sosok itu justru mendekati Kaysha dan mengulurkan tangannya ke arah Kaysha. Dia membantu Kaysha berdiri dan membersihkan rok Kaysha yang sedikit kotor.
"Kamu tidak apa-apa?"
Kaysha baru mau mengangguk jika saja tangan besar itu tidak menahan dagunya dan melihat pipi Kaysha yang memerah dan sedikit membengkak.
"Dia yang memukulmu?" Tanya-nya.
Belum juga Kaysha menjawab. Sebuah tinjuan sudah terlepas ke arah pria yang tadi memukul Kaysha. Tinjuan yang sangat amat keras hingga pria itu terhuyung. Arman dan orang-orang yang tadi ada di ruang kerja Arman tercengang melihat pemandangan di depannya. Mereka baru saja sampai di lantai dasar dan mereka sudah disuguhi pemandangan luar biasa yang mungkin sangat amat jarang terjadi di gedung itu sejak Arman memiliki anak.
"Punya hak apa kau sampai tangan sial-mu itu dengan lancangnya memukul gadisku?! Sehebat apa kau sampai mulut sampahmu itu berani menghina gadisku?!!" Bentakkan keras itu membuat semua orang bergidik.
"D-di-dia ya-yang memulai lebih dulu, nak Albern," ujar pria tua itu sambil menunjuk Kaysha.
Akan tetapi, jari telunjuk pria itu justru digenggam dan dipatahkan dengan mudahnya oleh Albern. Pria itu menjerit kesakitan. Kaysha terkisap dan terdiam di tempatnya. Dia tidak pernah melihat Albern seperti itu. Raut wajah Albern saat ini sangat menyeramkan bagi Kaysha.
"Jangan berani menudingnya dan menunjuknya dengan tangan sampahmu itu!!" Ujar Albern.
"Siapa yang tadi kau panggil jalang?" Tanya Albern.
Pria itu tidak berani menjawab. Albern dengan santainya menarik baju pria itu hingga pria itu terseret ke depan Kaysha.
"Dari sisi sebelah mana kau melihat gadisku sebagai jalang?!" Tanya Albern.
Arman dan penonton disana hanya terdiam di tempat mereka. Jujur saja, ini kali pertama mereka melihat Albern murka. Anak itu tidak pernah marah sebelumnya.
"Jawab!!"
Albern bahkan tidak segan menjambak rambut pria itu untuk menatap Kaysha.
"Lihat baik-baik! Apa dia nampak seperti jalang di matamu?!"
Pria itu terdiam. Arsen mulai menyenggol lengan Arman. Dia meminta kakaknya menyudahi kemarahan Albern. Dia yakin Albern jika dibiarkan akan semakin tajam kata-katanya.
"Ma-maafkan saya nak Albern,"
Albern mendengus.
"Maaf? Maaf katamu? Mudah sekali kau meminta maaf setelah mulut sampah tidak bergunamu itu menghina gadisku!!"
"Na-nak Kaysha, ma-maafkan saya..."
Kaysha hanya terdiam membeku. Dia tidak bisa menjawab. Melihat Albern seperti itu membuat dia terkejut. Bahkan saat mata Albern bertemu dengan matanya, badan Kaysha refleks gemetaran. Albern melihat itu. Dia langsung melepaskan pria itu dan mendekati Kaysha. Hasilnya, Kaysha justru memundurkan kakinya.
"Kay..." panggil Albern.
Kaysha memejamkan matanya dengan tangan yang meremas ujung kemejanya dengan kuat saat Albern mengulurkan tangannya ke arah Kaysha. Nyatanya, Albern memeluk Kaysha dan mengusap rambut panjang itu.
"Maaf," ujar Albern.
"Jangan takut padaku, Kay! Maafkan aku," ujar Albern dengan nada sangat lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DS#2] Between Me, You and Work
Teen FictionCerita ini seri kedua dari Dimitra series. menceritakan putra kedua keluarga Dimitra yang berprofesi sebagai Chairman dari perusahaan besar milik keluarga Dimitra yang diwariskan oleh ayahnya. "Siapa dia?" "Karyawan magang sir..." 'Menarik' Rate 16+